Akhir Pekan Menantang: Waspadai Data Ekonomi RI & Stagflasi Jepang
- Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam pada perdagangan kemarin, IHSG menguat sementara rupiah kembali melemah
- Wall Street ambruk berjamaah pada perdagangan kemarin dipicu kekhawatiran bubble AI
- Data jumlah uang beredar, realisasi APBN dan data ekonomi luar negeri menjadi penggerak pasar hari ini.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam pada perdagangan kemarin. bursa saham menguat sementara rupiah melemah.
Pasar keuangan diharapkan sudah berbalik arah dengan menguat semua pada hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat pada perdagangan kemarin, Kamis (20/11/2025). IHSG yang sempat menguat 1% pada perdagangan intraday, memangkas apresiasi dan berakhir naik 0,16% atau menguat 13,34 poin ke level 8.419,92.
Sebanyak 311 saham naik, 306 saham turun, dan 195 saham tidak bergerak.
Nilai transaksi kemarin tergolong ramai atau mencapai Rp 19,41 triliun, melibatkan 37,84 miliar saham dalam 2,29 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun terkerek naik menjadi Rp 15.409 triliun.
Mayoritas sektor perdagangan bergerak di zona hijau, dengan apresiasi terbesar dicatatkan oleh utilitas, konsumer non-primer dan kesehatan. Adapun hanya sektor barang baku, teknologi dan properti yang mengalami koreksi kemarin.
Bank Mandiri (BMRI) yang menguat 1,86% ke Rp 4.940 per saham tercatat sebagai penopang utama kinerja IHSG dengan sumbangsih 7,48 poin.
Sementara itu, emiten milik konglomerat tercatat ramai-ramai menjadi pendorong kinerja IHSG di zona positif.
Saham-saham yang tercatat ikut menopang kinerja IHSG kemarin termasuk PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), dan PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).
Pelaku pasar tampaknya masih mencerna keputusan terbaru terkait suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Diketahui, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 November 2025 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate pada 4,75%.
Pergerakan rupiah kemarin seiring dengan pengumuman Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) periode kuartal III-2025 oleh Bank Indonesia (BI).
NPI pada kuartal III-2025 tercatat masih mengalami defisit sebesar US$ 6,4 miliar, sedikit membaik dibanding kuartal II-2025 yang juga defisit US$6,7 miliar.
Selain faktor domestik, pelemahan rupiah kemarin juga tidak lepas dari penguatan dolar AS di pasar global. Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia tengah melanjutkan kenaikannya sejak Rabu (19/11/2025), ketika sempat melonjak 0,68%.
Lanjut ke pasar obligasi di Indonesia, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun Indonesia melandai dari 6,14% ke 6,137% pada penutupan pasar. Imbal hasil yang melandai menandai harga SBN yang tengah naik karena diburu investor.
(gls/gls)