
Kabar Baik: PMI Manufaktur RI Ekspansi Setelah 4 Bulan di Zona Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur Indonesia akhirnya masuk fase ekspansi di Agustus setelah terkontraksi empat bulan sebelumnya.
Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Senin (1/9/2025) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 51,5 pada Agustus 2025 atau mengalami ekspansi. Laju ekspansi ini adalah yang pertama dalam lima bulan setelah PMI terkontraksi empat bulan beruntun sebelumnya.
Sebelumnya, PMI sudah terkontraksi sebesar 46,7 di April, kemudian 47,4 di Mei, berlanjut di Juni (46,9), dan Juli (49,2).
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.
Pesanan Baru Naik untuk Pertama Kalinya dalam 5 Bulan
S&P menjelaskan PMI Manufaktur ekspansif pada Agustus, didorong oleh peningkatan pada produksi dan volume pesanan baru.
Baik output dan pesanan baru mencatat pertumbuhan pertama dalam lima bulan dengan laju yang solid.
Perusahaan melaporkan peluncuran produk baru dan keberhasilan memenangkan klien. Permintaan pasar juga dilaporkan lebih kuat, baik domestik maupun eksternal. Volume pesanan ekspor baru bahkan meningkat dengan laju tercepat sejak September 2023 atau dua tahun terakhir.
"Perusahaan juga optimistis bahwa pertumbuhan output akan berlanjut dalam waktu dekat, seiring meningkatnya keyakinan terhadap prospek setahun mendatang." Ujar Usamah Bhatti, Ekonom di S&P Global Market Intelligence, dikutip dari website resmi.
Merujuk data S&P, perusahaan meningkatkan aktivitas pembelian dan menambah pekerja untuk menyesuaikan dengan kebutuhan produksi tambahan.
Perusahaan juga menambah persediaan pembelian, namun inventaris produk jadi menurun karena digunakan untuk memenuhi pesanan.
Kabar buruknya, dolar AS menguat sehingga meningkatkan harga barang impor da berkontribusi pada kenaikan tajam biaya input yang coba. Perusahaan memilih untuk mengimbanginya dengan menaikkan harga output yang tercatat menjadi tercepat sejak Juli 2024.
Walaupun ada pertumbuhan pesanan baru, perusahaan tetap mampu menjaga beban kerja, tercermin dari penurunan backlog yang konsisten lima bulan berturut-turut.
Perusahaan Menambah Karyawan
Kenaikan jumlah pesanan dan kebutuhan produksi serta peningkatan permintaan membuat perusahaan mulai menambah tenaga kerja di Agustus.
Meski tipis, kenaikan jumlah tenaga kerja ini merupakan yang pertama dalam tiga bulan.
Kabar ini tentu menjadi hal yang positif bagi Indonesia di tengah derasnya isu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Dinamika Harga dan Persediaan
Ekspansi moderat pada pembelian input turut mendorong peningkatan persediaan bahan baku. Sebaliknya, stok barang jadi menurun karena digunakan untuk memenuhi pesanan baru.
Pasokan material yang melimpah memungkinkan sebagian perusahaan memperoleh input lebih cepat dibanding Juli. Beberapa responden melaporkan adanya keterlambatan pengiriman. Secara keseluruhan, waktu pengiriman pemasok tidak berubah sepanjang bulan.
Dari sisi harga, inflasi biaya input pada Agustus tetap solid, meski di bawah rata-rata jangka panjang survei dan menjadi yang terendah kedua dalam hampir lima tahun (setelah Juni).
Inflasi biaya tetap tinggi sepanjang Agustus, meski turun ke salah satu level paling rendah dalam lima tahun terakhir.
"Perusahaan memilih untuk lebih banyak membebankan biaya operasi yang lebih tinggi ke pelanggan guna melindungi margin, dengan kenaikan harga output yang paling tajam sejak Juli 2024." ujar Usamah.
Prospek ke Depan
Bisnis di sektor manufaktur Indonesia tetap optimistis di mana kalangan bisnis melihat produksi akan meningkat dalam setahun mendatang. Tingkat optimisme kalangan pengusaha tercatat cukup kuat, meningkat dibanding Juli meski masih di bawah rata-rata jangka panjang.
Sentimen positif ditopang oleh harapan perbaikan kondisi ekonomi, peluncuran produk baru, serta ekspektasi bahwa daya beli konsumen lebih tinggi akan mendorong pertumbuhan output.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
