Pasar keuangan Indonesia diharapkan menguat pada hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi pasar keuangan hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 0,92% atau menguat 70,40 poin ke level 7.699. Sebanyak 408 saham naik, 256 turun, dan 144 tidak bergerak.
Nilai transaksi kemarin juga tergolong ramai, mencapai Rp 15,67 triliun. Sebanyak 30,55 miliar saham berpindah tangan dalam 1,83 juta kali transaksi.
Sejumlah saham menjadi sasaran dan paling ramai ditransaksikan investor adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Penguatan kemarin menjadi angin segar bagi investor pasar modal Tanah Air. Sebagai informasi, IHSG kemarin terjun 1,78% ke posisi 7.627,60. Sudah tiga hari indeks pasar saham RI terjerembab di zona merah.
Nyaris seluruh sektor perdagangan bergerak di zona merah dengan penguatan tertinggi dicatatkan oleh sektor properti, utilitas dan finansial. Sementara itu, sektor teknologi dan energi terkoreksi hari ini.
Emiten perbankan dan blue chip tercatat menjadi penggerak utama kinerja cemerlang IHSG kemarin. Saham BBCA tercatat menyumbang 19,62 indeks poin.
Saham BBRI kemarin melesat 2,11% ke Rp 3.870 per saham dan menyumbang kenaikan 14,83 indeks poin. Lalu diikuti oleh saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang melonjak 2,62% ke Rp 3.130 per saham dengan sumbangsih 11,39 indeks poin. Kemudian ada saham PT Barito Renewable Energy Tbk (BREN) yang menyumbang 8,53 indeks poin.
Terakhir melengkapi lima besar penggerak utama laju IHSG kemarin ada BMRI yang menguat 1,39% ke Rp 4.370 per saham dengan kontribusi penguatan 7,88 indeks poin.
Beralih ke pasar nilai tukar, rupiah juga tampak mulai menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Sejalan dengan penguatan rupiah dan IHSG, dari pasar surat utang juga terpantau ikut menghijau.
Perlu dipahami, pergerakan yield dan harga pada obligasi itu berlawanan arah, jadi kalau yield sudah mulai turun, artinya harga mulai naik lagi menunjukkan investor membeli obligasi.
Dari pasar saham Amerika Serikat, bursa Wall Street berakhir beragam tetapi mayoritas menguat pada perdagangan Rabu atau Kamis dini hari waktu Indoneesia.
Indeks S&P 500 kembali mencetak rekor tertinggi setelah data harga grosir (wholesale prices) menunjukkan penurunan tak terduga, sebuah kabar positif bagi investor yang berharap The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga pekan depan untuk mendorong perekonomian.
Indeks S&P ditutup naik 0,3% ke level 6.532,04, penutupan tertinggi sepanjang sejarah. Pada puncaknya, S&P 500 sempat melonjak sekitar 0,7% hingga menyentuh intraday high baru di 6.555,97. Nasdaq Composite juga menguat tipis 0,03% ke 21.886,06, menorehkan rekor penutupan setelah sempat mencetak intraday high sebelum terkoreksi pada sesi sore.
Sebaliknya, indeks Dow Jones Industrial Average justru melemah 220,42 poin atau 0,48% ke 45.490,92, terbebani oleh penurunan saham Apple usai pengumuman iPhone terbaru yang gagal memikat investor.
Menjelang akhir perdagangan, sebagian besar penguatan memudar, dengan Oracle dan saham-saham terkait kecerdasan buatan (AI) mencatat kenaikan terbesar. Namun, jumlah saham yang melemah di S&P 500 lebih banyak dibandingkan yang menguat.
Sentimen awal pasar menguat setelah laporan terbaru indeks harga produsen (PPI) menunjukkan harga grosir terkontraksi 0,1% pada Agustus 2025, berlawanan dengan perkiraan ekonom Dow Jones yang memperkirakan kenaikan 0,3%
Inflasi inti PPI, yang tidak memasukkan komponen pangan dan energi, juga turun 0,1%, padahal konsensus memperkirakan kenaikan 0,3%.
Laporan ini menjadi sinyal positif menjelang rilis indeks harga konsumen (CPI) pada Kamis, yang lebih diperhatikan pasar untuk mengukur tren inflasi AS.
Pasar memperkirakan CPI bulanan naik 0,3%, baik untuk headline maupun core. Jika proyeksi ini benar, maka inflasi tahunan headline akan naik ke 2,9%, sedangkan inflasi inti tetap di 3,1%.
Menurut Sam Stovall dari CFRA Research, jika angka-angka sesuai estimasi, The Fed akan memiliki ruang untuk kembali memangkas suku bunga pada rapat bulan September. Data CME FedWatch Tool menunjukkan pelaku pasar kini sepenuhnya memperkirakan pemangkasan minimal 25 basis poin, dan pasca-data PPI peluang pemangkasan lebih dalam hingga 50 basis poin (0,5%) semakin meningkat.
"Dengan PPI yang turun di luar dugaan, serta data ketenagakerjaan yang lebih lemah dari perkiraan, itu memberi alasan bagi The Fed untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin. Itu bisa menjadi pemicu kuat bagi pasar antara sekarang hingga akhir tahun," kata Stovall kepada CNBC International.
Saham Oracle menjadi bintang perdagangan, melesat 36% menjadi hari terbaik sejak 1992 setelah melaporkan bahwa pendapatan multicloud database dari Amazon, Google, dan Microsoft tumbuh spektakuler 1.529% pada kuartal terakhir, didorong lonjakan permintaan server AI.
Investor juga terangkat oleh proyeksi cerah Oracle di bisnis cloud, meskipun kinerja laba terakhir tidak memenuhi ekspektasi. Perusahaan menargetkan pendapatan US$144 miliar dari infrastruktur cloud pada tahun fiskal 2030, melonjak tajam dari US$10,3 miliar di tahun fiskal 2025.
Saham Nvidia ikut naik 3,9%, sementara AMD menguat 2,4%, seiring investor kembali memburu saham bertema AI.
Pasar keuangan RI yang berhasil rebound pada perdagangan kemarin Rabu menunjukkan gejolak dari efek reshuffle Kabinet Merah Putih sudah mulai mereda.
Namun, tampaknya volatilitas pasar masih akan diuji sejumlah data dari eksternal, utamanya soal inflasi AS dan update mingguan soal pasar tenaga kerja yang akan menjadi penentu utama keputusan suku bunga the Fed pada minggu depan.
Berikut rincian dari sejumlah sentimen yang akan mempengaruhi gerak pasar hari ini :
Menanti Rilis Data Inflasi AS
Pada Kamis malam nanti, AS akan merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) alias data inflasi periode Agustus 2025. Sebelumnya, inflasi mengalami percepatan sedikit lebih lambat dari perkiraan pada bulan Juli secara tahunan karena tarif Presiden AS Donald Trump menunjukkan dampak yang sebagian besar moderat dan investor semakin yakin tentang pemotongan suku bunga yang akan datang.
Indeks harga konsumen meningkat sebesar 0,2% yang disesuaikan secara musiman untuk bulan tersebut dan 2,7% dalam basis 12 bulan, Biro Statistik Tenaga Kerja. Angka tersebut dibandingkan dengan estimasi Dow Jones masing-masing sebesar 0,2% dan 2,8%.
Tidak termasuk makanan dan energi, IHK inti meningkat 0,3% untuk bulan tersebut dan 3,1% dari tahun lalu, dibandingkan dengan perkiraan sebesar 0,3% dan 3%. Pejabat Federal Reserve umumnya menganggap inflasi inti sebagai pembacaan yang lebih baik untuk tren jangka panjang. Tingkat inti bulanan merupakan kenaikan terbesar sejak Januari sementara tingkat tahunan merupakan yang tertinggi sejak Februari.
Update Data Pasar Tenaga Kerja AS Lagi
Setelah beberapa hari lalu, pasar tenaga kerja menunjukkan data yang mengecewakan karena jauh lebih lemah daripada yang diperkirakan.
Kini pasar kembali menanti update data berapa banyak tambahan klaim pengangguran secara mingguan yang berakhir per 6 September 2025.
Menurut portal penghimpun data Tradingeconomics, pasar memproyeksi klaim pengangguran akan bertambah 235.000, lebih rendah 2000 klaim dibandingkan minggu sebelumnya.
Penjualan Ritel Indonesia Juli
Sementara itu dari internal pada hari ini, Bank Indonesia (BI) diketahui akan merilis penjualan ritel/eceran Indonesia periode Juli 2025. Sebelumnya, penjualan eceran Indonesia tumbuh 1,3% secara tahunan (yoy) pada Juni 2025, melambat dari kenaikan 1,9% pada bulan sebelumnya namun menandai bulan kedua berturut-turut kenaikan.
Pertumbuhan penjualan melambat untuk makanan, minuman, dan tembakau (2,4% vs 4,0% pada Mei) dan barang budaya dan rekreasi (1,5% vs 4,7%). Omset juga melemah untuk suku cadang dan aksesori otomotif (-0,9% vs 1,6%), bahan bakar (1,2% vs 5,3%), peralatan rumah tangga (-5,9% vs -5,8%), dan peralatan informasi dan komunikasi (-17,9% vs -27,4%).
Sebaliknya, penjualan pakaian naik (1,4% vs -0,3%), mencatat kenaikan pertama dalam tiga bulan. Secara bulanan, penjualan eceran turun 0,2%, melandai dari penurunan 1,3% pada Mei dan mencatat penurunan terkecil dalam tiga bulan, didukung oleh pengeluaran terkait liburan dan bantuan tunai dari pemerintah menjelang tahun ajaran baru.
Pemerintah Alihkan Dana di BI ke Bank Umum
Pemerintah akan menarik dana yang selama ini tersimpan di Bank Indonesia (BI) sebesar Rp200 triliun dan dialihkan kepada perbankan. Langkah ini ditempuh untuk mendorong perputaran ekonomi yang lebih cepat.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa di Istana Negara, Jakarta, Rabu (10/9/2025). Keputusan tersebut juga telah mendapatkan persetujuan dari Presiden Prabowo Subianto.
Purbaya menjelaskan, dana tersebut merupakan kas negara. Pemindahan dana ke perbankan bukan dalam bentuk pinjaman melainkan tambahan likuiditas agar bisa menggenjot penyaluran kredit.
"Itu jadi sistemnya bukan saya ngasih pinjaman ke bank dan lain-lain. Ini seperti anda naruh deposito di bank, kira-kira gitu kasarnya. Nanti penyalurannya terserah bank. Tapi kalau saya mau pakai, saya ambil," jelasnya.
Meski demikian, Purbaya mengingatkan agar bank tidak menggunakan dana tersebut untuk pembelian Surat Berharga Negara (SBN) ataupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
-
Inflasi AS periode Agustus 2025
-
Jobless Claim mingguan AS yang berakhir 6 September 2025
-
Penjualan ritel Indonesia periode Juli 2025
-
Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga akan menjadi pembicara utama dalam Gelar Wicara dan Lokakarya bertajuk "TERANG: Membangun Transparansi dan Kepercayaan antara Pelaku Usaha dan Konsumen" di Auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat.
-
Rakortas Monitoring dan Evaluasi Tata Kelola Perniagaan Komoditas Gula Kristal Rafinasi (GKR) dan Pelaksanaan Neraca Komoditas Tahun 2025 di Ruang Rapat Utama Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Gedung Graha Mandiri, Jakarta Pusat.
-
Konferensi pers LPP Agro Nusantara di Habitate Kuningan, Jakarta Selatan.
-
Lokakarya Nasional "Penataan Ruang Laut Pada Ekosistem Karbon Biru Melalui RZ KSNT Cadangan Karbon Biru. Narasmber antara lain Direktur Jenderal Penataan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan.
-
Public Expose Live 2025 dengan emiten antara lain Elnusa, Vale, PTBA, Antam, GGRM, CBDK.
-
Unlocking Value in Uncertain Times: Adaptive Monetization via IPOs or M&A di Main Hall Bursa Efek Indonesia.
-
Galaxy S25 FE Exclusive Hands-On yang akan diselenggarakan di Sando Shop, Jakarta Selatan.
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
-
Ex date dividen BPII
-
Public Expose ANTM, ARTO, BBCA, BJTM, CBDK, ELSA, GGRM, INCO, MIKA, PTBA, dan SIDO
Berikut untuk indikator ekonomi RI :
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.