
Militer Nepal Turun Gunung Saat Demo Berdarah, Begini Kekuatannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Nepal sedang menghadapi krisis politik paling serius dalam beberapa dekade terakhir.
Demonstrasi besar-besaran yang dipicu pemblokiran media sosial berubah menjadi kerusuhan berdarah, menewaskan puluhan orang, merusak gedung-gedung vital negara, hingga memaksa Perdana Menteri KP Sharma Oli mundur.
Dalam situasi kacau tersebut, militer Nepal menjadi satu-satunya institusi yang mampu mengembalikan ketertiban. Dalam hitungan jam setelah pernyataan yang direkam Panglima Angkatan Darat Jenderal Ashok Raj Sigdel disiarkan, tentara mulai berpatroli di jalanan Kathmandu.
Mereka tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga membuka dialog dengan kelompok pemuda yang memimpin protes. Perlahan, eskalasi kekerasan mulai mereda, meski hingga kini Nepal masih diliputi ketidakpastian mengenai siapa yang akan memimpin pemerintahan transisi.
Menurut analis keamanan Geja Sharma Wagle, peran tentara dalam krisis ini "sukses mengembalikan situasi abnormal menjadi normal dan mencegah jatuhnya korban lebih banyak." Kepercayaan publik terhadap militer Nepal memang relatif tinggi, berbeda dengan banyak negara lain di mana militer sering ditakuti ketika masuk ke ranah politik.
Popularitas militer Nepal tidak lepas dari sejarah panjangnya. Sejak protes prodemokrasi 1990 hingga gerakan anti-monarki 2006, tentara pernah berperan penting mengembalikan ketertiban. Selama enam dekade terakhir, Nepal bahkan menjadi salah satu kontributor terbesar pasukan penjaga perdamaian PBB di Afrika, Timur Tengah, hingga Asia.
Meski demikian, para analis memperingatkan agar militer tidak terlalu jauh masuk ke politik.
"Peran tentara seharusnya hanya membantu presiden dan masyarakat sipil mencari solusi, bukan terlibat langsung dalam pemerintahan," ujar Wagle.
Kendati begitu, banyak warga justru merasa lega. "Ketika polisi gagal mengendalikan kerusuhan, tentara masuk tepat waktu dan menyelamatkan negara dari kekacauan," kata Ramesh Shrestha, seorang mekanik di Kathmandu.
Kekuatan Militer Nepal
Meski dihormati rakyat, kemampuan militer Nepal di atas kertas terbilang terbatas. Berdasarkan data dari Global Firepower pada 2025, Nepal menempati peringkat 126 dari 145 negara dengan skor Power Index 2,8915. Sebagai semakin mendekati nol berarti semakin kuat).
Meski saat ini menjadi tumpuan stabilitas politik, kekuatan militer Nepal di atas kertas terbilang sangat terbatas. Berdasarkan data Global Firepower 2025, Nepal berada di peringkat 126 dari 145 negara dengan skor Power Index 2,8915.
Jumlah tentara aktif Nepal mencapai sekitar 95 ribu personel, namun anggaran pertahanan tahunannya hanya sekitar US$409 juta, angka yang relatif kecil dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Selatan.
Dari sisi persenjataan modern, Nepal praktis tidak memiliki pesawat tempur maupun tank. Armada udaranya hanya terdiri dari 10 helikopter dan 5 pesawat angkut, yang lebih difungsikan untuk misi logistik dan kemanusiaan ketimbang pertempuran.
Untuk kekuatan darat, Nepal mengandalkan 1.108 kendaraan lapis baja sebagai tulang punggung mobilitas pasukan. Selain itu, mereka hanya memiliki 14 unit meriam artileri tarik.
Lebih jauh lagi, sebagai negara yang terkurung daratan atau landlocked country, Nepal sama sekali tidak memiliki kekuatan laut maupun alutsista maritim. Ketiadaan armada laut membuat strategi pertahanan Nepal hanya berfokus pada aspek darat dan udara dalam kapasitas terbatas.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)