
IHSG & Rupiah Hadapi "Bear Killer" Oktober di Tengah Gejolak Dunia

- Pasar keuangan Indonesia kompak melesat, IHSG dan rupiah menguat
- Wall Street melanjutkan pesta dengan mencetak rekor tertinggi
- Data ekonomi dalam negeri dan luar negeri serta dampak shutdown akan menggerakkan pasar keuangan hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air akhirnya kompak melesat bersama. Baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah berada di zona hijau. Optimisme pasar telah kembali ke pasar saham usai penurunan dua hari pada perdagangan sebelumnya.
Melihat penutupan perdagangan IHSG pada perdagangan kemarin, diperkirakan IHSG akan cenderung melemah di hari terakhir pekan perdagangan, sementara rupiah berpeluang kembali menguat.
Masih terdapat beberapa rilis data ekonomi yang dapat mendorong volatilitas perdagangan. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.
IHSG pada perdagangan kemarin, Kamis (2/10/2025) ditutup menguat 0,34% di level 8.071,08. Penguatan ini berhasil mematahkan tren penurunan IHSG selama dua hari beruntun.
Sebanyak 339 saham naik, 356 turun, dan 261 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 26,52 triliun, melibatkan 41,94 miliar saham dalam 2,59 juta kali transaksi.
Mengutip Refinitiv, properti, teknologi, dan industri menjadi sektor yang naik paling kencang. Properti naik 2,51%, teknologi 1,69%, dan industri 1,01%.
Sementara itu, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menjadi penggerak utama dengan kontribusi 8,02 indeks poin. TLKM mencatat kenaikan 2,29% ke level 3.130.
Kemudian PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) menyumbang 6,55 indeks poin. MLPT naik 9,9% ke level 163.000.
Pergerakan IHSG pada perdagangan kemarin selaras dengan pasar Asia-Pasifik. Kospi di Korea Selatan naik 3% dan menyentuh rekor harga tertinggi sepanjang masa, ditopang oleh Samsung dan SK Hynix. Kosdaq naik 1,05% ke level 854,25.
Di Jepang, Nikkei naik 0,87% ke level 44.936,73, sedangkan Topix turun 0,24% menjadi 3.087,4.
Adapun pergerakan positif IHSG seiring dengan banyak kabar positif baik dari dalam dan luar negeri mampu mendorong investor asing kembali ke emerging market salah satunya Indonesia.
Sejumlah kabar lain yang ikut menjadi sentimen perdagangan hari ini termasuk aktivitas manufaktur dan inflasi RI hingga shutdown pemerintah Amerika Serikat (AS).
Aktivitas manufaktur Indonesia masih berada di zona ekspansi di September meskipun sangat tipis. Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global pada Rabu (1/10/2025) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 50,4 di September atau turun dibandingkan 51,5 pada Agustus 2025. Meski turun PMI masih berada di zona ekspansi selama dua bulan beruntun.
Kemudian, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kembali terjadinya tekanan inflasi pada September 2025 sebesar 0,21% dari bulan sebelumnya deflasi 0,08%.
Tekanan harga pada bulan itu utamanya disebabkan kenaikan harga untuk kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami tekanan inflasi 0,38% (mtm) dengan andil menjadi yang terbesar yakni 0,11%.
Lalu Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat nilai surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 5,49 miliar pada Agustus 2025.
Surplus ini didapat dari ekspor sebesar US$ 24,96 miliar dan impor US$ 19,43 miliar. Posisi ekspor masih lebih tinggi dibandingkan impor pada Agustus 2025. Ini adalah surplus 64 bulan beruntun sejak tahun 2020.
Surplus US$ 5,49 miliar artinya neraca perdagangan Indonesia telah surplus 64 bulan beruntun sejak Mei 2020. Surplus pada Agustus ini ditopang oleh surplus nonmigas US$ 7,15 miliar.
Adapun dari ranah global, pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi mengalami government shutdown pada Rabu (1/10/2025) pukul 00:00 waktu setempat. Hal ini terjadi setelah Kongres gagal mencapai kesepakatan pendanaan.
Kebuntuan politik antara pemerintahan yang dipimpin Donald Trump dari Partai Republik ini dengan oposisi dari Demokrat membuat anggaran sementara yang diajukan tidak dapat lolos.
Shutdown kali ini menjadi yang keempat selama Trump memimpin dalam dua periode dan yang pertama sejak 2018, dengan potensi menimbulkan dampak yang cukup signifikan pada perekonomian AS.
Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis (2/10/2025) kembali menguat ke posisi Rp16.580/US$1 atau terapresiasi 0,12%. Penguatan ini menjadi penguatan rupiah terhadap dolar AS selama lima hari beruntun. Dan berhasil mendorong rupiah keluar dari zona psikologis Rp16.600/US$1.
Indeks dolar AS yang terus mengalami pelemahan menjadi faktor utama pada laju penguatan rupiah pada pergerakan kemarin.
Greenback masih menghadapi tekanan seiring dengan terjadinya penutupan pemerintahan AS sejak 1 Oktober 2025 dan belum ada kepastian sampai kapan shutdown ini akan berlangsung.
Kebuntuan politik antara presiden AS Donald Trump dan oposisi Demokrat terkait anggaran fiskal 2026 membuat sentimen pasar kian khawatir akan prospek perekonomian AS kedepannya.
Selain itu, pelaku pasar juga mulai meningkatkan ekspektasi nya bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan melanjutkan pelonggaran kebijakan moneternya dengan memangkas suku bunga nya hingga 50 basis poin sampai akhir tahun ini.
Ekspektasi ini diperkuat oleh laporan terbaru ADP yang menunjukkan adanya pemangkasan tenaga kerja di sektor swasta AS sebesar 30 ribu tenaga kerja, yang menandakan pelemahan pasar tenaga kerja AS yang kian berlanjut.
Dengan pelemahan indeks dolar AS yang terus berlanjut, membuat angin segar bagi penguatan mata uang emerging markets termasuk rupiah garuda.
Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Kamis (2/10/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun turun 0,06% di level 6,2231%. Sebagai informasi, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).
Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kompak menguat bahkan mencetak rekor tertinggi pada perdagangan Kamis atau Jumat dini hari waktu Indonesia.
Saham melonjak karena investor mengabaikan kekhawatiran terkait shutdown pemerintah AS yang telah memasuki hari kedua.
Indeks S&P 500 naik tipis 0,06% menjadi 6.715,35. Indeks ini sempat naik 0,3% di puncak perdagangan hari itu, mencapai rekor intraday terbaru.
Dow Jones Industrial Average menguat 78,62 poin atau 0,17% menjadi 46.519,72, sementara Nasdaq Composite meningkat 0,39% menjadi 22.844,05.
Indeks teknologi ini juga mencetak rekor intraday baru, didukung oleh kenaikan saham Nvidia, yang juga mencapai harga tertinggi sepanjang masa, karena investor terus menumpuk pada raksasa artificial intelligence (AI) tersebut.
Menyurutkan sentimen, Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan produk domestik bruto (PDB) mungkin akan terdampak akibat shutdown pemerintah saat ini. Pernyataan ini meningkatkan kekhawatiran investor bahwa kinerja ekonomi AS akan semakin tertekan jika shutdown berlangsung lebih lama.
Harapan bahwa lapse pendanaan federal hanya bersifat singkat dan karenanya efek serius terhadap ekonomi bisa dibatasi.
Ketiga indeks utama AS pun naik pada sesi sebelumnya, dengan S&P 500 menutup perdagangan di atas 6.700 untuk pertama kalinya. Dow Jones juga mencatat penutupan rekor pada hari perdagangan sebelumnya.
Shutdown dimulai setelah para pemimpin Partai Demokrat dan Republik gagal pada Selasa untuk mencapai kesepakatan yang menjaga pemerintah tetap beroperasi.
Para legislator saling menyalahkan atas penghentian ini, karena Demokrat bersikeras menggunakan langkah ini untuk memperpanjang kredit pajak kesehatan bagi jutaan warga Amerika.
Presiden Donald Trump mengatakan pada Kamis bahwa Demokrat telah memberinya "kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya" untuk memangkas agen federal.
"Shutdown tampaknya berjalan seperti yang diperkirakan, dengan kedua pihak lebih memilih berbicara melalui mikrofon daripada merundingkan anggaran nyata yang membiayai pemerintah dalam jangka panjang," kata Brian Mulberry, manajer portofolio senior di Zacks Investment Management. Kepada CNBC International.
Dia menambahkan pasar akan mentoleransi ini beberapa hari, tetapi jika pemerintahan berhasil memangkas berbagai departemen, hal itu mungkin dilihat sebagai positif jangka panjang meski menimbulkan gangguan jangka pendek.
Secara historis pasar tidak terlalu terpengaruh oleh shutdown pemerintah. Investor kini lebih memperhatikan yang satu ini karena latar kebijakan dan makroekonomi yang lebih volatil, valuasi pasar yang tinggi, konsentrasi saham di tengah reli yang dipimpin AI, serta kekhawatiran inflasi yang berlanjut.
Selain itu, Trump telah mengancam pemecatan massal permanen pegawai federal selama shutdown, memperparah kekhawatiran terkait perlambatan pasar tenaga kerja.
Pertanyaan terbesar bagi investor adalah berapa lama kebuntuan saat ini akan berlangsung. Kemungkinan akan berlanjut setidaknya selama tiga hari, karena Senat dijadwalkan libur pada Kamis untuk memperingati Yom Kippur, sehingga Jumat menjadi hari berikutnya para senator diperkirakan akan melakukan pemungutan suara. Di pasar prediksi, trader bertaruh bahwa shutdown bisa berlangsung hampir dua minggu.
Kekhawatiran lain adalah kekosongan data ekonomi selama shutdown minggu ini, karena laporan non-farm payrolls September tidak akan dirilis pada Jumat akibat penghentian hampir seluruh aktivitas Departemen Tenaga Kerja.
Federal Reserve diperkirakan akan mengumumkan pemotongan suku bunga pada pertemuan Oktober mendatang, setelah data ADP Rabu pagi menunjukkan penurunan pekerjaan sektor swasta bulan lalu, sementara dampak lebih lanjut dari shutdown yang sedang berlangsung masih harus dilihat.
Hari ini menjadi hari terakhir perdagangan pasar keuangan baik IHSG dan rupiah. Sayangnya menjelang akhir perdagangan, hari ini pasar saham keuangan cukup sepi sentimen terutama untuk rilis data-data ekonomi.
Sepinya sentiment bisa berdampak kurang menariknya pasar saham Tanah Air hari ini, sehingga IHSG berpeluang melemah di sisa akhir pekan. Apalagi terdapat bayang-bayang "Bear Killer" pada bulan ini yang menjadi kekhawatiran para pelaku pasar.
Oktober Jadi Awal Pesta Pasar Saham?
Secara historis, Oktober memang sering menjadi titik balik di mana pasar saham mulai menunjukkan kekuatannya kembali setelah melewati periode September yang secara statistik seringkali negatif. Akan tetapi, bulan kesepuluh ini seringkali dianggap sebagai "Bear Killer" atau pembunuh tren pasar yang sedang lesu (bearish).
Memasuki Oktober 2025, teori ini kembali diuji di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian. Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menunjukkan performa "September Ceria" tahun ini dan ditutup di level kuat 8.061, pasar kini dibayangi oleh awan kelabu dari Amerika Serikat: government shutdown yang berpotensi melumpuhkan data ekonomi global.
Seperti diketahui, September 2025, IHSG mampu mencatatkan penguatan sebesar 2,94% dengan mendarat di level 8.061,06 hingga 30 September 2025. Penguatan ini menjadi anomali.
September biasanya dikenal dengan bulan koreksi perdagangan pasar saham, akan tetapi tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang dominan mengalami penurunan. Dalam Sembilan tahun sebelumnya, hanya dua kali IHSG di September berakhir hijau dan selebihnya merah,
IHSG berhasil reli kembali pada September dengan kenaikan mencapai 2,94% yang lagi-lagi didorong oleh pemangkasan suku bunga BI menjadi 4,75% dan gebrakan baru dari Menteri Keuangan Purbaya. Di antaranya pemberian likuiditas terhadap bank Himbara, tidak adanya kenaikan tarif cukai tembakau (CHT) untuk 2026, kucuran stimulus ekonomi hingga inspeksi langsung ke kantor bank-bank BUMN.
Pertanyaannya kini adalah: apakah kekuatan historis Oktober cukup ampuh untuk menahan potensi gejolak dari sentimen eksternal, atau justru mitos "Bear Killer" akan memudar tahun ini?
Dalam perdagangan 2 hari di bulan Oktober, IHSG masih mampu mencatatkan penguatan 0,12% di level 8.071,08 per Kamis (2/10/2025).
Dalam 10 tahun terakhir, IHSG cenderung menguat, hanya melemah dua kali pada 2018 dan 2023.
Secara statistik, reputasi Oktober sebagai bulan yang cenderung positif bagi pasar saham Indonesia memang memiliki dasar yang kuat.
Tantangan Fundamental Oktober 2025: Badai Sempurna dari Eksternal
Meskipun data historis memberikan harapan, kondisi fundamental pada Oktober 2025 ini sangat berbeda dan penuh tantangan. Investor tidak bisa hanya bergantung pada statistik masa lalu.
Setidaknya ada dua katalis utama yang berpotensi mengguncang pasar IHSG pada beberapa waktu ke depan baik dari sisi eksternal dan internal:
1. Kebingungan The Fed
Akibat government shutdown di AS, rilis data ekonomi krusial seperti data tenaga kerja dan data inflasi resmi ditunda. Hal ini membuat Bank Sentral AS, The Federal Reserve, "buta arah" dan harus mengambil keputusan suku bunga di pertemuan berikutnya pada akhir Oktober tanpa memiliki data yang jelas. Kondisi ini menciptakan ketidakpastian yang sangat dibenci oleh pasar.
2. Musim Rilis Laporan Keuangan Kuartal III
Oktober adalah bulan di mana emiten-emiten akan mulai merilis laporan keuangan untuk periode kuartal ketiga 2025. Hasil kinerja ini akan menjadi penentu sentimen domestik. Kinerja yang di bawah ekspektasi dapat menjadi tekanan tambahan bagi keseluruhan harga IHSG.
Analis JPMorgan juga menyampaikan adanya kenaikan target IHSG kemarin (30/9/2025), setelah penutupan pasar saham RI. Hal ini menjadi peran penting bagi bursa efek Indonesia untuk meningkatkan likuiditas dan menciptakan kenaikan harga dengan atensi yang diberikan oleh analis JPMorgan tersebut.
DPR Sahkan Revisi UU BUMN
DPR mengesahkan rancangan undang-undang tentang perubahan keempat atas UU Nomor 19 Tahun 2023 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam rapat paripurna ke-6 masa persidangan I tahun sidang 2025-2026, Kamis (2/10/2025).
Rancangan UU tersebut menjadi landasan perubahan status Kementerian BUMN menjadi Badang Pengaturan BUMN.
"Tibalah saatnya kami meminta persetujuan fraksi-fraksi terhadap rancangan undang-undang tentang perubahan keempat atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2023 tentang Badan Usaha Milik Negara apakah dapat disetujui untuk disahkan menjadi undang-undang?," tanya Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad selaku pimpinan rapat.
Hadir dalam rapat paripurna tersebut sebagai perwakilan dari pemerintah, yakni Menteri Hukum Supratman Andi Agtas, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Rini Widyantini, dan jajaran Kementerian Sekretariat Negara, dan para anggota dewan.
Adapun Komisi VI DPR merampungkan rancangan naskah perubahan keempat atas UU BUMN dalam tiga hari.
Rapat perdana revisi UU BUMN usulan Presiden Prabowo Subianto tersebut dilaksanakan pada 23 September 2025 dan selesai Jumat (26/9/2025).
Sebagai informasi DPR mengesahkan perubahan ketiga UU BUMN pada Februari 2025. Kala itu salah satu perubahan substansial dalam UU tersebut adalah pengaturan mengenai pembentukan badan yang mengelola Holding Investasi dan Holding Operasional.
Pengesahan perubahan ketiga itu menjadi jalan masuk bagi pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
Dalam perubahan keempat, Wakil Ketua Komisi VI sekaligus Ketua Panja Revisi UU BUMN Andre Rosiade mengatakan bahwa ada 84 pasal yang diubah, termasuk di antaranya merupakan penyesuaian atas keputusan Mahkamah Konstitusi.
Adapun beberapa hal yang menjadi penguatan dalam rancangan Undang-Undang tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang badan usaha milik negara antara lain:
1. Pengaturan terkait lembaga yang menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang BUMN dengan nomenklatur badan pengaturan BUMN yang selanjutnya disebut BP BUMN.
2. Penegasan kepemilikan saham seri A diwarning 1% oleh negara pada badan BP BUMN.
3. Penataan komposisi saham pada perusahaan Induk Holding Investasi dan perusahaan Induk Operasional pada badan pengelola investasi Danantara.
4. Pengaturan terkait larangan rangkap jabatan untuk Menteri dan Wakil Menteri pada Direksi Komisaris dan Dewan Pengawas BUMN sebagai tindak lanjut putusan Mahkamah Konstitusi.
5. Penghapusan ketentuan anggota Direksi Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas BUMN pada bukan merupakan penyelenggaran negara.
6. Penataan posisi Dewan Komisaris pada Holding Investasi Holding Operasional yang diisi oleh kalangan profesional.
7. Pengaturan kewenangan pemeriksaan keuangan BUMN oleh badan pemeriksa keuangan dalam rangka meningkatkan transparansi dan akutabilitas pengelolaan keuangan BUMN.
8. Penambahan kewenangan BP BUMN dalam mengoptimalkan peran BUMN.
9. Penegasan kesetaraan gender pada karyawan BUMN yang menduduki Jabatan Direksi Komisaris dan Jabatan Menajeral di BUMN.
10. Perlakuan perpajakan atas transaksi yang melibatkan badan Holding Operasional Holding Investasi atau pihak ketiga yang diatur dalam peraturan pemerintah.
11. Pengaturan pengecualian penguasaan BP BUMN terhadap BUMN yang ditetapkan sebagai alat fiskal.
12. Pengaturan mekanisme peralihan status kepegawaian dari Kementerian BUMN kepada BP BUMN. Serta pengaturan substansi lainnya.
Pertumbuhan Ekonomi AS - Atlanta
Estimasi model GDPNow untuk pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil Amerika Serikat alias tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman, dimana pada kuartal III 2025 adalah 3,8% pada 1 Oktober, turun dari 3,9% pada 26 September.
Setelah rilis kemarin dari Institute for Supply Management, penurunan nowcast pertumbuhan pengeluaran konsumsi pribadi riil kuartal ketiga dari 3,4% menjadi 3,2% sebagian diimbangi oleh peningkatan nowcast pertumbuhan investasi domestik swasta bruto riil dari 4,1% menjadi 4,2%.
PMI Komposit AS September
Pada Jumat (3/10/2025), AS akan merilis Indeks Output Komposit PMI AS Global S&P. Indeks diproyeksi turun dari 54,6 pada Agustus menjadi 53,6 pada bulan September, menurut pembacaan 'flash' (berdasarkan sekitar 85% respons survei yang biasa).
Namun, meskipun menunjukkan tingkat pertumbuhan yang melemah untuk bulan kedua berturut-turut, pembacaan PMI yang masih tinggi menunjukkan bahwa kuartal ketiga secara keseluruhan telah mengalami ekspansi bulanan rata-rata terkuat sejak kuartal terakhir tahun 2024. Output kini telah tumbuh secara berkelanjutan selama 32 bulan.
PHK AS Turun
Perusahaan-perusahaan berbasis di AS mengumumkan 54.064 pemutusan hubungan kerja (PHK) pada September 2025, jumlah terendah dalam tiga bulan terakhir, dibandingkan dengan 85.979 PHK pada Agustus dan turun 25,8% secara tahunan (yoy).
Sektor jasa memangkas pekerjaan terbanyak (6.290), diikuti sektor energi (5.807) dan teknologi (5.639).
Jika dilihat untuk kuartal III, jumlah PHK yang direncanakan oleh perusahaan AS mencapai 202.118, menjadi total kuartal III tertinggi sejak 2020.
Sepanjang tahun ini, perusahaan telah mengumumkan 946.426 PHK, menjadi jumlah YTD tertinggi sejak 2020 dan peringkat kelima tertinggi dalam 36 tahun terakhir.
Sektor pemerintah mencatat pemangkasan terbanyak tahun ini (299.755), di mana 289.363 adalah pegawai federal yang terdampak oleh DOGE. Perusahaan teknologi mengikuti dengan 107.878 PHK.
Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:
- PMI Komposit AS September 2025
-
Paparan publik insidentil PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk.
-
Peluncuran Wi-Fi 7 PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) di SMPN 15 Denpasar, Bali. Turut hadir Utusan Khusus Presiden untuk Iklim dan Energi/CEO Arsari Group.
-
MoU pembangunan Jalan Tol Bogor-Serpong via Parung di Kementerian PU, Jakarta Selatan. Turut hadir Menteri PU.
-
MoU Nestle Indonesia dengan BKKBN dan BPJPH di Dian Ballroom, Raffles Hotel Jakarta. Turut hadir antara lain Kepala BKKBN.
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw) Next Article IHSG Siaga Satu: Bangkit atau Terseret Negoisasi Dagang & IPO Jumbo?
