MARKET DATA

Monster Air, Ini 5 Bendungan Penghasil Listrik Terbesar di Dunia

Emanuella Bungasmara Ega Tirta,  CNBC Indonesia
25 November 2025 17:15
Bendungan Three Gorges
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia- Hingga hari ini, Pembangkit Listrik Air (PLTA) masih menjadi tulang punggung energi terbarukan dunia. International Renewable Energy Agency (IRENA) mencatatkan kapasitas energi terpasang dari pembangkit listrik tenaga air mencapai 40% dari total energi terbarukan global, jauh di atas tenaga surya yang hanya 28% dan tenaga angin 27% . Dominasi ini menggambarkan betapa sentralnya bendungan raksasa dalam transisi menuju energi rendah karbon.

Meski fokus utamanya sebagai pembangkit listrik, bendungan PLTA kerap mengemban fungsi lain seperti pengendali banjir serta pengatur aliran sungai.

Namun ukuran infrastruktur yang masif juga membuatnya sarat konsekuensi sosial dan lingkungan, terutama bagi penduduk dan ekosistem yang berada di hilir sungai.

Menurut laporan World Economic Forum, lima bendungan terbesar berdasarkan kapasitas daya terpasang hingga 2021 didominasi oleh dua kawasan: China dan Amerika Selatan.

Persaingan kapasitas semakin tajam karena negara-negara balap mengejar pembangkit energi yang stabil untuk menopang kebutuhan industri dan pertumbuhan ekonomi.

 

Three Gorges Dam di China masih menjadi penguasa tak tergoyahkan dengan kapasitas 22,5 GW. Pencapaian ini hampir dua kali lipat dibanding Itaipu Dam di posisi kedua. Selain menjadi ikon energi China, bendungan ini sekaligus menandai skala ambisi negara tersebut dalam mengejar target energi hijau nasional.

Menariknya, kapasitas terbesar tidak otomatis berarti produksi listrik tahunan tertinggi. Itaipu Dam yang berada di perbatasan Brasil dan Paraguay menghasilkan listrik tahunan yang hampir setara dengan Three Gorges karena Sungai Parana memiliki fluktuasi debit yang rendah sepanjang tahun, memungkinkan turbin bekerja lebih stabil.

Sebaliknya, Three Gorges harus beradaptasi dengan penurunan debit air Sungai Yangtze pada musim tertentu, yang mengurangi jam operasi penuh.

Bendungan Three GorgesFoto: Reuters
Bendungan Three Gorges

Skala megaproyek PLTA tampak jelas bila dibandingkan dengan pembangkit tenaga surya terbesar dunia. Bhadla Solar Park di India hanya memiliki kapasitas 2,2 GW, atau kurang dari 10% kapasitas Three Gorges .

Di balik angka kapasitas, ada investasi fisik yang hampir tidak masuk akal. Pembangunan Three Gorges menghabiskan biaya lebih dari US$32 miliar. Volume air reservoir mencapai 39 triliun kilogram dan membentang 1.045 km².

 

Ukurannya bahkan cukup besar untuk memperlambat rotasi bumi sebesar 0,06 mikrodetik. Sejak 2003, struktur ini juga tercatat memicu lebih dari 3.000 kejadian gempa dan longsor, menunjukkan adanya tekanan geologis yang tak terhindarkan dari reservoir berukuran ekstrem.

Efek sosial bendungan besar juga menjadi sorotan internasional. Studi lain yang dikutip World Economic Forum menyebut jutaan penduduk di hilir bendungan besar di seluruh dunia rentan terhadap gangguan suplai air, kerawanan pangan, hingga banjir karena perubahan pola aliran sungai.

Di saat yang sama, manfaat ekonominya justru terkonsentrasi pada kota besar dan sektor industri yang menikmati listrik murah dan stabil.

Tantangan terbesar PLTA ke depan justru datang dari perubahan iklim. Peningkatan risiko kekeringan berpotensi menggerus daya dukung sungai. Contohnya terlihat di Amerika Serikat, di mana beberapa bendungan PLTA di California mengalami penurunan efektivitas akibat berkurangnya curah hujan, sehingga pembangkit hidro tidak lagi mampu beroperasi mendekati kapasitas optimum .

Kendati demikian, negara-negara berkembang tetap memandang PLTA sebagai solusi penting untuk pembangkit baseload terbarukan pembangkit yang bisa menyala stabil 24 jam, berbeda dengan surya dan angin yang bergantung pada cuaca. Faktor ini menjelaskan mengapa Asia dan Amerika Selatan terus menjadi episentrum pembangunan hidro skala besar.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)


Most Popular