NEWSLETTER

Adu Sentimen Optimisme Saham Bank vs Amukan Dolar: Mana Lebih Kuat?

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
Jumat, 10/10/2025 06:12 WIB
Foto: Infografis/ 10 Raja Bursa Saham RI di Semester I, Emiten Udang Bisa Terbang 2.000%/ Ilham
  •  Pasar keuangan Tanah Air bergerak bervariasi, IHSG dan rupiah menguat, sementara itu yield obligasi tenor 10 tahun RI kembali turun
  • Wall Street ambruk berjamaah di  tengah kekhawatiran shutdown berlanjut lebih lama
  • Pelaku pasar masih akan menanti beberapa laporan indikator ekonomi dari dalam maupun luar negeri pada perdagangan hari ini.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air ditutup bervariasi pada perdagangan kemarin, Kamis (9/10/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta nilai tukar rupiah ditutup menguat, sedangkan Surat Berharga Negara (SBN) terpantau sedang ditinggalkan investor.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan mampu bergerak di zona positif pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (10/10/2025). Selengkapnya mengenai pergerakan pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin menguat cukup kencang hingga naik 1,04% ke level 8.250,93 sekaligus mencatatkan level penutupan tertinggi sepanjang masa.

Nilai transaksi pun mencapai Rp30,27 Triliun dan melibatkan 37,67 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 3,07 juta kali. Sebanyak 433 saham menguat, 229 melemah, dan 135 saham tidak bergerak.

Sementara itu, investor asing tercatat melakukan net buy sebesar Rp 1,0 triliun pada perdagangan kemarin.


Sektor konsumer non-siklikal dan keuangan tampil menjadi penopang kenaikan IHSG dengan masing-masing sektor mengalami kenaikan 2,60% dan 2,02%. Sementara itu, sektor teknologi dan properti menjadi penahan laju penguatan indeks kemarin dengan pelemahan 2,62% dan 1,74%.

Dari sisi emiten, Saham-saham big banks berhasil menjadi penopang penguatan IHSG. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi penyumbang terbesar 23,13 indeks poin, diikuti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) 12,52 indeks poin dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan sumbangan 12,51 indeks poin. Selain itu, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) juga besar kontribusi nya dengan 13,35 indeks poin.

Namun sebaliknya, PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) menjadi penahan laju penguatan IHSG kemarin, dengan bobot 14,91 indeks poin.

Beralih ke nilai tukar, mata uang rupiah ditutup menguat tipis 0,09% ke posisi Rp16.540/US$ pada perdagangan kemarin, Kamis (9/10/2025).

Rupiah bergerak cukup dinamis, setelah pada pembukaan perdagangan rupiah menguat 0,33% ke level Rp16.500/US$, namun berbalik melemah ke level Rp16.555/US$ sebelum akhirnya ditutup di zona penguatan.

Volatilitas yang cukup tinggi pada pergerakan rupiah kemarin, dipengaruhi oleh pergerakan indeks dolar AS yang kembali mencuat setelah rilis risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Federal Reserve terbaru.

Dalam risalah tersebut, terungkap bahwa para pejabat The Federal Reserve masih terbelah pandangan terkait arah kebijakan suku bunga ke depan.

Sebagian besar pembuat kebijakan memang menilai bahwa pelonggaran kebijakan moneter masih diperlukan pada sisa tahun ini. Namun, sejumlah anggota lainnya menilai bahwa kondisi ekonomi belum cukup melemah untuk membenarkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut.

Selain itu, risalah tersebut juga menegaskan bahwa risiko inflasi masih cenderung naik, sehingga memperkuat ekspektasi pasar bahwa The Fed tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga secara agresif. Hal ini membuat rupiah bergerak cukup dinamis di sepanjang perdagangan.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, imbas hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau naik 2,27% menjadi 6,268%. Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield naik berarti harga obligasi turun, hal ini menandakan bahwa investor tampak melakukan aksi jual.




(evw/evw)
Pages