Ekspansi Setipis Kertas: Domestik Selamatkan Manufaktur RI, Ekspor Bye

mae, CNBC Indonesia
01 October 2025 08:15
Ilustrasi Pabrik Minuman. (Dok. Freepik)
Foto: Ilustrasi Pabrik Minuman. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur Indonesia masih berada di zona ekspansi di September meskipun sangat tipis.

Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Rabu (1/10/2025) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 50,4 di September atau turun dibandingkan 51,5 pada Agustus 2025. Meski turun PMI masih berada di zona ekspansi selama dua bulan beruntun.

Sebelumnya, PMI sudah terkontraksi sebesar 46,7 di April, kemudian 47,4 di Mei, berlanjut di Juni (46,9), dan Juli (49,2).

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

PMI Manufaktur ada di zona ekspansi dengan ditopang oleh peningkatan pesanan baru.

Pesanan baru naik untuk bulan kedua berturut-turut pada September, meskipun ada penurunan kembali pada volume produksi setelah ekspansi yang solid di Agustus.

Pesanan baru terus tumbuh di akhir kuartal ketiga, meski lebih rendah dari bulan sebelumnya. Kenaikan ini sebagian besar dikaitkan dengan permintaan pasar domestik yang lebih kuat.

Namun, penjualan untuk pasar ekspor kembali turun untuk kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir akibat lemahnya permintaan luar negeri.

Akibatny, produksi (output) turun kembali pada September, atau kelima kalinya dalam enam bulan terakhir, meski hanya sedikit. Penurunan ini dikaitkan dengan melemahnya daya beli pelanggan.

Kendati demikian ada semangat positif menjelang akhir tahun. Pembelian input meningkat untuk bulan kedua berturut-turut, seiring perusahaan bersiap menghadapi potensi kenaikan permintaan di akhir tahun.

Perusahaan juga meningkatkan persediaan barang mentah dan jadi untuk mengantisipasi kenaikan produksi maupun untuk melindungi dari potensi kenaikan harga bahan baku.

Terlebih, beban biaya naik ke level tertinggi dalam tujuh bulan.

Meski ada kenaikan pesanan domestik, rata-rata lead time (waktu tunggu pengiriman) input membaik, tercatat terpendek dalam hampir dua tahun berkat pengiriman langsung ke pabrikan.

Perusahaan Menambah Tenaga Kerja
Kabar positif lain yang perlu dicatat adalah adanya peningkatan rekruitmen tenaga kerja di September. Artinya, perusahaan terus menambah tenaga kerja di dua bulan terakhir.
S&P bahkan melaporkan tambahan tenaga kerja ini adalah yang tertinggi sejak Mei 2025.

Tambahan tenaga kerja ini membantu mengurangi pekerjaan tertunda (outstanding business) meski laju penyusutannya sama dengan periode sebelumnya.

Perusahaan menambah tenaga kerja seiring dengan keyakinan bahwa pertumbuhan akan terus berlanjut dalam beberapa bulan mendatang. Faktanya, optimisme terkait prospek setahun ke depan menguat dibandingkan periode survei sebelumnya, dan berada pada level tertinggi dalam empat bulan terakhir.

Optimisme terhadap output 12 bulan ke depan menguat ke level tertinggi dalam empat bulan terakhir.

Namun, ada beban perusahaan yang membengkak. Inflasi biaya input meningkat signifikan, tertinggi sejak Februari, didorong oleh kenaikan luas pada harga bahan baku.

Perusahaan mencoba meneruskan sebagian beban biaya tersebut ke konsumen, sehingga harga output naik meskipun hanya secara moderat.

"Ekonomi manufaktur Indonesia membaik dalam skala marginal pada September, didorong oleh perbaikan berkelanjutan pada arus masuk pesanan baru. Namun demikian, terdapat penurunan kembali pada volume produksi karena perusahaan mencatat melemahnya daya beli klien," tulisr Usamah Bhatti, Ekonom di S&P Global Market Intelligence, dikutip dari website S&P.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation