Newsletter

Sentimen Campur Aduk Hantui RI: Was-Was Daya Beli-Alarm Bahaya Jepang

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
08 October 2025 05:58
Purbaya Bakal Kucurkan Puluhan Triliun ke Bank Jakarta
Foto: Pemprov Jakarta

Pada perdagangan hari ini, Rabu (8/10/2025), pelaku pasar diperkirakan akan mencermati sejumlah rilis data ekonomi penting yang dapat memberikan arah bagi pergerakan pasar keuangan domestik.

Berikut rangkuman sentimen utama yang akan membentuk arah IHSG hingga rupiah :

Kepercayaan Konsumen Indonesia September

Pada hari ini, Rabu (8/10/2025), Bank Indonesia (BI) akan merilis data kepercayaan konsumen Indonesia periode September 2025. Sebelumnya, kepercayaan konsumen Indonesia pada Agustus 2025 berada di level 117,2 atau turun 0,9 poin dari Juli 2025 yang masih sebesar 118,1.

Secara teknis, angka ini masih di atas level 100 atau masih berada di zona optimis. Namun, level kepercayaan konsumen pada Agustus 2025 sama dengan posisi September 2022, atau kembali ke level hampir tiga tahun lalu.

Indeks Keyakinan Konsumen merupakan indikator penting yang mencerminkan perasaan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini sekaligus ekspektasi masa depan. Data ini juga kerap digunakan untuk memprediksi arah perkembangan konsumsi dan tabungan rumah tangga.

Sehingga, melemahnya IKK dapat berdampak langsung terhadap konsumsi domestik, yang selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia kontribusinya mencapai lebih dari 50% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Cadangan Devisa September RI Turun

Berdasarkan rilis laporan Bank Indonesia tentang posisi cadangan devisa (cadev) pada akhir September 2025 tercatat sebesar US$148,7 miliar atau lebih rendah dibandingkan Agustus 2025 yang sebesar US$150,7 miliar atau mengalami penurunan sekitar US$2 miliar dalam sebulan.

Penurunan tersebut mencerminkan langkah aktif BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah volatilitas pasar keuangan global yang cukup tinggi.


Dengan level tersebut, cadangan devisa masih berada pada tingkat yang aman dan memadai untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian RI. Level tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 impor atau 6,0 bulan impor ditambah dengan pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan masih jauh dia tas standar kecukupan internasionalsekitar 3 bulan impor.

Uang Primer Tumbuh 18,6%

Berdasarkan rilis BI kemarin, Selasa (7/10/2025), uang primer (M0) adjusted pada September 2025 mencapai Rp2.152,4 triliun, atau tumbuh 18,6% secara tahunan (yoy). Pertumbuhan ini menjadi yang tertinggi sejak awal tahun, sekaligus menunjukkan meningkatnya aktivitas likuiditas di perekonomian domestik.

Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa peningkatan signifikan pada September terutama ditopang oleh lonjakan giro bank umum di BI adjusted serta pertumbuhan uang kartal yang diedarkan.

"Perkembangan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan giro bank umum di Bank Indonesia adjusted sebesar 37,0% (yoy) dan uang kartal yang diedarkan sebesar 13,5% (yoy)," kata Denny dalam rilis resmi BI, Selasa (7/10/2025).

Purbaya Bakal Suntik Puluhan Triliun ke Bank DKI untuk Dorong Kredit UMKM

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan pemerintah akan menempatkan dana saldo anggaran lebih (SAL) di Bank Jakarta (Bank DKI) sebagai bagian dari strategi memperkuat likuiditas dan pembiayaan daerah. Langkah ini disampaikan usai Purbaya bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, Selasa (7/10/2025).

Ia mengatakan selama ini pemerintah telah menempatkan Rp200 triliun di lima bank Himbara, dan kini ingin memperluas penyaluran dana tersebut ke bank daerah.

"Tapi ada satu hal yang saya pikirkan tambahan ya. Kan Jakarta punya Bank Jakarta. Saya taruh di Himbara yang Rp 200 triliun. Gimana kalau saya tambah beberapa puluh triliun ke Bank Jakarta? Saya tanya tadi ke Pak Gubernur apakah Bank Jakarta bisa nyerap? Jangan sampai saya kasih duit panik terusnya," kata Purbaya kepada media, Selasa (7/10/2025).

Purbaya menjelaskan, Bank DKI telah menyatakan siap menyalurkan dana tersebut ke sektor produktif, khususnya UMKM dan industri strategis di Jakarta. Ia memperkirakan penempatan dana pemerintah akan berkisar Rp10 triliun hingga Rp20 triliun, tergantung kapasitas serapan Bank DKI. Selain itu, Purbaya juga berencana memperluas kebijakan serupa ke wilayah lain.

Purbaya Pangkas DBH Jakarta Rp 15 Triliun

Pemerintah memutuskan memangkas dana bagi hasil (DBH) untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp15 triliun.

Kebijakan ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa usai bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung di Balai Kota, Selasa (7/10/2025). Sebelumnya, APBD Jakarta 2026 ditetapkan sebesar Rp95 triliun, namun setelah penyesuaian ini, nilainya turun menjadi sekitar Rp79 triliun.

Pemangkasan tersebut menjadi salah satu yang terbesar secara nasional dan dilakukan sebagai bagian dari langkah pemerintah untuk menjaga keseimbangan fiskal di tengah tekanan penerimaan negara.

Purbaya menjelaskan bahwa pemotongan DBH dilakukan karena adanya keterbatasan ruang fiskal pemerintah pusat, terutama akibat perlambatan pendapatan pajak.

Ia menegaskan kebijakan ini bersifat sementara dan akan dikaji ulang pada kuartal pertama hingga pertengahan kuartal kedua 2026. Jika kondisi fiskal membaik dan pendapatan negara meningkat, pemerintah akan mengembalikan dana yang telah dipangkas agar dapat dimasukkan kembali ke dalam APBD DKI Jakarta.

Yen Melemah Hingga Yield Obligasi Jepang Sentuh Level Tertinggi 

Melansir data Refinitif, pada perdagangan Senin (6/10/2025), yen Jepang ditutup melemah 1,97% ke level JPY 150,75/US$. Sedangkan, yield atau imbal hasil obligasi pemerintah Jepang Tenor 10 tahun, tengah mencetak level tertingginya sejak Juli 2008. Pada perdagangan kemarin, Selasa (7/10/2025) berada di level 1,677% atau naik 0,06%.

Pelemahan yen Jepang dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun tersebut terjadi seiring terpilihnya Sanae Takaichi sebagai pemimpin baru Partai Demokrat Liberal (LDP), yang sekaligus membuka jalan baginya menjadi Perdana Menteri Jepang berikutnya.

Pasar menilai, Takaichi yang dikenal sebagai figur konservatif dan pendukung kuat kebijakan longgar ala mantan PM Shinzo Abe, akan mempertahankan kebijakan fiskal dan moneter ultra longgar yang selama ini dijalankan.

Artinya, Bank of Japan (BoJ) kemungkinan besar akan tetap menahan suku bunga di level sangat rendah, bahkan di tengah tren kenaikan suku bunga global.

Ekspektasi tersebut membuat investor global berbondong-bondong menjual yen karena imbal hasil riilnya tetap rendah dibandingkan dolar AS dan mata uang utama lainnya.

Sementara itu, yield obligasi Jepang naik karena pelaku pasar mengantisipasi potensi peningkatan penerbitan surat utang untuk mendukung program stimulus ekonomi Takaichi, sekaligus memperkirakan tekanan inflasi yang bisa meningkat akibat dorongan fiskal besar-besaran.

Hasil Lelang SUN

Pemerintah kembali melaksanakan lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa, 7 Oktober 2025, melalui sistem lelang Bank Indonesia. Dari delapan seri SUN yang ditawarkan, total penawaran yang masuk mencapai Rp126,16 triliun. Namun, dari jumlah tersebut, pemerintah hanya menyerap Rp28 triliun sesuai dengan kebutuhan pendanaan dan strategi pengelolaan utang negara.

Rata-rata yield tertimbang yang dimenangkan berkisar antara 4,73% hingga 6,88%, dengan tenor mulai dari Januari 2026 hingga Juli 2064.

(evw/evw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular