
Badai Sentimen Mengintai RI: Inflasi, Ekonomi China & Shutdown Amerika

Dari saham Amerika Serikat, bursa Wall Street mengakhiri perdagangan di zona hijau pada perdagangan Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia.
Saham menguat karena para investor mulai melupakan kekhawatiran akan kemungkinan shutdown pemerintah AS dan mencatat kinerja September yang luar biasa.
S&P 500 ditutup naik 0,41% di 6.688,46, sementara Nasdaq Composite menguat 0,31% menjadi 22.660,01. Dow Jones Industrial Average menanjak 81,82 poin, atau 0,18%, menutup di 46.397,89 yang merupakan rekor penutupan tertinggi baru.
Saham perangkat lunak turun pada Selasa, dengan Paychex merosot lebih dari 1% dan Salesforce turun 3,3%. Nvidia menjadi sorotan positif, naik seiring dengan CoreWeave, yang didukung oleh Nvidia, mengumumkan kesepakatan infrastruktur cloud AI senilai $14,2 miliar dengan Meta Platforms.
Pergerakan pada Selasa membuat bursa ada di zona penguatan yang solid bagi indeks saham utama AS di September. S&P 500, yang rata-rata turun 4,2% selama September dalam lima tahun terakhir, naik lebih dari 3% bulan ini, dan Dow naik menguat 2%. Nasdaq unggul dengan kenaikan 5,6% di bulan September.
Selasa juga menandai akhir kuartal ketiga. Pasar luas S&P 500 naik hampir 8% kuartal ini, sementara Nasdaq yang didominasi teknologi mencatat kenaikan lebih dari 11% kuartal ini. Dow, indeks blue-chip, naik lebih dari 5% sejak akhir Juni, mencatat kuartal kenaikan berturut-turut kelima.
Pemerintah federal diperkirakan kehabisan dana pada tengah malam. Presiden Donald Trump pada Selasa mengatakan mengenai kemungkinan shutdown.
Ketua DPR Mike Johnson (R-La.) juga menyampaikan jika dia "skeptis" bahwa kekurangan pendanaan bisa dihindari tepat waktu, dengan hasil akhir berada di tangan Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer (D-N.Y.) dan Pemimpin Minoritas DPR Hakeem Jeffries (D-N.Y.). Jeffries.
Secara umum, pasar saham menanggapi kemungkinan shutdown pemerintah dengan tenang. Secara historis, penghentian operasi pemerintah berdampak minim pada pasar karena jarang berlangsung lebih dari dua minggu.
Namun, beberapa investor khawatir dampaknya terhadap ekonomi AS bisa lebih serius kali ini, terutama jika administrasi Trump benar-benar melanjutkan ancaman pemecatan massal pegawai federal atau jika shutdown berlangsung lebih lama dari perkiraan.
"Pasar secara luas sudah memperkirakan shutdown akan terjadi, jadi investor sebagian besar menunggu, tetapi jika ini berlangsung lebih dari dua minggu, kekhawatiran akan meningkat," kata Adam Crisafulli dari Vital Knowledge, kepada CNBC International.
Investor sudah waspada terhadap perlambatan pasar tenaga kerja, risiko stagflasi, dan valuasi saham yang tinggi.
Jika pemerintah menghentikan operasinya, Departemen Tenaga Kerja menyatakan laporan non-farm payroll September tidak akan dirilis sesuai jadwal pada Jumat. Shutdown juga bisa membuat lembaga pemeringkat meninjau ulang kekuatan kredit AS, yang sebelumnya diturunkan oleh Moody's pada Mei.
Laporan pekerjaan ini adalah salah satu dari beberapa data kunci yang akan memberikan informasi penting mengenai arah ekonomi menjelang rapat kebijakan Federal Reserve bulan Oktober. Tanda terbaru tekanan ekonomi muncul pada Selasa, ketika indeks kepercayaan konsumen September lebih rendah dari perkiraan.
Namun, penundaan rilis laporan bisa saja menguntungkan pasar, menurut Peter Corey, salah satu pendiri dan kepala strategis pasar di Pave Finance.
"Ini bisa menyelamatkan pasar dari potensi melihat angka pekerjaan Agustus 22.000 turun di bawah nol, yang kemungkinan besar terjadi karena statistik sudah mendekati titik kritis," kata Corey.
Dia menambahkan penundaan akan menunda kekecewaan investor dan memberi pasar kesempatan merilis data positif lainnya di sela waktu untuk meredam dampaknya.
(saw/saw)