Newsletter

Badai Dalam Negeri Mereda, Investor Bersiap Hadapi Gempuran Amerika

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
11 September 2025 06:20
Papan di atas lantai perdagangan menunjukkan angka penutupan indeks industri Dow Jones di Bursa Efek New York, Jumat, 2 Agustus 2024. Saham anjlok pada hari Jumat karena kekhawatiran ekonomi AS dapat terpuruk akibat beban suku bunga tinggi yang dimaksudkan untuk menekan inflasi. (AP/Richard Drew)
Foto: Papan di atas lantai perdagangan menunjukkan angka penutupan indeks industri Dow Jones di Bursa Efek New York, Jumat, 2 Agustus 2024. Saham anjlok pada hari Jumat karena kekhawatiran ekonomi AS dapat terpuruk akibat beban suku bunga tinggi yang dimaksudkan untuk menekan inflasi. (AP/Richard Drew)

Dari pasar saham Amerika Serikat, bursa Wall Street berakhir beragam tetapi mayoritas menguat pada perdagangan Rabu atau Kamis dini hari waktu Indoneesia.

Indeks S&P 500 kembali mencetak rekor tertinggi setelah data harga grosir (wholesale prices) menunjukkan penurunan tak terduga, sebuah kabar positif bagi investor yang berharap The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga pekan depan untuk mendorong perekonomian.

Indeks S&P ditutup naik 0,3% ke level 6.532,04, penutupan tertinggi sepanjang sejarah. Pada puncaknya, S&P 500 sempat melonjak sekitar 0,7% hingga menyentuh intraday high baru di 6.555,97. Nasdaq Composite juga menguat tipis 0,03% ke 21.886,06, menorehkan rekor penutupan setelah sempat mencetak intraday high sebelum terkoreksi pada sesi sore.

Sebaliknya, indeks Dow Jones Industrial Average justru melemah 220,42 poin atau 0,48% ke 45.490,92, terbebani oleh penurunan saham Apple usai pengumuman iPhone terbaru yang gagal memikat investor.

Menjelang akhir perdagangan, sebagian besar penguatan memudar, dengan Oracle dan saham-saham terkait kecerdasan buatan (AI) mencatat kenaikan terbesar. Namun, jumlah saham yang melemah di S&P 500 lebih banyak dibandingkan yang menguat.

 

Sentimen awal pasar menguat setelah laporan terbaru indeks harga produsen (PPI) menunjukkan harga grosir terkontraksi 0,1% pada Agustus 2025, berlawanan dengan perkiraan ekonom Dow Jones yang memperkirakan kenaikan 0,3%

Inflasi inti PPI, yang tidak memasukkan komponen pangan dan energi, juga turun 0,1%, padahal konsensus memperkirakan kenaikan 0,3%.

Laporan ini menjadi sinyal positif menjelang rilis indeks harga konsumen (CPI) pada Kamis, yang lebih diperhatikan pasar untuk mengukur tren inflasi AS.

Pasar memperkirakan CPI bulanan naik 0,3%, baik untuk headline maupun core. Jika proyeksi ini benar, maka inflasi tahunan headline akan naik ke 2,9%, sedangkan inflasi inti tetap di 3,1%.

Menurut Sam Stovall dari CFRA Research, jika angka-angka sesuai estimasi, The Fed akan memiliki ruang untuk kembali memangkas suku bunga pada rapat bulan September. Data CME FedWatch Tool menunjukkan pelaku pasar kini sepenuhnya memperkirakan pemangkasan minimal 25 basis poin, dan pasca-data PPI peluang pemangkasan lebih dalam hingga 50 basis poin (0,5%) semakin meningkat.

"Dengan PPI yang turun di luar dugaan, serta data ketenagakerjaan yang lebih lemah dari perkiraan, itu memberi alasan bagi The Fed untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin. Itu bisa menjadi pemicu kuat bagi pasar antara sekarang hingga akhir tahun," kata Stovall kepada CNBC International.

Saham Oracle menjadi bintang perdagangan, melesat 36% menjadi hari terbaik sejak 1992 setelah melaporkan bahwa pendapatan multicloud database dari Amazon, Google, dan Microsoft tumbuh spektakuler 1.529% pada kuartal terakhir, didorong lonjakan permintaan server AI.

Investor juga terangkat oleh proyeksi cerah Oracle di bisnis cloud, meskipun kinerja laba terakhir tidak memenuhi ekspektasi. Perusahaan menargetkan pendapatan US$144 miliar dari infrastruktur cloud pada tahun fiskal 2030, melonjak tajam dari US$10,3 miliar di tahun fiskal 2025.

Saham Nvidia ikut naik 3,9%, sementara AMD menguat 2,4%, seiring investor kembali memburu saham bertema AI.

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular