LPS Financial Festival Medan: Bedah Situasi RI & Tips Bagi Anak Muda

Jakarta, CNBC Indonesia-Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melanjutkan rangkaian LPS Financial Festival 2025 dengan mengguncang Medan, Rabu (20/8/2025).
Acara yang digelar di Regale International Convention Center ini bertepatan dengan momentum 80 tahun kemerdekaan RI sekaligus 20 tahun kiprah LPS menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.
Seperti yang sebelumnya diadakan di Surabaya, festival yang berlangsung dua hari ini menghadirkan figur lintas sektor. Hadir Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa, Founder & Chairman CT Corp Chairul Tanjung, Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution, Prof Muhammad Nuh, hingga perbankan swasta seperti Bank Mandiri dan BRI untuk berbagi inspirasi dan literasi keuangan.
Fokusnya tetap sama untuk memperkuat literasi keuangan publik, terutama bagi generasi muda.
Purbaya: Belajar dari Krisis, Menjaga Kepercayaan
Purbaya mengawali dengan pemaparan kondisi perekonomian Indonesia terbaru. Ketidakpastian global, seringkali membuat panik banyak pihak. Seperti yang terjadi pada tahun ini, saat tensi geopolitik memanas hingga perang dagang, berbagai analisa mengenai terjadinya krisis kembali muncul.
Padahal, kata Purbaya ketidakpastian akan selalu ada. Indonesia selalu berbenah dari setiap krisis. Saat 1998 dilanda krisis ekonomi hingga pandemi covid-19 pada 2020, Indonesia masih mampu bertahan dengan segenap perbaikan.
"Ekonomi itu naik turun, siklus biasa. Jangan panik," kata Purbaya.
![]() |
LPS mengambil peran penting dari setiap krisis. Institusi yang sudah berusia 20 tahun ini terus diperkuat oleh setiap era pemerintahan. Maka dari itu, masyarakat tidak perlu khawatir. Purbaya meminta agar pikiran seperti 1998 kembali terulang, bisa diabaikan.
"Dengan LPS, nasabah tak perlu cemas seperti 1998. Simpanan Rp2 miliar per nasabah per bank dijamin aman," tegasnya.
Ia menekankan, kunci daya tahan Indonesia ada pada permintaan domestik. Selama konsumsi rumah tangga kuat dan UMKM tumbuh, pertumbuhan 5-6% masih realistis meski dunia dilanda ketidakpastian.
Hal ini sejalan dengan pandangan ekonom senior Soemitro Djojohadikusumo. