PGEO Dapat Berkah Mega Proyek Danantara, Begini Prospeknya!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
28 August 2025 11:45
Pertamina Geothermal Energy
Foto: dok Pertamina Geothermal Energy

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) diramal punya prospek cerah seiring dukungan Danantara dalam menggarap proyek panas bumi untuk tenaga listrik.

Sepanjang tahun berjalan, kinerja saham PGEO juga terbilang moncer. Hingga perdagangan Kamis (28/8/2025) pukul 09.30 WIB, PGEO diperdagangkan di level Rp1.515 per saham. Angka ini menandai kenaikan lebih dari 62% sejak awal tahun.

Salah satu faktor yang mendukung gerak ciamik saham PGEO adalah dukungan Danantara yang memfasilitasi kerjasama dengan PLN dan potensi pendanaan dengan bunga murah melalui Patriot Bond.

Danantara Dukung PGEO Bangun Proyek Panas Bumi

Danantara semakin agresif menancapkan peran sebagai motor pembiayaan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.

Sejak resmi diluncurkan pada Februari 2025, sovereign wealth fund kedua milik negara ini langsung menggaet mitra global dengan meneken nota kesepahaman (MoU) bersama ACWA Power asal Arab Saudi pada Juni 2025. Nilai kerja sama tersebut mencapai US$10 miliar atau setara Rp162 triliun, yang difokuskan untuk proyek pembangkit listrik tenaga surya, bioenergi, hingga infrastruktur penyimpanan energi.

Tak butuh waktu lama, pada Juli 2025 tahap awal pencairan dana sebesar US$3 miliar pun mulai digelontorkan untuk mendorong percepatan proyek-proyek prioritas.

Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)Foto: Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)
Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)

 

Selain mengandalkan dana investasi langsung, Danantara juga memiliki ruang memanfaatkan instrumen pasar modal, salah satunya melalui penerbitan Patriot Bond dengan target Rp50 triliun.

Instrumen obligasi ini dirancang untuk menarik partisipasi investor domestik dalam pembiayaan infrastruktur strategis, termasuk proyek transisi energi. Hasil penghimpunan dana dari Patriot Bond ke depan, salah satunya dapat diarahkan untuk mendukung ekspansi PGEO dalam menambah kapasitas panas bumi secara signifikan.

Di saat bersamaan, PGEO juga tengah mempercepat ekspansi kapasitas panas buminya. Emiten energi hijau ini mengoperasikan Lumut Balai Unit 2 berkapasitas 55 megawatt (MW) serta tambahan 35 MW dari proyek Ulubelu yang mulai masuk sistem pada pertengahan 2025.

Dengan tambahan tersebut, PGEO menargetkan kapasitas mandiri mencapai 1 gigawatt (GW) pada 2027-2028, naik signifikan dari posisi 727 MW saat ini. Dari total target tersebut, sekitar 530 MW akan dikerjakan melalui perusahaan patungan bersama PT PLN Indonesia Power (PLN IP).

PT Pertamina Geothermal Energy atau PGEO Tbk di kawasan Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. (CNBC Indonesia TV)Foto: PT Pertamina Geothermal Energy atau PGEO Tbk di kawasan Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. (CNBC Indonesia TV)
PT Pertamina Geothermal Energy atau PGEO Tbk di kawasan Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. (CNBC Indonesia TV)

 

Kolaborasi antara Danantara, PLN, dan Pertamina melalui PGEO menjadi langkah penting dalam mendukung transisi energi nasional. Sinergi ini tak hanya memperkuat pendanaan proyek, tetapi juga membuka akses ke pembiayaan murah dari lembaga internasional seperti Japan International Cooperation Agency (JICA) maupun International Bank for Reconstruction and Development (IBRD). Selain itu, dukungan Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) sebagai induk usaha memberi PGEO peluang memperluas kerja sama lintas proyek EBT di dalam portofolio Pertamina.

Meski peluangnya besar, jalan PGEO menuju target 1 GW tetap diwarnai tantangan. Risiko perubahan kebijakan tarif listrik, ketidakpastian rencana pengadaan PLN, hingga kebutuhan investasi jumbo yang diperkirakan mencapai miliaran dolar untuk ekspansi jangka panjang, menjadi faktor yang harus diwaspadai

Namun dengan dukungan Danantara, Patriot Bond, dan sinergi bersama PNRE, PGEO berada pada posisi yang solid untuk menjadi salah satu motor utama bauran energi bersih Indonesia dalam satu dekade ke depan.

Lantas gimana kinerja keuangan PGEO?

Beralih ke kinerja keuangan, PGEO membukukan pendapatan sebesar US$204,85 juta atau sekitar Rp3,34 triliun (asumsi kurs Rp16.380/USD) pada paruh pertama 2025. Catatan pendapatan ini meningkat 0,5% secara tahunan (Year-on-Year/YoY).

Selain itu laba tahun berjalan tercatat sebesar US$68,93 juta, setara Rp1,13 triliun. Sayangnya, nilai ini turun 28,37% yoy dari capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 96,27 juta.

Pelemahan kinerja laba bersih terutama dipengaruhi kenaikan beban pokok pendapatan dan beban langsung lainnya yang naik 7,34% yoy menjadi US$83,49 juta. Selain itu, perseroan juga mencatat rugi selisih kurs sebesar US$13,44 juta, berbanding terbalik dengan kondisi tahun lalu yang masih mencatat laba selisih kurs US$16,82 juta.

Wilayah kerja PGEOFoto: PGEO
Wilayah kerja PGEO

 

Namun, ,jika ditarik lebih detail, kinerja kuartalan PGEO menunjukkan adanya sinyal pemulihan.

Pada kuartal I/2025, perseroan mencatat laba bersih sebesar US$31,37 juta atau sekitar Rp529 miliar, turun cukup dalam 33,97% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Namun di kuartal II/2025 terlihat perbaikan, di mana pendapatan tercatat naik sekitar 1,8% dibanding kuartal sebelumnya, sementara laba bersih tumbuh 19,9% QoQ sehingga mendorong akumulasi laba semester I mencapai US$68,93 juta.

Artinya, meskipun secara tahunan laba bersih masih tertekan akibat kenaikan beban pokok serta rugi selisih kurs, secara kuartalan PGEO mulai menunjukkan tren perbaikan kinerja yang memberikan sinyal positif bagi prospek paruh kedua 2025.

Gimana Valuasinya?

Selanjutnya kalau berbicara soal valuasi, saham PGEO sebenarnya sudah tidak terlalu murah. Menurut Simply Wall St sampai perdagangan Kamis hari ini (28/8/2025) saham PGEO dihargai 2 kali PBV, di atas rata-rata industri di 1,2 kali.

Valuasi PGEO Vs IndustryFoto: Simply Wall St
Valuasi PGEO Vs Industry

Meski tak murah, saham PGEO bukan berarti jadi tidak dilirik, karena tren saat ini masih naik, secara teknikal kita masih bisa memanfaatkan tren.

Beberapa analist dari sekuritas/lembaga juga masih banyak yang merekomendasikan BUY. Kami mencatat ada 6 dari 11 analis masih menyematkan peluang masuk untuk saham EBT ini dengan rata-rata target di Rp1.675 per saham, masih ada upside berkisar 10%.

Di sisi lain, investor asing juga tampaknya masih banyak mengakumulasi PGEO. Tercatat dari 1 - 27 Agustus asing net buy saham anak usaha Pertamina ini sampai Rp234,7 miliar di keseluruan pasar (reguler, tunai, dan nego) dengan rata-rata harga pembelian di Rp1.478 per saham.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation