Mengenal Topan Ragasa: Raja Badai Asia yang Hantam China - Filipina

mae, CNBC Indonesia
24 September 2025 16:20
Ilustrasi topan dahsyat. (Dok. Freepik)
Foto: Ilustrasi topan dahsyat. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Super Topan Ragasa, siklon tropis terkuat di dunia tahun ini membawa hujan deras dan memakan puluhan korban jiwa.

Administrasi Meteorologi China menjuluki Ragasa sebagai "Raja Badai."

Peringatan dari Hong Kong Observatory mengatakan angin lokal di Hong Kong akan terus menguat, dan area yang sebelumnya terlindung bisa saja menjadi terbuka.

Di Taiwan, sedikitnya 14 orang tewas dan tim penyelamat masih berusaha mencari 152 orang lainnya yang dilaporkan hilang. Puluhan tewas setelah sebuah bendungan alami yang menahan danau yang baru terbentuk runtuh melepaskan 68 juta ton air dan membanjiri wilayah Guangfu Township di sekitarnya.

Hampir dua juta orang di China selatan telah dievakuasi karena topan tersebut.

Seorang wanita berpegangan pada rambu lalu lintas untuk menjaga keseimbangan melawan angin kencang dari Topan Super Ragasa di Hong Kong, Cina, 24 September 2025. (REUTERS/Tyrone Siu)Foto: Seorang wanita berpegangan pada rambu lalu lintas untuk menjaga keseimbangan melawan angin kencang dari Topan Super Ragasa di Hong Kong, Cina, 24 September 2025. (REUTERS/Tyrone Siu)
Seorang wanita berpegangan pada rambu lalu lintas untuk menjaga keseimbangan melawan angin kencang dari Topan Super Ragasa di Hong Kong, Cina, 24 September 2025. (REUTERS/Tyrone Siu)

Maskapai Cathay Pacific juga membatalkan lebih dari 500 penerbangan, mengganggu jalur utama ke kota internasional seperti San Francisco, Vancouver, dan Zurich. Maskapai ini mengumumkan bahwa penerbangan yang dijadwalkan tiba dan berangkat dari Bandara Internasional Hong Kong pada 23-24 September terdampak badai ini.

Sementara itu, otoritas China telah menutup sekolah dan bisnis di sedikitnya 10 kota seiring semakin dekatnya Ragasa. Di Guangdong, wilayah utara Hong Kong, sekitar 370.000 orang telah dievakuasi sejauh ini.

Publik diminta tetap waspada tinggi, karena cuaca lokal akan terus memburuk hari ini dengan hujan deras disertai badai petir.

Gelombang laut diperkirakan akan luar biasa dengan swell besar, sehingga masyarakat diminta menjauhi air laut dan tidak melakukan aktivitas olahraga air.

Apa itu Topan Ragasa?

Ragasa (disebut Nando secara lokal di Filipina) berkembang pada pertengahan September di atas Samudra Pasifik Barat. Badai ini berawal dari utara Yap, perlahan menguat saat melintasi perairan samudra yang sangat hangat dengan kondisi atmosfer yang mendukung.

Pada Senin (22/9/2025), Ragasa telah meningkat menjadi super topan, dengan kecepatan angin maksimum rata-rata 1 menit mencapai 165 mph setara dengan badai hurricane Kategori 5.

Seorang warga mengambil foto ombak besar dari pantai sebelum Topan Super Ragasa berada pada titik terdekatnya di Hong Kong, Cina, 23 September 2025. (REUTERS/Tyrone Siu)Foto: Seorang warga mengambil foto ombak besar dari pantai sebelum Topan Super Ragasa berada pada titik terdekatnya di Hong Kong, Cina, 23 September 2025. (REUTERS/Tyrone Siu)
Seorang warga mengambil foto ombak besar dari pantai sebelum Topan Super Ragasa berada pada titik terdekatnya di Hong Kong, Cina, 23 September 2025. (REUTERS/Tyrone Siu)

 

Filipina, Taiwan, dan Cina bagian selatan tetap berada di jalur perkiraan Ragasa. Di Filipina, badai ini sudah memicu evakuasi besar-besaran, pemadaman listrik luas, serta peringatan untuk hujan deras, gelombang badai, banjir, dan tanah longsor dengan Luzon Utara menjadi wilayah yang paling terdampak sejauh ini.

Hingga kini, belum ada peringatan mengenai kemungkinan topan Ragasa akan memasuki wilayah Indonesia.

Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan jika ada dampak tidak langsung yang diakibatkan Topan Ragasa di Indonesia. Di antaranya adalah kondisi cuaca ekstrem di wilayah Indonesia, termasuk hujan dengan intensitas sedang hingga lebat hingga 29 September 2025.

Mengapa Ragasa Masuk Kelompok Super Topan?

Dalam ilmu meteorologi, nama dan kategori badai memiliki perbedaan geografis dan intensitas yang jelas.

