Ini 10 Saham "Harta Karun": Masih Murah, Jangan Kaget Kalau Meledak!

Gelson Kurniawan, CNBC Indonesia
08 October 2025 08:15
Infografis, Saham Top Gainers Top Losers Sepekan
Foto: Infografis/ Saham Top Gainers Top Losers Sepekan/ Edward Ricardo Sianturi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mencetak all time high. Namun masih banyak saham-saham blue chip di Indonesia masih terdiskon dengan margin yang cukup tinggi.

Bila merlihat data ekonomi Indonesia yang tumbuh 5,12% (year on year/YoY) di kuartal II-2025, IHSG belum mencerminkan pergerakan harga saham di Indonesia yang masih stagnan.

Terdapat berbagai macam hal yang menimbulkan situasi seperti ini, mulai dari keadaan geopolitik di dunia, keadaan makroekonomi akibat dari tarif yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, dan ketidakpastian dalam pasar keuangan global yang disertakan dengan kenaikan harga emas yang mencapai titik tertingginya.

Namun peribahasa mengatakan bahwa di dalam setiap ketidakpastian yang terjadi, selalu ada kesempatan di balik kesempitannya.

Pasar saham pun demikian, di dalam kondisi yang tidak kondusif akan ada kondisi yang optimal untuk berinvestasi di bursa yang memiliki nilai yang tergolong masih undervalue.

Bagaimana Saham-Saham yang Sudah Terdiskon Saat Ini?

1. BBNI (Bank Negara Indonesia)

BBNI adalah saham value investing klasik dengan valuasi PBV terendah di antara bank besar. Prospek utamanya adalah potensi re-rating valuasi oleh pasar seiring keberhasilan transformasi internal yang fokus pada perbaikan kualitas aset. Dengan neraca yang kini jauh lebih sehat dan risiko yang termitigasi, ada ruang kenaikan harga signifikan bagi investor sabar selagi menunggu pasar mengapresiasi fundamentalnya yang semakin kuat.

2. BMRI (Bank Mandiri)

Sebagai bank aset terbesar, BMRI menawarkan pertumbuhan berkualitas premium. Kekuatan utamanya adalah dominasi di segmen korporat dan ekosistem digital Livin' by Mandiri yang sangat sukses. Prospeknya didorong oleh kemampuan menjaga profitabilitas yang tinggi dan inovasi digital yang terus menarik dana murah. Saham ini cocok bagi investor yang mencari pertumbuhan konsisten dari pemimpin pasar yang terbukti.

3. ADRO (Adaro Energy Indonesia)

Adaro menawarkan tesis "dua dunia" yaitu valuasi sangat murah dari bisnis batu bara yang menjadi mesin kas, dan prospek masa depan dari transformasi hijau. Imbal hasil dividen yang jumbo menjadi jaring pengaman utama. Katalis jangka panjangnya adalah keberhasilan pilar bisnis Adaro Green, terutama proyek smelter aluminium, sebagai jawaban konkret atas tantangan ESG dan sumber pendapatan baru yang berkelanjutan.

4. TLKM (Telkom Indonesia)

Telkom merupakan pilar ekonomi digital Indonesia. Prospek cerahnya didorong oleh sinergi dan efisiensi dari strategi Fixed Mobile Convergence (FMC) pasca-integrasi IndiHome ke Telkomsel. Sebagai saham defensif dengan valuasi wajar dan pembagi dividen yang rutin, TLKM menawarkan stabilitas serta partisipasi dalam pertumbuhan digital nasional yang masih sangat masif, baik di segmen seluler maupun internet rumah.

5. JSMR (Jasa Marga)

Jasa Marga adalah cerminan langsung dari aktivitas ekonomi nasional. Prospeknya bergantung pada peningkatan volume trafik kendaraan seiring pertumbuhan ekonomi dan mobilitas. Dengan pendapatan jangka panjang yang dapat diprediksi dan mekanisme penyesuaian tarif berkala untuk menjaga profitabilitas, saham ini menawarkan stabilitas. Valuasinya yang rendah memberikan potensi kenaikan seiring realisasi pembangunan infrastruktur berkelanjutan di Indonesia.

6. UNTR (United Tractors)

United Tractors adalah saham siklikal dengan cerita transformasi yang kuat. Di luar bisnis intinya di alat berat, prospek UNTR kini ditopang oleh diversifikasi agresif ke pertambangan emas dan nikel. Langkah ini menempatkan UNTR sebagai pemain kunci di ekosistem bahan baku baterai EV, menciptakan mesin pertumbuhan baru yang dapat mengurangi ketergantungan pada siklus harga batu bara di masa depan.

7. ASII (Merdeka Copper Gold)

Astra adalah barometer ekonomi Indonesia, dengan diversifikasi bisnis yang tangguh mulai dari otomotif, jasa keuangan, hingga pertambangan. Valuasinya sangat menarik dengan PBV mendekati 1x, sebuah diskon untuk konglomerat sekelasnya. Prospeknya didukung oleh pemulihan penjualan mobil, kinerja kuat dari anak usaha (UNTR), serta komitmennya yang tinggi terhadap dividen, menjadikannya pilihan investasi yang relatif aman dengan potensi imbal hasil solid.

8. TOWR (Sarana Menara Nusantara)

TOWR menawarkan model bisnis stabil layaknya perusahaan utilitas, dengan pendapatan dari kontrak sewa menara jangka panjang. Prospek pertumbuhan didorong oleh permintaan trafik data yang tak pernah berhenti dan kebutuhan ekspansi jaringan untuk 5G. Setelah harganya terkoreksi akibat sentimen suku bunga, valuasinya kini menjadi lebih menarik, menawarkan peluang investasi di sektor infrastruktur digital yang fundamentalnya sangat kokoh.

9. MAPI (Semen Indonesia)

MAPI adalah gerbang utama bagi kelas menengah Indonesia yang terus bertumbuh untuk mengakses merek-merek gaya hidup global. Prospeknya ditopang oleh peningkatan daya beli, pemulihan trafik pusat perbelanjaan, dan ekspansi merek-merek baru yang strategis. Dengan valuasi yang wajar, MAPI menawarkan eksposur langsung terhadap belanja konsumer, menjadikannya pilihan menarik untuk menangkap potensi pertumbuhan ekonomi domestik.

10. INDF (Indofood Sukses Makmur)

Indofood adalah benteng pertahanan portofolio di tengah ketidakpastian. Sebagai raksasa barang konsumen, bisnisnya sangat resilien karena permintaan produknya yang stabil. Valuasinya yang murah dari sisi PER dan PBV tidak mencerminkan posisinya sebagai pemimpin pasar. Prospeknya didukung oleh kekuatan konsumsi domestik dan demografi Indonesia yang besar, menjadikannya pilihan aman dengan potensi pertumbuhan stabil dan konsisten.

Rasio-Rasio Keuangan Emiten

Berikut adalah rasio daripada emiten yang dianggap undervalue di pasar saham Indonesia saat ini untuk dijadikan bahan analisis tambahan.

-

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut. 

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(gls/gls)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation