Prabowo Temui Xi Jinping: 3 Bukti Nyata Ekonomi RI Sangat Butuh China

mae, CNBC Indonesia
03 September 2025 11:05
Presiden RI Prabowo Subianto bertemu Presiden China Xi Jinping di Beijing. (REUTERS/Florence Lo/Pool)
Foto: Presiden RI Prabowo Subianto bertemu Presiden China Xi Jinping di Beijing. (REUTERS/Florence Lo/Pool)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Prabowo Subianto kembali melakukan kunjungan kenegaraan ke China. Kunjungan tersebut semakin menegaskan posisi Beijing dalam landskap ekonomi dan politik kedua negara.

Prabowo bersama rombongan terbang melalui Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Selasa malam (2/9/2025). Salah satu agenda terbesarnya adalah bertemu dengan Presiden China Xi Jinping.

Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, memberikan pernyataan resmi kepada wartawan menyebut ada permohonan khusus dari pemerintah China, terutama untuk menghadiri parade militer.

Sebelumnya karena dinamika di dalam negeri, Prabowo melalui Prasetyo sempat menunda kunjungan karena memantau dan memimpin langsung proses penyelesaian berbagai situasi di dalam negeri, terkait demonstrasi dan kerusuhan yang terjadi.


"Pada malam hari ini Presiden Prabowo bertolak menuju ke Beijing, Tiongkok, untuk memenuhi undangan dari Presiden Xi Jinping yang sesungguhnya undangan tersebut mengharapkan kehadiran Bapak Prabowo dari tanggal 31 (Agustus). Namun karena adanya dinamika, di dalam negeri maka Bapak Presiden Prabowo memutuskan untuk menunda keberangkatan," kata Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, melalui keterangan pers semalam, dikutip Rabu (3/9/2025).

Kunjungan Prabowo hanya berselang sembilan bulan sejak kunjungan pertamanya pada November 2024. China adalah negara pertama yang dikunjunginya setelah dilantik sebagai presiden pada Oktober 2024.

1. Perdagangan RI Makin Bertumpu ke China

Dalam 20 tahun terakhir, hubungan China dan Indonesia makin erat, terutama di bidang perdagangan dan investasi.

Nilai perdagangan Indonesia dengan China pada 2000 hanya tercatat US$ 7,464 miliar tetapi kemudian melesat 1.882,65% pada 2024 menjadi US$ 147,99 miliar.

Sebelum dekade 2010-an, Jepang merupakan menjadi tujuan ekspor utama ataupun mitra dagang terbesar bagi Indonesia.Perubahan besar terjadi sejak diluncurkannya ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) pada 2004. Kesepakatan tersebut menghapus tarif untuk 94,6% dari semua jalur tarif untuk ekspor asal Indonesia ke China.



Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan nilai perdagangan Indonesia-Jepang pada 2004 tercatat US$ 18,62 miliar di mana ekspor Indonesia mencapai US$ 15,96 miliar. Sementara itu, nilai perdagangan dengan China baru menembus US$ 12,24 miliar dengan nilai ekspor US$ 4,6 miliar.

Setelah ACFTA berlaku 10 tahun atau pada 2014 atau bertepatan dengan tahun terakhir kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), nilai perdagangan Indonesia dan China melonjak menjadi US$ 48,23 miliar dengan ekspor sebesar US$ 17,61 miliar.

China menjadi pasar ekspor non-migas terbesar Indonesia sejak 2011. Pada 2021, nilai perdagangan kedua negara bahkan menembus US$ 100 miliar untuk kali pertama dalam sejarah.

Besarnya peranan China dalam peta perdagangan Indonesia juga tergambar dari pangsa ekspor dan impor.
 Pada Januari-Juli 2025, ekspor Indonesia ke China menembus US$ 35,9 miliar atau 22,4% dari total.

Sementara itu, nilai impor dari China menembus US$ 47,97 atau sekitar 35% dari total impor. Bilai hanya dilihat dari impor non-migas, kontribusi impor China bahkan menembus 40,4%.

2. Investasi China Semakin Menggurita

Investasi China di Indonesia mulai melonjak tajam dalam10 tahun terakhir.

Pada 2013, total investasi China hanya menembus US$ 297 juta yang menempatkan mereka pada posisi 12 investor terbesar di Indonesia. Pada 2015, China naik ke peringkat ke-9 dengan investasi US$ 628 juta hingga mencapai posisi ketiga pada tahun 2017.

Investasi Negeri Panda sudah menembus US$ 8,2 miliar pada 2024 dengan jumlah proyek mencapai 9.916. Jumlah tersebut hanya kalah dari Singapura. China kini menempati posisi kedua dari segi jumlah investasi.

Data terbaru menunjukkan investasi China pada Januari-Juni 2025 mencapai US$ 1,8 miliar dan hanya kalah dari Singapura dan Hong Kong.

Bila menilik ke belakang, besarnya jalur investasi China di Indonesia sebenarnya sudah dibuka di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).Adalah ambisi besar China melalui inisiatif Jalur Sutera dan Jalur Maritim Abad ke-21 atau "Belt and Road Initiative" yang dicanangkan Presiden Xi Jinping pada 2013 yang membuat investasi mereka meningkat pesat di ASEAN.


Xi berkunjung ke Indonesia dan bertemu dengan Presiden SBY pada awal Oktober 2013. Nilai komitmen kerja sama investasi senilai US$ 28,2 miliar ditandatangani kedua negara.Kerja sama investasi meliputi sektor properti, pertambangan, bubur kertas, jalur kereta api, infrastruktur, hingga industri semen.

Investasi China semakin melonjak pesat di era Joko Widodo. Investasi tidak hanya menyasar smelter, industri, infrastruktur, dan pertambangan tetapi juga industri makanan.

Sah! Jokowi Resmikan Kereta Cepat Whoosh SehargA Rp 108 TFoto: infografis/Sah! Jokowi Resmikan Kereta Cepat Whoosh SehargA Rp 108 T/Aristya Rahadian
Sah! Jokowi Resmikan Kereta Cepat Whoosh SehargA Rp 108 T



Investasi China tidak hanya perusahaan besar dengan nilai puluhan triliun rupiah seperti Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited (Huayou) yang membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara atau Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL) yang mengembangkan baterai kendaraan listrik.

Perusahaan Yili Group juga telah menanamkan investasi sebesar Rp 2,5 triliun untuk membangun pabrik es krim terbesar di Indonesia.

Di sektor infrastruktur, China dan Indonesia juga bekerja sama membangun mega proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Waduk Jatigede di Sumedang, Jawa Barat, dan Tol Medan-Kualanamu.

3. RI Makin Rajin Ngutang ke China

Data Bank Indonesia pada 2010-Juni 2025 menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan. Pada 2010, Jepang adalah pemberi pinjaman terbesar bagi Indonesia dengan nilai US$ 40,47 miliar tetapi angkanya terus turun. Jepang kini hanya menempati urutan ke empat dalam daftar pemberi utang terbesar.

Selain Jepang, Belanda yang pernah menjajah Indonesia seperti Jepang juga terus menurunkan jumlah pinjaman. Bila pada 2010, pinjaman dari Belanda mencapai US$15,37 miliar maka angkanya kini hanya US$4,19 miliar per Juni 2025.


Singapura menempati urutan teratas sejak 2012 dan nilainya juga terus melonjak hingga menembus US$ 56,8 miliar per Juni 2025.
China juga terus mensuplai utang ke Indonesia. Agresivitas China bahkan luar biasa. Bila pada 2010, pinjaman dari China baru mencapai US$2,49 miliar maka per Juni angkanya melesat menjadi US$21,05 miliar pada Juni 2025.

Posisi China melesat dari posisi 8 kini menempati posisi 3.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]



(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation