
Wall Street Panen Rekor, Dolar Kian Garang: Sanggupkah RI Bangkit?

Pada perdagangan hari ini, Jumat (18/9/2025), pasar keuangan Tanah Air diperkirakan masih akan dipengaruhi kombinasi sentimen global dan domestik. Dari eksternal, data terbaru menunjukkan klaim pengangguran Amerika Serikat turun tajam. Selain itu, keputusan Bank Sentral Inggris (BoE) untuk menahan suku bunganya juga menjadi perhatian pelaku pasar.
Sementara dari dalam negeri, IHSG yang sempat mencatat rekor tertinggi kini mulai menunjukkan potensi koreksi dengan target menutup dua gap teknikal yang terbentuk sejak awal September.
Berikut rangkuman sentimen utama yang akan membentuk arah IHSG dan rupiah hingga obligasi:
Klaim Pengangguran AS Turun
Jumlah klaim awal tunjangan pengangguran di Amerika Serikat (AS) turun tajam pada pekan lalu, mencatat penurunan terbesar dalam hampir empat tahun. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (18/9/2025), klaim awal turun sebanyak 33.000 menjadi 231.000 pada pekan yang berakhir 13 September 2025, sejalan dengan perkiraan yang memproyeksikan 240.000 aplikasi.
Penurunan ini membalikkan lonjakan besar pada pekan sebelumnya, ketika klaim mencapai level tertinggi sejak hampir empat tahun. Lonjakan tersebut sebagian besar terkonsentrasi di Texas, yang menurut pejabat setempat dipicu oleh dugaan percobaan penipuan dan beberapa pemutusan hubungan kerja di sektor perdagangan grosir, seni dan hiburan, layanan kesehatan, serta jasa teknis.
Secara keseluruhan, klaim lanjutan indikator jumlah orang yang masih menerima tunjangan juga turun menjadi 1,92 juta.
"Laporan hari ini meruntuhkan teori pekan lalu bahwa PHK telah melonjak tajam," ujar Carl B. Weinberg, Kepala Ekonom High Frequency Economics, dikutip dari Bloomberg.
"Ini juga melemahkan seruan untuk lebih banyak pemangkasan suku bunga yang lebih besar, baik di The Fed maupun pasar." Tambahnya.
Meski data terbaru menunjukkan perusahaan masih mempertahankan tenaga kerja di tengah ketidakpastian ekonomi, tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja tetap ada. Laju pertumbuhan pekerjaan melambat signifikan dalam beberapa bulan terakhir, sementara permintaan dan pasokan tenaga kerja juga mulai mendingin. Hal ini menjadi salah satu alasan The Federal Reserve kembali memangkas suku bunga pada pekan ini, setelah menahannya sepanjang tahun.
Teknikal IHSG
![]() Teknikal IHSG |
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang baru saja menorehkan rekor tertinggi pada perdagangan Rabu (17/9/2025) di level 8.025,17, secara teknikal masih menunjukkan tren penguatan yang cukup menjanjikan untuk berlanjut.
Namun, jika dicermati lebih dalam, sejak reli yang dimulai pada 10 September lalu, pergerakan IHSG meninggalkan dua gap teknikal. Dalam analisis teknikal, gap terjadi ketika harga pembukaan melompat signifikan dari harga penutupan sesi sebelumnya.
Contohnya, pada perdagangan Kamis (11/9/2025), IHSG dibuka di level 7.781,17, sehingga membentuk celah atau gap pada rentang harga 7.726,37-7.742,59. Selanjutnya, pada perdagangan Senin (15/9/2025), IHSG kembali meninggalkan gap di rentang harga 7.854,81-7.889,18.
Secara historis, area gap dalam teknikal cenderung akan "ditutup", sehingga IHSG berpotensi melakukan koreksi untuk menguji kembali dua area tersebut sebelum melanjutkan tren penguatannya.
Dengan pelemahan yang terjadi pada perdagangan kemarin, Kamis (18/9/2025), di mana IHSG kembali turun dari level tertingginya hingga ditutup di level 8.008,43, mengindikasikan adanya potensi penurunan lanjutan. Secara teknikal, IHSG berpeluang menguji area koreksi dengan target penutupan dua gap yang terbentuk sebelumnya, yakni di rentang 7.726,37-7.742,59 dan 7.854,81-7.889,18, sebelum kembali melanjutkan tren penguatannya.
Bank Sentral Inggris Tahan Suku Bunga
Bank Sentral Inggris (BoE) memutuskan menahan suku bunga acuan pada level 4% dalam rapat Kamis (18/9/2025), seiring dengan inflasi Inggris yang masih belum terkendali dan outlook pertumbuhan ekonomi yang rapuh.
Keputusan ini diambil dengan komposisi suara 7 banding 2 di Komite Kebijakan Moneter (MPC), dengan dua anggota memilih pemangkasan 25 bps dan sisa nya memilih untuk menahan.
BoE menegaskan fokus utamanya tetap mengikis tekanan inflasi agar kembali ke target 2% dalam jangka menengah.
"Komite tetap fokus untuk memeras setiap tekanan inflasi yang ada maupun yang muncul," tulis Bank Sentral Inggris dalam pernyataannya.
Meski disinflasi dinilai terus berlanjut, bank sentral memperingatkan risiko kenaikan inflasi sementara bisa kembali mendorong upah dan harga. BoE memproyeksikan inflasi dapat mencapai puncak sekitar 4% pada September sebelum melandai pada paruh pertama 2026, seiring pelemahan pasar tenaga kerja dan perlambatan pertumbuhan upah.
Di sisi lain, Bank Sentral Inggris memperlambat laju quantitative tightening, dari pelepasan gilts senilai £100 miliar dalam setahun terakhir menjadi £70 miliar ke depan.
"Bank Sentral Inggris saat ini menghadapi dilema: melonggarkan suku bunga berisiko kembali memicu inflasi, namun suku bunga tinggi menekan ekonomi yang sudah lemah," ujar Isaac Stell, Investment Manager di Wealth Club dikutip dari CNBC International.
Ia menambahkan, langkah nyata justru mungkin datang dari Westminster, merujuk pada Autumn Budget yang akan diumumkan 26 November.
Dengan pertumbuhan Juli yang stagnan, ruang pelonggaran Bank Sentral Inggris dinilai akan sangat ditentukan oleh jalur inflasi, dinamika upah, serta arah kebijakan fiskal. Pasar kini menunggu rapat berikutnya pada 6 November yang berlangsung hanya beberapa pekan sebelum pengumuman anggaran pemerintah Inggris.
Indeks Dolar Terus Menguat
Indeks dolar terus menguat dan ditutup di posisi 97,35 pada perdagangan kemarin. Posisi tersebut adalah yang tertinggi dalam lima hari terakhir.
Indeks yang menguat menandai besarnya minta investor untuk membeli dolar AS. Pergerakan ini mengindikasikan adanya dana investor yang dijual di instrumen lain, termasuk rupiah, dan dialihkan ke dolar AS.
Bank Mandiri Umumkan Kinerja
Bank Mandiri hari ini akan mengumumkan kinerja keuangan semester I-2025. Laporan ini diharapkan ikut menggerakkan saham Mandiri dan IHSG.
Sebagai catatan, pada semester I-2024, Bank Mandiri mencetak laba bersih konsolidasi sebesar Rp26,55 triliun, yang tumbuh 5,23% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan penyaluran kredit konsolidasi yang mencapai Rp1.532 triliun dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 15,4%. Bank Mandiri juga menunjukkan keunggulan dalam menjaga dana murah melalui rasio Current Account Savings Account (CASA) yang mencapai level tertinggi dalam sejarah bank sebesar 79,7%.
Perubahan Postur APBN 2026, Defisit Diperlebar
Pemerintah bersama DPR menyepakati perubahan postur Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 dengan defisit yang lebih lebar. Kesepakatan ini dicapai dalam rapat kerja Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, Kamis (18/9/2025).
Dalam postur terbaru, defisit APBN meningkat menjadi Rp 689,1 triliun atau setara 2,68% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini lebih tinggi dibanding rancangan sebelumnya sebesar Rp 638,8 triliun atau 2,48% dari PDB.
"Persentase defisit terhadap PDB yang awalnya 2,48% kini menjadi penyesuaiannya 2,68% atau ada kenaikan 0,2% poin," kata Ketua Banggar DPR Said Abdullah saat rapat kerja di Gedung DPR, Jakarta.
Kenaikan defisit terutama dipicu oleh belanja negara yang naik menjadi Rp 3.842,7 triliun dari rancangan awal Rp 3.786,5 triliun. Sementara itu, pendapatan negara hanya meningkat tipis dari Rp 3.147,7 triliun menjadi Rp 3.153,6 triliun.
Berikut ini rincian postur APBN 2026 yang mengalami perubahan .
(evw/evw)
