
Adu Sentimen Optimisme Saham Bank vs Amukan Dolar: Mana Lebih Kuat?

- Pasar keuangan Tanah Air bergerak bervariasi, IHSG dan rupiah menguat, sementara itu yield obligasi tenor 10 tahun RI kembali turun
- Wall Street ambruk berjamaah di tengah kekhawatiran shutdown berlanjut lebih lama
- Pelaku pasar masih akan menanti beberapa laporan indikator ekonomi dari dalam maupun luar negeri pada perdagangan hari ini.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air ditutup bervariasi pada perdagangan kemarin, Kamis (9/10/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta nilai tukar rupiah ditutup menguat, sedangkan Surat Berharga Negara (SBN) terpantau sedang ditinggalkan investor.
Pasar keuangan Indonesia diharapkan mampu bergerak di zona positif pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (10/10/2025). Selengkapnya mengenai pergerakan pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin menguat cukup kencang hingga naik 1,04% ke level 8.250,93 sekaligus mencatatkan level penutupan tertinggi sepanjang masa.
Nilai transaksi pun mencapai Rp30,27 Triliun dan melibatkan 37,67 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 3,07 juta kali. Sebanyak 433 saham menguat, 229 melemah, dan 135 saham tidak bergerak.
Sementara itu, investor asing tercatat melakukan net buy sebesar Rp 1,0 triliun pada perdagangan kemarin.
Sektor konsumer non-siklikal dan keuangan tampil menjadi penopang kenaikan IHSG dengan masing-masing sektor mengalami kenaikan 2,60% dan 2,02%. Sementara itu, sektor teknologi dan properti menjadi penahan laju penguatan indeks kemarin dengan pelemahan 2,62% dan 1,74%.
Dari sisi emiten, Saham-saham big banks berhasil menjadi penopang penguatan IHSG. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi penyumbang terbesar 23,13 indeks poin, diikuti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) 12,52 indeks poin dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan sumbangan 12,51 indeks poin. Selain itu, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) juga besar kontribusi nya dengan 13,35 indeks poin.
Namun sebaliknya, PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) menjadi penahan laju penguatan IHSG kemarin, dengan bobot 14,91 indeks poin.
Beralih ke nilai tukar, mata uang rupiah ditutup menguat tipis 0,09% ke posisi Rp16.540/US$ pada perdagangan kemarin, Kamis (9/10/2025).
Rupiah bergerak cukup dinamis, setelah pada pembukaan perdagangan rupiah menguat 0,33% ke level Rp16.500/US$, namun berbalik melemah ke level Rp16.555/US$ sebelum akhirnya ditutup di zona penguatan.
Volatilitas yang cukup tinggi pada pergerakan rupiah kemarin, dipengaruhi oleh pergerakan indeks dolar AS yang kembali mencuat setelah rilis risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Federal Reserve terbaru.
Dalam risalah tersebut, terungkap bahwa para pejabat The Federal Reserve masih terbelah pandangan terkait arah kebijakan suku bunga ke depan.
Sebagian besar pembuat kebijakan memang menilai bahwa pelonggaran kebijakan moneter masih diperlukan pada sisa tahun ini. Namun, sejumlah anggota lainnya menilai bahwa kondisi ekonomi belum cukup melemah untuk membenarkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
Selain itu, risalah tersebut juga menegaskan bahwa risiko inflasi masih cenderung naik, sehingga memperkuat ekspektasi pasar bahwa The Fed tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga secara agresif. Hal ini membuat rupiah bergerak cukup dinamis di sepanjang perdagangan.
Adapun dari pasar obligasi Indonesia, imbas hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau naik 2,27% menjadi 6,268%. Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield naik berarti harga obligasi turun, hal ini menandakan bahwa investor tampak melakukan aksi jual.
Dari pasar saham AS, bursa Wall Street ambruk berjamaah pada perdagangan Kamis atau Jumat dini hari waktu Indonesia.
Indeks S&P 500 turun 0,28% dan ditutup di 6.735,11, sementara indeks yang didominasi saham teknologi, Nasdaq, merosot 0,08% ke level 23.024,63. Pada titik tertinggi hari itu, S&P 500 naik 0,2% dan Nasdaq naik 0,1%. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average turun 243,36 poin atau 0,52% ditutup di 46.358,42.