Di Pasifik Barat Laut, siklon tropis diklasifikasikan berdasarkan kecepatan angin maksimum rata-rata. Begitu angin mencapai setidaknya 74 mph (meter per jam), sistem tersebut disebut typhoon.

Meteorolog juga mempertimbangkan tekanan pusat dan struktur badai (mata badai, dinding mata, serta aliran keluar) untuk menilai intensitas, tetapi klasifikasi resmi ditentukan berdasarkan kecepatan angin.

Topan super adalah subset badai dengan intensitas luar biasa. Joint Typhoon Warning Center (JTWC) menyematkan istilah ini pada badai dengan angin rata-rata 1 menit setidaknya 150 mph.

Badan cuaca Filipina juga menggunakan istilah "topan super," meski dengan ambang batas angin yang sedikit berbeda, sementara Japan Meteorological Agency tidak menggunakan istilah ini sama sekali.

Dalam kasus Ragasa, data JTWC menunjukkan angin maksimum mencapai 165 mph, menempatkannya jelas dalam kategori super topan dan setara dengan badai hurricane Kategori 5 di Atlantik atau Pasifik Timur.

Yang membuat Super Topan Ragasa signifikan bukan hanya karena ia mencapai level "super," tetapi juga seberapa cepat dan di mana ia melakukannya.

Ragasa mengalami intensifikasi cepat yang tidak biasa saat mendekati Luzon Utara dan pulau-pulau terdekat, sehingga memperpendek waktu untuk evakuasi dan persiapan.

Kecepatan angin puncak mendekati 165 mph dengan hembusan lebih tinggi, sementara komunitas pesisir diperingatkan adanya gelombang badai lebih dari 3 meter di wilayah dataran rendah atau terbuka.

Wilayah Asia, terutama Asia Timur dan Asia Tenggara, memang rawan badai dan topan karena wilayahnya berada tepat di jalur badai tropis dunia. Suhu laut hangat, aktivitas musiman, dan tekanan atmosfer menjadikan kawasan ini tempat lahirnya badai.
Hampir setiap tahun, sejumlah negara seperti Filipina, Jepang, China, Vietnam, hingga sebagian wilayah Indonesia mengalami hantaman topan dengan kekuatan besar.

Sebagian besar wilayah Asia berada di jalur yang disebut "Typhoon Belt", yaitu lintasan utama badai tropis dari Samudra Pasifik bagian barat. Wilayah ini mencakup sebagian besar negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara yang berada di antara garis balik utara dan ekuator.

Lokasi umumnya mencakup wilayah Filipina, Taiwan, Jepang bagian Selatan, China bagian Tenggara, Vietnam, dan Laut Cina Selatan

Musim topan biasanya terjadi antara Mei hingga Oktober, dengan puncaknya antara Agustus dan September.

Anak-anak bermain di dekat ombak kencang dari Sungai Pasig di tengah Topan Hebat Man-yi, di Manila, Filipina, 17 November 2024. (REUTERS/Lisa Marie David)Foto: Anak-anak bermain di dekat ombak kencang dari Sungai Pasig di tengah Topan Hebat Man-yi, di Manila, Filipina, 17 November 2024. (REUTERS/Lisa Marie David)
Anak-anak bermain di dekat ombak kencang dari Sungai Pasig di tengah Topan Hebat Man-yi, di Manila, Filipina, 17 November 2024. (REUTERS/Lisa Marie David)



Hujan deras yang dipicu oleh Topan Wutip dan kondisi musim hujan memicu banjir dan tanah longsor di China Selatan. (Tangkapan Layar CCTV via Reuters)
Topan dan badai sudah berkali-kali datang dengan kekuatan yang menghancurkan. Salah satu bencana topan terparah dalam sejarah modern Asia adalah topan Nargis.

Topan Nargis menerjang Delta Irrawaddy dan wilayah selatan Yangon, bekas ibu kota Myanmar, pada malam tanggal 2 Mei 2008 dengan kecepatan angin mencapai 240 km/jam (150 mph).

Topan tersebut menewaskan hampir 140.000 dan 2,4 juta orang terdampak parah. Topan ini merupakan topan terburuk yang menghantam Asia sejak 1991, ketika 143.000 orang meninggal di Bangladesh. Ini juga menjadi bencana alam terburuk yang melanda Asia sejak tsunami 2004 yang menewaskan setidaknya 232.000 orang.

Sebagian besar korban tewas karena diterjang gelombang air setinggi 3,5 meter yang menyapu wilayah rendah di Delta Irrawaddy. Di antaranya termasuk 10.000 orang yang tewas di satu kota, Bogalay, yang terletak di barat daya Yangon.

Topan Nargis juga menewaskan sekitar 200.000 hewan ternak, termasuk 120.000 hewan pekerja yang digunakan petani untuk membajak sawah.

 


(mae/mae) Next Article Dunia Boncos Ribuan Triliun Karena Banjir, Indonesia Masuk Peta Bahaya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular