
Data Penting AS & China Menyerbu RI Pekan Ini, IHSG-Rupiah Waspada!

- Pasar keuangan Indonesia menutup perdagangan kemarin dengan beragam, IHSG menguat tetapi rupiah melemah
- Wall Street kompak menghijau pada akhir pekan lalu
- APBN Kita, data ekonomi AS dan Pidato The Fed akan menjadi penggerak pasar pekan ini
Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan domestik menutup perdagangan pekan lalu dengan bergam. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menorehkan rekor penutupan tertinggi sepanjang masa di level 8.051,12 pada Jumat (19/9/2025). Namun di sisi lain, rupiah justru melemah ke posisi terendah dalam empat bulan terakhir. Kontras ini menunjukkan bahwa optimisme investor di pasar saham tidak sepenuhnya menular ke pasar valuta asing.
Pasar keuangan Indonesia hari ini dan sepanjang pekan ini diharapkan ada di zona positif. Selengkapnya mengenai sentimen pasar bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
IHSG pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (19/9/2025) mencatat kenaikan harian sebesar 0,53% atau 42,69 poin, dengan nilai transaksi jumbo mencapai Rp69,48 triliun.
Sektor konsumer primer, energi, dan kesehatan memimpin penguatan ditopang lonjakan sektor konsumer primer (+2,04%), energi (+1,98%), dan kesehatan (+0,9%).
Saham-saham tambang seperti Dian Swastatika Sentosa (DSSA) dan Bumi Resources Minerals (BRMS) mencatat lonjakan signifikan dan menyumbang puluhan indeks poin. Nilai transaksi jumbo mencapai Rp69,48 triliun, mencerminkan derasnya likuiditas yang masuk ke bursa.
Sepanjang pekan lalu, IHSG mengakumulasi kenaikan 2,51%, menegaskan dominasi sentimen positif yang mendorong aliran modal ke aset berisiko.
Beralih ke pasar valuta asing, mata uang garuda ditutup melemah 0,52% ke level Rp16.585 per dolar AS pada akhir pekan lalu, melanjutkan tren pelemahan sehari sebelumnya.
Posisi ini sekaligus menjadi yang terlemah sejak Mei 2025.
Tekanan pada rupiah dipicu kombinasi penguatan dolar AS pasca sinyal hati-hati The Fed serta keluarnya modal asing yang dipicu instabilitas politik dalam negeri .
Dari pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun merangkak naik ke 6,34% pada akhir pekan lalu, dari 6,31% pada perdagangan hari sebelumnya.
Imbal hasil yang naik menandai harga SBN tengah merosot karena dijual investor.
Saham-saham AS naik pada Jumat pekan lalu menyambut positif keputusan The Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga tertanam di benak investor. Bursa Wall Street juga melanjutkan tren positif dengan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 172,85 poin atau 0,37% menjadi 46.315,27, menembus rekor tertinggi baru. S&P 500 menanjak 0,49% menjadi 6.664,36, sementara Nasdaq Composite menguat 0,72% menjadi 22.631,48.
Russell 2000 (indeks saham kapitalisasi kecil) turun 0,7%, memangkas sebagian keuntungan minggu ini setelah sempat menyentuh rekor tertinggi baru di awal sesi.
Apple memimpin penguatan dengan kenaikan 3,2% seiring peluncuran iPhone terbaru di seluruh dunia. Saham Tesla juga naik lebih dari 2,2%.
Saham-saham terbang pekan lalu setelah The Fed memangkas suku bunga acuan 25 bps yang merupakan pemangkasan pertama sejak Desember. Langkah ini sudah banyak diperkirakan oleh pasar, namun saham sempat bergejolak setelah Ketua Fed Jerome Powell dalam konferensi pers menyebut keputusan itu sebagai "pemangkasan berbasis manajemen risiko."
"Meski September secara historis kerap memicu koreksi, pasar tahun ini justru melawan pola tersebut - naik 35% sejak Maret didukung faktor teknikal dan fundamental yang kuat," kata Mark Hackett, kepala strategi investasi di Nationwide, kepada CNBC Indonesia.
Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research, menjelaskan pasar tengah mencari dukungan untuk pertumbuhan ekonomi dan pembenaran bagi valuasi yang tinggi.
"Prospek suku bunga lebih rendah membantu itu," ujar Sam Stovall.
Rekor IHSG pada akhir pekan lalu memang menegaskan masih tingginya sentimen positif terhadap bursa saham Indonesia. Namun, pekan ini pasar memasuki wilayah yang nampak lebih rapuh.
Minimnya sentimen domestik baik dari sisi data ekonomi membuat perhatian investor otomatis beralih ke faktor eksternal.
Dalam kondisi seperti ini, arah kebijakan Bank Rakyat China (PBoC) dan data inflasi Amerika Serikat akan menjadi jangkar utama yang menentukan stabilitas IHSG sekaligus keberlanjutan tekanan pada rupiah.
Berikut sejumlah sentimen yang diperkirakan akan menggerakkan pasar pekan ini:
Konferensi Pers APBN KiTa
Hari ini, Senin (22/9/2025) Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa akan menggelar konferensi pers APBN KiTa Edisi September 2025 untuk menjabarkan kinerja belanja pemerintah dan pendapatan Januari-Agustus 2025.
Ini adalah konferensi pers APBN KiTa pertama Purbaya sebagai menteri keuangan setelah menggantikan Sri Mulyani. Konferensi APBN seharusnya digelar pekan lalu tetapi ditunda karena ada reshuffle kabinet.
Menarik disimak apa saja gebrakan kebijakan Purbaya, sejauh mana realisasi belanja pemerintah, pendapatan hingga defisit anggaran.
Mengingat ini adalah konferensi pers APBN KiTa pertama Purbaya, menarik disimak bagaimana Purbaya akan mengelola APBN hingga akhir tahun ini.
Uang Beredar RI Agustus
Pada Selasa (23/9/2025), Bank Indonesia (BI) akan merilis data uang beredar (M2) periode Juli 2025. Sebelumnya, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Juli 2025 tumbuh lebih tinggi.
Pertumbuhan M2 pada Juli 2025 sebesar 6,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Juni 2025 sebesar 6,4% (yoy) sehingga tercatat Rp9.569,7 triliun. Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 8,7% (yoy) dan uang kuasi sebesar 4,8% (yoy).
Perkembangan M2 pada Juli 2025 terutama dipengaruhi oleh aktiva luar negeri bersih dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus).
Aktiva luar negeri bersih pada Juli 2025 tumbuh sebesar 7,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 3,9% (yoy) sehingga tercatat sebesar Rp2.004,1 triliun. Tagihan bersih kepada Pempus terkontraksi sebesar 6,2% (yoy), lebih kecil dari kontraksi Juni 2025 sebesar 8,2% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit pada Juli 2025 tumbuh sebesar 6,6% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 7,6% (yoy).
Suku Bunga China
Hari ini, Senin (22/9/2025), bank sentral China (PBoC) dijadwalkan mengumumkan kebijakan suku bunga pinjaman (LPR) untuk September. Konsensus memperkirakan bank sentral China akan menahan LPR satu tahun di 3,00% dan lima tahun di 3,50%.
Pilihan wait and see ini mencerminkan dilema PBoC, perlambatan ekonomi terlihat jelas dari Agustus, di mana produksi industri hanya tumbuh 5,2% secara tahunan dan penjualan ritel naik tipis 3,4%.
Di sisi lain, relaksasi lebih lanjut bisa menambah beban utang dan melemahkan yuan. Stabilitas yuan memang relatif terjaga di kisaran USD/CNY 7,11-7,12, namun investor global melihat angka-angka aktivitas riil tersebut sebagai tanda bahwa perekonomian terbesar di Asia ini sedang kehilangan momentum.
Bagi pasar Indonesia, implikasinya tidak kecil. Permintaan komoditas dari China menjadi penentu vital kinerja ekspor dan investasi di Tanah Air.
PMI AS September
Pada Selasa (23/9/2025), Amerika Serikat (AS) akan mengumumkan PMI Global S&P, Manufaktur hingga Jasa periode September 2025.
Sebelumnya, PMI Komposit AS Global S&P direvisi turun menjadi 54,6 pada Agustus 2025, dari pembacaan awal 55,4 dan di bawah level tertinggi tujuh bulan di bulan Juli di 55,1.