Baik S&P 500 maupun Nasdaq sama-sama mencatatkan rekor pada Rabu, dengan S&P 500 mencatat delapan hari kenaikan dari sembilan hari terakhir.
Nasdaq menembus level 23.000 untuk pertama kalinya.
David Wagner, kepala ekuitas di Aptus Capital Advisors, mengatakan saat ini pasar saham telah mengalami lonjakan tak henti-hentinya sejak kejatuhan April lalu.
Hal ini menunjukkan tanda-tanda bahwa beberapa orang percaya pasar saham terlalu panas sehingga ada panggilan untuk jeda tertentu pada saat strategi pembelian.
"Pasar ini terus naik secara bertahap. Hanya ada rotasi internal yang bisa menyebabkan volatilitas intraday atau efek tertentu." Ujar Wagner, kepada CNBC International.
Vendor perangkat lunak Oracle menjadi sorotan pada Kamis, bersama dengan Nvidia, yang mencatat rekor tertinggi baru. Kedua saham tersebut masing-masing naik 3% dan hampir 2%.
Saham ini sempat mengalami kerugian awal minggu ini setelah laporan menyebut bisnis cloud Oracle mengalami margin yang lebih tipis karena menghadapi tantangan dalam menyewakan chip Nvidia.
"Pasar sedang mencoba menganalisis kemitraan mana yang akan memberikan pengembalian terbaik atas modal yang diinvestasikan, dan Anda melihat adanya rotasi di antara beberapa pemain yang tampaknya memiliki tema sirkularitas tersebut," tambah Wagner.
Investor juga memperhatikan perkembangan terbaru terkait shutdown pemerintah saat ini, yang memasuki hari ke-9 pada Kamis. Senat gagal untuk ketujuh kalinya meloloskan proposal pendanaan yang bersaing,.
Hanya ada sedikit tanda bahwa Partai Republik dan Demokrat membuat kemajuan dalam negosiasi. Para pelaku pasar di Wall Street mengamati apakah penghentian ini akan berdampak pada ekonomi AS, dan beberapa dampak mungkin sudah mulai terlihat.
Pada Rabu, IRS menyatakan akan memberhentikan hampir setengah dari tenaga kerjanya akibat shutdown. Selain itu, kekurangan pengendali lalu lintas udara membuat Federal Aviation Administration menunda penerbangan di AS.
CEO Delta Air Lines, Ed Bastian, mengatakan dia belum melihat dampak sama sekal dari shutdown.
Beberapa dampak bisa mulai muncul jika ini tidak terselesaikan, misalnya lebih dari 10 hari ke depan.
Saham Delta naik 4% berkat laporan laba yang lebih baik dari perkiraan.
Costco juga menjadi pemenang hari itu, dengan sahamnya naik 3% setelah peritel besar ini merilis data penjualan September yang solid. Tom Hainlin dari U.S. Bank Asset Management menilai laporan Delta dan Costco menjadi bukti adanya konsumen yang tangguh di tengah ketidakpastian makroekonomi.
"Anda bisa melihat secara real time apakah ada titik balik dalam perilaku konsumen, dan sejauh ini kita belum melihatnya," kata ahli strategi investasi nasional perusahaan itu kepada CNBC International.
Pada perdagangan hari terakhir bagi pasar keuangan Tanah Air, baik rupiah hingga IHSG di pekan kedua Oktober. Namun, hari ini pasar keuangan tidak banyak memiliki sentimen terutama rilis data-data ekonomi.
Meski demikian, pergerakan IHSG masih diperkirakan mampu kembali mengalami penguatan setelah pada perdagangan kemarin, kembali berhasil menembus level tertinggi nya. Momentum ini diharapkan mampu berlanjut pada perdagangan hari ini.
Berikut rangkuman sentimen utama yang akan membentuk arah IHSG hingga rupiah :
Saham Perbankan Tancap Gas
Sektor perbankan akhirnya mencatatkan kenaikan signifikan setelah beberapa hari sebelumnya terus tertekan dan kompak terkoreksi.
Pada perdagangan Kamis (9/10/2025), empat saham perbankan besar seperti BBRI, BBCA, BMRI, dan BBNI kompak ditutup menguat dan menjadi motor penggerak utama penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Bank Negara Indonesia (BBNI) menjadi yang paling mencolok dengan kenaikan 4,06% ke level Rp4.100 per saham, disusul Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang naik 3,76%, Bank Central Asia (BBCA) yang menguat 2,37%, dan Bank Mandiri (BMRI) yang menanjak 3,29%.
Nilai transaksi dari keempat bank besar tersebut mencapai total Rp5,21 triliun, menandakan tingginya minat pelaku pasar terhadap saham-saham berkapitalisasi besar di sektor keuangan.
Namun menariknya, di tengah euforia kenaikan harga saham perbankan, investor asing justru tercatat kompak melakukan aksi jual. BBRI menjadi saham dengan aliran keluar dana asing terbesar, mencapai Rp680 miliar yang diikuti oleh saham-saham bank besar lainnya.
Kondisi ini menunjukkan bahwa kenaikan saham perbankan kali ini lebih banyak ditopang oleh aksi beli investor domestik, baik ritel maupun institusi.
Kenaikan sector perbankan ini terjadi setelah Menteri Keuangan RI Purbaya Yudhi Sadewa melakukan kunjungan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan menyoroti pentingnya pembenahan pasar modal Indonesia agar lebih sehat dan efisien.
Sentimen tersebut langsung direspons positif oleh pelaku pasar. Deretan saham perbankan besar yang sempat menjadi laggard di awal perdagangan berbalik arah dan melonjak tajam ke zona hijau.
Indeks Penjualan Ritel
Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Agustus 2025 tumbuh 3,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), meski melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,7% yoy.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa kinerja positif ini terutama ditopang oleh peningkatan penjualan pada subkelompok sandang, yang menguat seiring meningkatnya permintaan masyarakat pada momen peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke-80.
"Secara bulanan, penjualan eceran pada Agustus 2025 tumbuh sebesar 0,6% (month-to-month/mtm), meningkat dari kontraksi 4,1% (mtm) pada Juli 2025 seiring dengan terjaganya permintaan pada periode peringatan HUT Republik Indonesia 2025," kata Denny dalam keterangan resmi, Kamis (9/10/2025).
Ke depan, BI memperkirakan penjualan ritel akan kembali meningkat pada bulan berikutnya. IPR September 2025 diprakirakan tumbuh 5,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 3,5% pada Agustus. Peningkatan tersebut didorong oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau, serta barang budaya dan rekreasi yang terus menunjukkan tren positif menjelang periode konsumsi akhir tahun.
"Peningkatan penjualan eceran terutama bersumber dari pertumbuhan penjualan kelompok makanan, minuman dan tembakau, perlengkapan rumah tangga lainnya, serta barang budaya dan rekreasi," ujar Denny.
Meski begitu, secara bulanan BI memperkirakan penjualan eceran September sedikit terkontraksi 0,3% (mtm), terutama akibat penurunan pada subkelompok sandang setelah lonjakan penjualan di bulan sebelumnya.
Dari sisi harga, BI menilai tekanan inflasi masih stabil untuk tiga dan enam bulan ke depan, yakni November 2025 dan Februari 2026. Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) masing-masing berada di 134,6 dan 169,2, relatif stabil dibandingkan periode sebelumnya sebesar 134,8 dan 169,3.
Selain itu, Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) menunjukkan optimisme menjelang momentum Natal dan Tahun Baru, dengan nilai IEP November 2025 sebesar 146,8, naik dari 143 pada periode sebelumnya.
"Kenaikan ekspektasi penjualan mencerminkan persiapan masyarakat menghadapi liburan Natal dan Tahun Baru," jelas Denny.
Sementara itu, IEP untuk Februari 2026 diperkirakan turun ke 142,3, seiring dengan jumlah hari kerja yang lebih pendek dan normalisasi permintaan pasca libur panjang.
Dolar AS Makin Terbang
Indeks dolar AS terbang ke 99,53 atau posisi tertingginya sejak akhir Juli 2025 di tengah ketidakpastian kapan shutdown akan berakhir.
Dolar menguat meskipun tidak ada data ekonomi besar yang dirilis (misalnya, klaim pengangguran mingguan hari ini tidak diterbitkan). Hal ini telah mengalihkan perhatian investor ke "sisa dunia", terutama ke Prancis yang sedang mengalami kekacauan politik.
Tidak mengherankan, euro menjadi salah satu yang paling terpukul dalam narasi bullish baru dolar ini.
Sepanjang minggu ini, euro tersebut melemah sekitar 1,5% terhadap US$, menandai penurunan mingguan terbesar sejak November 2024.
Melonjaknya indeks dolar ini harus menjadi perhatian.
Indeks yang naik menandai investor tengah memburu dolar AS dan membuat investor menjual instrumen non-dolar termasuk di emerging market seperti Indonesia. Rupiah pun bisa semakin tertekan.
Perdamaian Akhirnya Terjadi di Gaza
Harapan baru bagi Timur Tengah akhirnya muncul setelah Israel dan kelompok Palestina, Hamas, menyetujui tahap pertama rencana perdamaian Gaza. Kabar tersebut diumumkan langsung oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang menyebut kesepakatan ini sebagai langkah bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama dua tahun terakhir.
Dalam pengumumannya di jejaring sosial Truth Social, Trump menegaskan bahwa kedua pihak telah menyetujui tahap pertama dari Rencana Perdamaian Gaza yang digagas oleh Washington dan dimediasi oleh Mesir.
"Saya sangat bangga mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani Tahap Pertama Rencana Perdamaian kami," tulis Trump dalam pernyataannya, dikutip Kamis (9/10/2025).
Kesepakatan ini mencakup pembebasan seluruh sandera yang masih ditahan Hamas, serta penarikan pasukan Israel ke garis yang telah disepakati sebagai bagian dari proses menuju normalisasi penuh.
"Ini berarti semua sandera akan segera dibebaskan, dan Israel akan menarik pasukan mereka ke garis yang disepakati sebagai langkah pertama menuju Perdamaian yang Kuat, Bertahan Lama, dan Abadi," tambah Trump, menegaskan isi hasil pertemuan ketiga yang membahas proposal rencana perdamaian 20 poin miliknya.
Mengutip laporan AFP, media pemerintah Mesir melaporkan bahwa kesepakatan tersebut mencakup pertukaran sandera dan tahanan, serta penyaluran bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza. Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyambut langkah ini dengan penuh harapan.
Rencana perdamaian 20 poin yang diusung Trump mencakup gencatan senjata total, pembebasan seluruh sandera, pelucutan senjata Hamas, serta penarikan bertahap pasukan Israel dari wilayah Gaza. Upaya ini dipimpin oleh Jared Kushner, menantu Trump yang juga berperan dalam perjanjian Abraham Accords 2020, bersama utusan Timur Tengah Steve Witkoff yang tiba lebih awal di Kairo untuk memimpin perundingan.
Kesepakatan ini menjadi titik balik penting dalam upaya diplomasi internasional di Timur Tengah, setelah dua tahun konflik berkepanjangan yang menewaskan puluhan ribu warga sipil dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur Gaza.
Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini:
- Pembukaan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), Senayan, Jakarta Pusat. Turut hadir antara lain Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur, Menteri Investasi dan Hilirisasi yang juga CEO Danantara Indonesia, Menteri Pekerjaan Umum, dan Ketua Umum Kadin Indonesia
- Presiden memberikan keynote speech pada Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), Senayan, Jakarta Pusat
- OJK akan menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah di Balai Kartini, Jakarta Selatan. Turut hadir antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Dalam Negeri, dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
- Cadangan devisa Korea Selatan
- Michigan Consumer Sentiment
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
- COCO : DPS HMETD
- PNGO : Cum Dividen Tunai Interim
- ASDF : Informasi Pembayaran Pokok Seri ASDF06ACN4 ke 4
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(evw/evw) Next Article Kabar Baik dari Trump & Pemerintah, Bisakah Jadi Booster IHSG-Rupiah?
