Banjir Bandang Tewaskan 300 Orang, Ribuan Hilang

mae, CNBC Indonesia
16 August 2025 14:00
Hujan deras yang mengguyur Provinsi Punjab, Pakistan, menewaskan sedikitnya 63 orang dan melukai hampir 300 orang. (Reuters TV)
Foto: Banjir bandang. (Reuters TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Banjir bandang akibat hujan deras menewaskan sekitar 300 orang di India dan Pakistan serta membuat puluhan lainnya hilang.

Banjir ini semakin memperpanjang catatan buruk Pakistan dalam traged banjir.
Dikutip dari Reuters, hingga Jumat (15/8/2925) tim penyelamat berhasil mengevakuasi sekitar 1.600 orang dari dua distrik pegunungan di kedua negara bertetangga itu.

Banjir mulai sehari sebelumnya di Kashmir yang dikuasai India dan menyebar ke utara dan barat laut Pakistan, dipicu oleh hujan deras mendadak di area kecil. Banjir dan tanah longsor berikutnya melukai puluhan orang dan memaksa evakuasi serta penyelamatan ribuan orang, terutama di provinsi Khyber Pakhtunkhwa.

Kejadian cloudburst seperti ini semakin sering terjadi di wilayah Himalaya India dan daerah utara Pakistan, dan para ahli mengatakan perubahan iklim menjadi faktor penyebab.

Orang-orang berkumpul di lokasi banjir bandang di Tehsil Salarzai di distrik Bajaur, Pakistan. Korban jiwa akibat hujan monsun deras yang memicu tanah longsor dan banjir bandang di wilayah utara Pakistan terus bertambah. Hingga Sabtu, 16 Agustus 2025, sedikitnya 194 orang dilaporkan meninggal. (REUTERS/Stringer)Foto: Orang-orang berkumpul di lokasi banjir bandang di Tehsil Salarzai di distrik Bajaur, Pakistan. Korban jiwa akibat hujan monsun deras yang memicu tanah longsor dan banjir bandang di wilayah utara Pakistan terus bertambah. Hingga Sabtu, 16 Agustus 2025, sedikitnya 194 orang dilaporkan meninggal. (REUTERS/Stringer)
Orang-orang berkumpul di lokasi banjir bandang di Tehsil Salarzai di distrik Bajaur, Pakistan. Korban jiwa akibat hujan monsun deras yang memicu tanah longsor dan banjir bandang di wilayah utara Pakistan terus bertambah. Hingga Sabtu, 16 Agustus 2025, sedikitnya 194 orang dilaporkan meninggal. (REUTERS/Stringer)

 

Cloudburst adalah fenomena cuaca ekstrem berupa hujan deras yang sangat lebat turun dalam waktu singkat di area yang relatif kecil, biasanya di wilayah pegunungan atau dataran tinggi

Para pemimpin di kedua negara menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan menjanjikan bantuan cepat.

Puluhan Hilang di Desa Himalaya Terpencil

Di Kashmir yang dikuasai India, tim penyelamat mencari orang hilang di desa terpencil Himalaya, Chositi, setelah banjir bandang sehari sebelumnya menewaskan sedikitnya 60 orang dan membuat setidaknya 80 orang hilang.

Sedikitnya 300 orang diselamatkan pada Kamis setelah cloudburst besar memicu banjir dan longsor, namun operasi dihentikan semalam. Pejabat mengatakan banyak orang hilang diduga tersapu arus, dan jumlah yang hilang bisa bertambah.

Seorang warga, Harvinder Singh, mengatakan ia ikut dalam upaya penyelamatan segera setelah bencana dan membantu mengevakuasi 33 jenazah dari lumpur.

Sedikitnya 50 orang yang terluka parah dirawat di rumah sakit, banyak di antaranya diselamatkan dari sungai yang penuh lumpur dan puing.

Hujan deras yang mengguyur Provinsi Punjab, Pakistan, menewaskan sedikitnya 63 orang dan melukai hampir 300 orang. (Reuters TV)Foto: Hujan deras yang mengguyur Provinsi Punjab, Pakistan, menewaskan sedikitnya 63 orang dan melukai hampir 300 orang. (Reuters TV)
Hujan deras yang mengguyur Provinsi Punjab, Pakistan, menewaskan sedikitnya 63 orang dan melukai hampir 300 orang. (Reuters TV)

 

Chositi, di distrik Kishtwar Kashmir, adalah desa terakhir yang dapat dijangkau kendaraan bermotor di jalur ziarah tahunan umat Hindu menuju kuil pegunungan di ketinggian 3.000 meter. Pejabat mengatakan ziarah yang dimulai 25 Juli dan dijadwalkan berakhir 5 September itu ditangguhkan.

Banjir besar menyapu dapur umum utama untuk para peziarah, serta puluhan kendaraan dan motor. Lebih dari 200 peziarah sedang berada di dapur umum saat banjir menerjang, yang juga merusak atau menghanyutkan banyak rumah di kaki bukit, kata pejabat.

Ratusan Turis Terjebak Banjir di Pakistan

Di Pakistan utara dan barat laut, banjir bandang menewaskan sedikitnya 243 orang, termasuk 157 yang meninggal pada Jumat di distrik Buner, Pakistan barat laut.

Puluhan orang masih hilang dan operasi penyelamatan masih berlangsung. Sekitar 78 jenazah ditemukan hingga Jumat siang, dan 79 lainnya ditarik dari reruntuhan rumah dan desa yang terendam kemudian.

Tim penyelamat dengan perahu dan helikopter bekerja menjangkau warga yang terjebak. Ambulans mengangkut lebih dari 100 jenazah ke rumah sakit, menurut pernyataan pemerintah.

Bilal Faizi, juru bicara layanan darurat provinsi di Khyber Pakhtunkhwa, mengatakan penyelamat bekerja berjam-jam untuk menyelamatkan 2.000 turis yang terjebak banjir bandang dan tanah longsor di Lembah Siran, distrik Mansehra, dan daerah lain pada Kamis.

Wilayah Dilanda Banjir Berulang dalam Beberapa Minggu

Wilayah Gilgit-Baltistan di Pakistan telah dilanda beberapa kali banjir sejak Juli, memicu longsor di sepanjang Jalan Raya Karakoram, jalur perdagangan utama yang menghubungkan Pakistan dan Tiongkok serta digunakan wisatawan untuk menuju kawasan utara yang indah.

Wilayah ini merupakan rumah bagi gletser-gletser besar yang memasok 75% cadangan air Pakistan.

Seorang wanita berdiri di depan rumah-rumah yang rusak akibat banjir mematikan yang disebabkan oleh hujan deras yang tiba-tiba di kota Chasoti, distrik Kishtwar, Kashmir India, 15 Agustus 2025. (REUTERS/Stringer)Foto: Seorang wanita berdiri di depan rumah-rumah yang rusak akibat banjir mematikan yang disebabkan oleh hujan deras yang tiba-tiba di kota Chasoti, distrik Kishtwar, Kashmir India, 15 Agustus 2025. (REUTERS/Stringer)
Seorang wanita berdiri di depan rumah-rumah yang rusak akibat banjir mematikan yang disebabkan oleh hujan deras yang tiba-tiba di kota Chasoti, distrik Kishtwar, Kashmir India, 15 Agustus 2025. (REUTERS/Stringer)

 

Saat musim panas, ketika sekolah ditutup lebih dari dua bulan, ratusan ribu orang bepergian ke destinasi wisata di Pakistan utara dan barat laut. Tahun ini, meski pemerintah berulang kali memperingatkan soal longsor dan banjir bandang, banyak orang tetap mengunjungi resor populer di wilayah terdampak.

Badan penanggulangan bencana Pakistan mengeluarkan peringatan baru untuk potensi banjir dari luapan danau gletser di utara, memperingatkan wisatawan agar menjauhi area terdampak.

Sebuah studi yang dirilis minggu ini oleh World Weather Attribution, jaringan ilmuwan internasional, menemukan curah hujan di Pakistan antara 24 Juni hingga 23 Juli 10%-15% lebih tinggi karena pemanasan global.

Pada 2022, musim hujan terburuk dalam sejarah negara itu menewaskan lebih dari 1.700 orang dan menyebabkan kerugian sekitar US$40 miliar.

Pakistan Kerap Dilanda Banjir


Menurut data Komisi Banjir Federal, Pakistan telah mengalami 28 banjir besar (super riverine floods) dalam sejarah 75 tahunnya. Banjir besar pertama tercatat pada tahun 1950, disusul tahun 1955, 1956, 1957, 1959, 1973, 1975, 1976, 1977, 1978, 1981, 1983, 1984, 1988, 1992, 1994, 1995 dan kemudian terjadi setiap tahun sejak 2010 yang juga mencatat banjir terburuk dalam sejarah negara tersebut.

Secara keseluruhan, banjir-banjir ini telah merusak 616.558 km² lahan, merenggut 13.262 jiwa, dan menyebabkan kerugian lebih dari Rs39 miliar bagi ekonomi nasional.

Seorang pria menggunakan drum plastik menyeberangi daerah banjir setelah hujan muson lebat di Jacobabad, provinsi Sindh, Pakistan, Jumat (26/8/2022). Pemerintah Pakistan mengumumkan keadaan darurat untuk menangani banjir musim hujan yang berdampak terhadap lebih dari empat juta warga yang mengakibatkan 34 orang tewas di negara itu. (Photo by ASIF HASSAN/AFP via Getty Images)Foto: Seorang pria menggunakan drum plastik menyeberangi daerah banjir setelah hujan muson lebat di Jacobabad, provinsi Sindh, Pakistan, Jumat (26/8/2022). Pemerintah Pakistan mengumumkan keadaan darurat untuk menangani banjir musim hujan yang berdampak terhadap lebih dari empat juta warga yang mengakibatkan 34 orang tewas di negara itu. (Photo by ASIF HASSAN/AFP via Getty Images)
Seorang pria menggunakan drum plastik menyeberangi daerah banjir setelah hujan muson lebat di Jacobabad, provinsi Sindh, Pakistan, Jumat (26/8/2022). Pemerintah Pakistan mengumumkan keadaan darurat untuk menangani banjir musim hujan yang berdampak terhadap lebih dari empat juta warga yang mengakibatkan 34 orang tewas di negara itu. (Photo by ASIF HASSAN/AFP via Getty Images)

 

Banjir bandang yang datang tiba-tiba dan sering disebabkan oleh cloudburst (ledakan hujan deras mendadak di pegunungan) juga bukan hal baru di Pakistan.

Contohnya pada 23 Juli 2001, hujan monsun ekstrem melanda Islamabad, Mansehra, Rawalpindi, dan kota lain di Pakistan.

Banjir ini menewaskan 350 orang dan 150 orang luka-luka.

Daerah paling parah adalah Mansehra, dengan 200 orang meninggal, 1.000 rumah hancur. Banyak ternak mati dan jalan terputus sehingga bantuan sulit masuk.

Selain Mansehra, daerah Dader (Shinkiari) dan Buner juga terdampak banjir dan longsor. Di Dadar Qadeem, sedikitnya 200 rumah runtuh atau hanyut.

Penyebab utama banjir menjadi bencana besar

Sejumlah faktor menjadi pemicu berulangnya banjir di Pakistan.

1. Ledakan populasi

Ledakan populasi ini memaksa penggunaan sumber daya alam melebihi kapasitas dukungnya, sehingga mengancam keberlanjutan.

Populasi Pakistan baru mencapai 84,25 juta pada 1981 tetapi angkanya kini meledak menjadi 251 juta jiwa.

Seorang wanita yang tertutup lumpur bereaksi setelah hujan lebat yang mematikan di Kishtwar, Kashmir India, 14 Agustus 2025 dalam tangkapan layar yang diperoleh dari sebuah video. (ANI/Reuters TV via REUTERS)Foto: Seorang wanita yang tertutup lumpur bereaksi setelah hujan lebat yang mematikan di Kishtwar, Kashmir India, 14 Agustus 2025 dalam tangkapan layar yang diperoleh dari sebuah video. (via REUTERS/ANI)
Seorang wanita yang tertutup lumpur bereaksi setelah hujan lebat yang mematikan di Kishtwar, Kashmir India, 14 Agustus 2025 dalam tangkapan layar yang diperoleh dari sebuah video. (ANI/Reuters TV via REUTERS)

 

2. Kebijakan Pembangunan

Kajian terbaru berjudul "The Environmental Repercussions of Development in Pakistan" karya Arif Hasan dan Amenah Azam Ali menyoroti akar masalah bencana ekologis Pakistan. Menurut riset itu, kebijakan pembangunan sejak era kolonial Inggris hingga kini meninggalkan jejak panjang kerusakan lingkungan.

Saat menjajah India, Inggris menetapkan empat tujuan utama pembangunan:

  1. Mengeksploitasi sumber daya alam untuk industrialisasi di Inggris.
  2. Meningkatkan produksi pertanian demi kebutuhan industri dan konsumen Inggris.
  3. Mencegah pertumbuhan industri lokal India serta melemahkan yang sudah ada.
  4. Mengerek pendapatan imperium.

Pasca-kemerdekaan, Pakistan justru meneruskan banyak kebijakan tersebut. Aset lingkungan seperti hutan, danau, hingga tambang yang dahulu dikelola feodal atau komunitas lokal, dialihkan ke negara, membuka jalan bagi eksploitasi komersial berskala besar.

3. Deforestasi

Deforestasi menjadi masalah kronis. Data menunjukkan hanya sekitar 4,91% lahan Pakistan tertutup hutan, terendah di kawasan Asia Selatan (angka bervariasi 2,2%-5,1%).

Padahal, hutan di tepi sungai adalah benteng alami pertama terhadap banjir besar. parah (hutan <5% luas wilayah). Hilangnya fungsi pohon sebagai pelindung alami.

4. Kurangnya pemeliharaan kanal & tanggul

Minimnya perawatan kanal dan tanggul membuat kapasitas alir menurun. Tragedi banjir 2010 di Sindh jadi bukti betapa banyak tanggul jebol karena tekanan air deras.

Dalam 30 tahun terakhir, pembangunan infrastruktur kerap menutup jalur alami aliran air. Dampaknya air mencari jalur baru dan menciptakan back pressure, yang menenggelamkan permukiman.
Kondis ini juga memicu penyempitan muara sungai di bagian selatan menahan aliran, memperparah banjir.

5. Alih fungsi lahan & pemukiman di daerah rawan

Tanah katcha (dasar sungai yang dulunya dilarang untuk pemukiman) kini dipenuhi rumah dan usaha komersial. Padahal, area itu dirancang alam untuk menampung limpasan Sungai Indus saat monsun. Akibatnya, wilayah ini selalu jadi korban pertama ketika banjir datang.

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation