Soeharto - Jokowi Gagal Tuntaskan Misi Ini, Tugas Dialihkan ke Prabowo

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
25 August 2025 07:15
Prabowo Ungkap 3 Kengerian Dunia, Indonesia Harus Waspada!
Foto: Infografis/Prabowo Ungkap 3 Kengerian Dunia, Indonesia Harus Waspada!/Aristya rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit transaksi jasa melebar padda kuartal II-2025 bahkan mencetak rekor defisit tertinggi sepanjang sejarah. Besarnya defisit disebabkan oleh beban impor jasa.

Bank Indonesia (BI) merilis Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada Kamis (21/8/2025) hingga transaksi berjalan yang menunjukkan defisit pada kuartal II-2025.

Defisit NPI pada kuartal II-2025 tercatat mencapai US$6,74 miliar,sekaligus menjadi defisit yang tertinggi sejak kuartal II-2023.

Transaksi berjalan juga turut membukukan defisit sebesar US$3,01 miliar pada kuartal II-2025 atau 0,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit tersebut adalah yang tertinggi sejak kuartal I-2020 yang tercatat sebesar US$3,36 miliar.

Defisit Neraca Jasa-Jasa Cetak Rekor Tertinggi

Jika dilihat lebih dalam, transaksi berjalan dalam hal jasa-jasa kembali mengalami defisit sebesar US$5,51 miliar di triwulan kedua 2025, melonjak dari defisit yang terjadi di periode sebelumnya yakni sebesar US$5,46 miliar. Kenaikan defisit ini sekaligus menandai defisit neraca jasa tertinggi sejak data yang dirilis BI dari 2004. 

Sebagai catatan, transaksi berjalan jasa-jasa terdiri dari total ekspor jasa dikurangi total impor jasa.

Pada kuartal II-2025 ekspor jasa tercatat sebesar US$10,6 miliar dan impor jasa sebesar US$16,1 miliar.

Jasa Transportasi Picu Defisit

Defisit di transaksi jasa-jasa ini salah satu nya disebabkan oleh sektor jasa transportasi yang mencatat defisit US$2,19 miliar pada kuartal II-2025, angka ini sebetulnya sedikit membaik dibandingkan periode sebelumnya yang mencatat defisit senilai US$2,38 miliar.

Besarnya defisit neraca jasa pada sektor transportasi utamanya dipicu oleh peningkatan defisit pada jasa transportasi (freight) karena masih dikuasainya pelayaran oleh kapal asing.

Laporan Tim Kajian Neraca Pembayaran Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan pada 2012 menyebut kapal berbendera asing diperkirakan menguasai 78% jumlah kapal, 94% daya angkut, dan 90% muatan ekspor dan impor. Sedangkan kapal berbendera Indonesia hanya menguasai kapal-kapal dengan daya angkut yang relatif kecil.

Jumlah tersebut tidak jauh beda selama 13 tahun berselang.

Data Kementerian Perhubungan menyebut jika untuk mengangkut ekspor dan impor Indonesia masih bergantung pada kapal asing. Lebih dari 80% ekspor Indonesia diangkut oleh kapal asing.

Data Indonesian National Shipowners' Association (INSA) bahkan menyebut muatan ekspor impor Indonesia 90% diangkut asing.

Berdasarkan data Sistem Informasi Manajemen Lalu Lintas (SIMLALA) menunjukkan bahwa rasio jumlah kapal nasional terhadap kapal asing rata-rata sebesar 12,37% per tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa kegiatan angkutan laut di wilayah perairan Indonesia didominasi oleh kapal asing.

Pada 2022, jumlah kapal yang melakukan kegiatan di perairan Indonesia mencapai 10.534, dan sebanyak 9.458 diantaranya merupakan kapal asing.
Dengan besarnya jasa ekspor impor oleh kapal asing maka setidaknya ada tiga hal yang harus dibayar dalam mata uang asing yakni sewa kapal, tenaga kerja, hingga asuransi.

 

Selain itu, jasa bisnis lainnya menjadi penyumbang defisit terbesar kedua dalam transaksi berjalan jasa-jasa. Berdasarkan laporan BI, pada kuartal II-2025 defisit jasa perjalanan sebesar US$1,45 miliar, meski defisit namun angka ini sedikit membaik dari periode sebelumnya yang tercatat defisit sebesar US$1,91 miliar atau terjadi penurunan defisit senilai US$46 juta.

Melebar nya defisit neraca jasa-jasa di kuartal II-2025 ini disebabkan oleh menurunnya surplus pada jasa perjalanan, yang tercatat surplus nya hanya US$67 juta. Angka ini menunjukkan penurunan yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat masih surplus US$1,05 miliar. 

 

Menurut BI, penurunan jasa perjalanan terjadi akibat peningkatan impor yang lebih tinggi dari peningkatan ekspor jasa perjalanan. Pada sisi ekspor, penerimaan jasa perjalanan dari wisatawan mancanegara (wisman) di kuartal II-2025 tercatat sebesar US$4,39 miliar atau naik US$58 juta. 

Sementara itu, sisi impor jasa perjalanan dari wisatawan nasional (wisnas) tercatat sebesar US$4,32 miliar atau mengalami kenaikan sebesar US$1,56 miliar. Hal ini yang membuat terjadinya penurunan surplus pada jas perjalanan di kuartal II-2025. 

Defisit Neraca Jasa-Jasa Lebih dari 45 Tahun

Bila dilihat berdasarkan data BI sejak 1980 hingga tahun ini, neraca jasa-jasa selalu mengalami defisit. Bahkan sejak 2004 hingga 2013, defisit neraca pendapatan telah menjadi kontributor terbesar bagi defisit transaksi berjalan.


Kondisi ini memberikan indikasi bahwa pendapatan yang harus ditransfer ke luar negeri lebih besar dari pada pendapatan yang diterima Indonesia dari luar negeri.

Salah satu pendapatan yang ditransfer ke luar negeri adalah bunga pinjaman luar negeri pemerintah. Besaran bunga pinjaman ini juga dicatat di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan termasuk salah satu penyumbang yang cukup besar bagi defisit anggaran.

Dikutip dari tulisan Muhammad Afdi Nizar yang berjudul PENGARUH DEFISIT ANGGARAN TERHADAP DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA, terpantau neraca jasa-jasa mengalami defisit yang terus-menerus terjadi setidaknya sejak 1980-2021 atau41 tahun lebih. CNBC Indonesia tidak menemukan data yang lebih lama dari 1980.

Artinya, defisit sudah berlangsung dari era Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Sukarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Joko Widodo (Jokowi), hingga awal pemerintahan Prabowo Subianto.

Tugas menghapus defisit pada neraca jasa kini dibebankan kepada pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto. Terlebih, defisit kini membengkak dan memecahkan rekor defisit tertinggi. 

Neraca Perdagangan Barang, Neraca Jasa, dan Neraca Transaksi Berjalan, 1980 - 2012Foto: Neraca Perdagangan Barang, Neraca Jasa, dan Neraca Transaksi Berjalan, 1980 - 2012
Neraca Perdagangan Barang, Neraca Jasa, dan Neraca Transaksi Berjalan, 1980 - 2012

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation