
Semua Mata Tertuju ke BI: Suku Bunga Kembali Dipangkas Hari Ini?

Pelaku pasar keuangan perlu mencermati sejumlah sentimen yang akan mengegrakkan pasar hari ini, terutama dari dalam negeri.
Berikut sejumlah sentimen pasar hari Ini.
Keputusan Suku Bunga BI
Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil keputusan suku bunga pada hari ini. Berdasarkan hasil polling yang dihimpun CNBC Indonesia, pandangan pasar menilai BI akan kembali memangkas suku bunga acuannya pada periode Oktober ini.
Berdasarkan hasil dari konsensus yang telah dihimpun CNBC Indonesia dari 13 lembaga/institusi pasar berekspektasi akan kembali menurunkan suku bunga ke level 4,50%.
Sebanyak sembilan lembaga memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga sementara empat institusi lainnya memproyeksikan BI akan menahan suku bunga.
Pada keputusan pemangkasan di bulan lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini sejalan dengan upaya bersama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menjaga tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5 plus minus 1% dan stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya
.
Dalam RDG BI terakhir yakni pada 16-17 September 2025, BI kembali memutuskan untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75%. Suku bunga deposit facility bahkan dipangkas sebesar 50 bps menjadi 3,75%, dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps ke 5,50%.
Sepanjang 2025 ini, BI telah memangkas suku bunga acuannya sebanyak lima kali. Suku bunga dipangkas masing-masing 25 bps pada Januari, Mei, dan Juli, Agustus, dan September, dari level 6,00% di Desember 2024 menjadi 4,75% saat ini.
BBM RI Dicampur 10% Etanol Tahun 2027
Pemerintah Indonesia tengah menyusun peta jalan untuk mengimplementasikan program mandatori pencampuran 10% etanol ke dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin, atau dikenal sebagai E10. Rencana yang telah mendapat persetujuan dari Presiden Prabowo Subianto ini ditargetkan untuk mulai diterapkan pada tahun 2027 atau 2028, tergantung hasil kajian kesiapan infrastruktur.
Alasan utama di balik kebijakan ini adalah untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap impor minyak mentah. Selain itu, program ini bertujuan untuk memberdayakan perekonomian rakyat dan pertanian domestik, karena bahan baku etanol akan berasal dari sumber daya lokal seperti tebu, singkong, dan jagung.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menekankan bahwa kebijakan ini bersifat wajib (mandatori), bukan sukarela, dengan harapan tidak ada lahan pertanian yang menganggur karena semuanya akan memiliki nilai ekonomi.
Pemerintah juga menyoroti bahwa banyak negara lain telah sukses menerapkan kebijakan serupa. Nantinya, SPBU akan diberi keleluasaan untuk menerapkan E10 atau bahkan lebih, sesuai pengaturan aditif masing-masing badan usaha.
Pemerintah Setop Sementara Impor Besi Bekas
Pemerintah Indonesia mengambil langkah tegas dengan menghentikan sementara impor besi bekas (scrap metal), yang sebagian besar disebut berasal dari negara-negara maju seperti China dan Amerika Serikat (AS).
Langkah ini diambil sebagai antisipasi setelah temuan kontaminasi zat radioaktif cesium-137 (Cs-137) pada produk udang ekspor Indonesia.
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menyatakan bahwa impor diduga menjadi salah satu sumber kontaminasi, meskipun penyelidikan oleh Bareskrim masih mendalami dua kemungkinan: apakah dari impor scrap besi baja atau dari kebocoran limbah komersial cesium di dalam negeri.
Penghentian impor ini akan berlaku sampai seluruh pelaku usaha atau importir memasang sistem Radiation Portal Monitoring (RPM) di pelabuhan. Alat ini wajib ada untuk mendeteksi zat berbahaya pada barang impor sebelum diizinkan masuk ke wilayah Indonesia.
Sementara itu, pemerintah juga tengah merelokasi warga yang tinggal di area terdampak paparan cesium (Titik E dan F) untuk memudahkan proses pembersihan atau dekontaminasi, yang ditargetkan selesai dalam satu bulan.
Pertamina-SPBU Swasta Sepakat Diskusi Pembelian BBM
PT Pertamina Patra Niaga (PPN) dan para pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta telah mencapai titik kesepakatan untuk melanjutkan negosiasi terkait mekanisme jual beli base fuel atau bahan bakar murni.
Proses diskusi ini melibatkan seluruh badan usaha swasta penyalur BBM. Meskipun kesepakatan untuk bernegosiasi terkait kebutuhan, teknis operasional, dan aspek komersial telah dicapai, pembahasan detail untuk menuangkannya dalam aspek teknis pelaksanaan saat ini masih sedang berlangsung (on progress).
Negosiasi ini menjadi krusial setelah sebelumnya muncul isu terkait spesifikasi BBM. Beberapa SPBU swasta sempat ragu untuk membeli dari Pertamina karena adanya kandungan etanol dalam produk yang ditawarkan, yang dinilai belum tentu sesuai dengan spesifikasi produk masing-masing merek.
Pihak SPBU swasta menyatakan bersedia melanjutkan negosiasi jika pada kargo selanjutnya konten bahan bakar disesuaikan dengan karakteristik spesifikasi produk mereka. Pertamina sendiri berkomitmen untuk menyediakan BBM tanpa etanol bagi SPBU swasta dan menekankan pentingnya sinergi ini untuk memperkuat layanan energi nasional.
Ancaman Kredit Macet dari Bankir Top Dunia
CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, yang sering dianggap sebagai bankir nomor satu di dunia, mengeluarkan peringatan keras mengenai potensi "ledakan" kredit macet (NPL).
Dalam pandangannya, berakhirnya era suku bunga nol (ZIRP) dan transisi cepat ke suku bunga yang lebih tinggi (higher-for-longer), ditambah dengan inflasi yang masih sticky, menciptakan tekanan signifikan pada konsumen dan dunia usaha.
Dimon bahkan menyebut lingkungan saat ini sebagai salah satu yang "paling berbahaya" yang pernah ia saksikan, diperburuk oleh ketidakpastian geopolitik global seperti perang di Ukraina dan konflik Timur Tengah.
Meskipun bank-bank besar seperti JPMorgan masih mencatatkan laba yang kuat berkat margin bunga yang lebih tinggi, mereka telah mulai mengambil langkah antisipatif. JPMorgan tercatat telah meningkatkan dana pencadangan (provisi) untuk kerugian kredit menjadi $2,9 miliar pada kuartal ketiga. Ini adalah sinyal bahwa bank mengantisipasi peningkatan risiko gagal bayar di masa depan, terutama dari pinjaman kartu kredit dan sektor real estat komersial.
Harga Minyak Anjlok Dihantam Isu Kelebihan Pasokan
Sementara itu, di pasar komoditas, harga minyak mentah (baik Brent maupun WTI) bergerak merosot. Pelemahan ini dipicu oleh kekhawatiran pasar akan terjadinya kelebihan pasokan (oversupply).
Ada dua faktor utama yang menekan harga yaitu :
- Investor berspekulasi bahwa aliansi OPEC+ (terutama Arab Saudi dan Rusia) mungkin akan mulai melonggarkan pemangkasan produksi sukarela mereka yang dijadwalkan berakhir pada akhir tahun. Di saat yang sama, produksi minyak mentah AS terus bertahan di level rekor tertinggi, membanjiri pasar.
- Terdapat tanda-tanda pelemahan permintaan, terutama dari China sebagai importir minyak terbesar dunia dan AS sebagai konsumen terbesar.
Kombinasi dari ancaman melimpahnya pasokan dan melemahnya permintaan ini menekan harga minyak, mengabaikan premi risiko geopolitik yang sebelumnya sempat memanas.
Melemahnya harga minyak ini akan befdampak pada sejumlah emiten seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), dan PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA).
(gls/gls)