Pertumbuhan yang lebih lambat terutama mencerminkan moderasi dalam aktivitas sektor jasa AS (PMI di 54,5 vs 55,7 di bulan Juli), bahkan ketika output manufaktur meningkat pada laju tercepatnya sejak Mei 2022 (PMI di 53 vs 49,8). Total volume bisnis baru meningkat pada tingkat terkuat tahun ini sejauh ini, dan ini menghasilkan putaran pertumbuhan lapangan kerja yang solid. Tekanan harga tetap tinggi, meskipun sedikit mereda sejak Juli.
Kemudian, pada PMI Manufaktur AS Global S&P berada di angka 53,0 per Agustus 2025, sedikit turun dari estimasi awal 53,3 tetapi naik dari 49,8 pada Juli. Angka ini menandakan peningkatan terkuat dalam kondisi operasional sejak Mei 2022.
Produksi naik pada laju tercepat dalam lebih dari tiga tahun, sementara pesanan baru meningkat selama delapan bulan berturut-turut. Perusahaan-perusahaan memperluas perekrutan untuk mengurangi kendala kapasitas, dan persediaan barang jadi tumbuh pada laju tercepat dalam lebih dari setahun.
Selain itu, PMI Layanan AS Global S&P turun menjadi 54,5 pada bulan Agustus 2025 dari level tertinggi tahun ini di 55,7 pada bulan sebelumnya, direvisi lebih rendah dari estimasi awal 55,4, tetapi tetap sedikit di atas ekspektasi pasar awal di 55,4.
Volume bisnis baru tumbuh pada laju tertajam kedua sejak awal tahun dengan perusahaan mengutip peningkatan umum dalam permintaan, terutama di antara layanan keuangan, yang mengimbangi perlambatan penyedia layanan konsumen yang terbebani oleh tarif baru. Peningkatan bisnis baru mendorong perusahaan untuk terus menambah staf mereka selama enam bulan berturut-turut.
Inflasi PCE Amerika Serikat
Pada akhir pekan, Jumat (26/9/2025), AS akan merilis data inflasi pengeluaran pribadi warga AS atau dikenal PCE periode Agustus 2025.
Inflasi PCE mencapai 2,6% (YoY) dan 0,2% (MtM) pada Juli 2025. Inflasi inti PCE mencapai 2,9% (YoY).
The Fed menggunakan indeks harga PCE sebagai alat peramalan utamanya. Meskipun memantau kedua angka tersebut, para pembuat kebijakan menganggap inflasi inti PCE sebagai indikator yang lebih baik untuk tren jangka panjang karena tidak termasuk angka-angka gas dan bahan makanan yang fluktuatif.
Pidato Jerome Powell dan Petinggi The Fed
Pada Selasa (23/9/2025), Chairman The Fed Jerome Powell akan berbicara di Jamuan Makan Siang 2025 Economic Outlook Greater Providence Chamber of Commerce, Warwick, Rhode Island
Sementara itu, pejabat The Fed lainnya Michelle W. Bowman akan berbicara doo di Konvensi Tahunan ke-134 Kentucky Bankers Association (virtual).
Pidato keduanya akan menjadi perhatian pasar karena bisa menjadi sinyal bagi arah pemangkasan The Fed ke depan.
Simak Rilis Data dan Agenda Hari ini
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Kementerian Keuangan menggelar konferensi pers APBN KiTa
- Menteri Pertanian dan Wakil Menteri Pertanian akan melaksanakan Rapat Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Program Hilirisasi Komoditas
Prioritas Perkebunan yang akan dilaksanakan di Auditorium Gedung F Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan. - Press conference Halal Indonesia International Industry Expo (Halal Indo) 2025 di Ruang Garuda, Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan.
- Konferensi pers Tingkat Bunga Penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan, yang rencananya akan diselenggarakan di kantor LPS, Gedung Pacific Century Palace, Jakarta Selatan.
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
- Tender Offer MMEN
- Public Expose BCIC , FOOD
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut. |
(emb/emb) Next Article Pekan Ini: IPO Jumbo Bikin Bursa "Panas", Tapi Data Ekonomi Buat Cemas
