
Dana Asing ke RI Tembus Rekor: Hati-Hati Jangan Mabuk Euforia

Dari Amerika Serikat, saham-saham Wall Street melemah pada Senin atau Selasa aktu Indonesia karena investor menanti laporan kinerja Nvidia yang akan dirilis akhir pekan ini.
Indeks teknologi Nasdaq ditutup turun 0,22% ke level 21.449,29. Indeks pasar luas S&P 500 melemah 0,43% menjadi 6.439,32, sementara indeks berisi 30 saham unggulan Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 349,27 poin atau 0,77% ke 45.282,47.
Nasdaq sempat terdorong di awal sesi berkat kenaikan saham Nvidia yang berakhir naik sekitar 1%, sebelum keuntungan itu terpangkas. Saham produsen chip kecerdasan buatan tersebut mendapat banyak rekomendasi positif dari para analis menjelang laporan keuangan yang akan diumumkan Rabu malam waktu AS.
Saham Intel juga sempat melanjutkan reli dari sesi sebelumnya setelah Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick pada Jumat lalu mengungkapkan bahwa pemerintah AS telah mengambil 10% kepemilikan di perusahaan chip itu.
Langkah ini dipandang sebagai bagian dari strategi pemerintahan Donald Trump untuk membentuk sovereign wealth fund (dana kekayaan negara), sebagaimana ditegaskan penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett pada Senin.
"Saya yakin akan ada lebih banyak transaksi serupa, jika bukan di industri ini maka di industri lain," kata Direktur Dewan Ekonomi Nasional dalam program "Squawk Box" CNBC International.
Presiden Trump juga menyuarakan hal serupa, dengan mengatakan pada Senin pagi bahwa ia akan melakukan kesepakatan seperti investasi di Intel itu "sepanjang hari."
Namun, saham Intel pada akhirnya berbalik melemah sekitar 1%.
Pergerakan ini terjadi setelah pasar saham menguat tajam pada Jumat lalu, yang mendorong Dow mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Reli tersebut dipicu oleh pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell, yang memberi sinyal bahwa bank sentral bisa mulai melonggarkan kebijakan moneter bulan depan.
Menurut alat FedWatch milik CME Group, probabilitas pemangkasan suku bunga seperempat poin pada September kini sekitar 84%.
Meski demikian, Sam Stovall dari CFRA Research menilai wajar jika pasar kini mengambil jeda.
"Sebagian besar kenaikan yang kita lihat pada Jumat lalu lebih karena aksi short covering, karena banyak investor khawatir The Fed akan berkata Kami tidak akan memangkas suku bunga hingga akhir tahun,'" ujar Kepala Strategi Investasi CFRA itu.
Dia menambahkan pasar AS masih punya banyak agenda hingga 17 September, sehingga meskipun sempat menikmati euforia pada Jumat lalu, pasar tetap harus melewati banyak hal sebelum yakin The Fed benar-benar akan memangkas suku bunga.
(emb/emb)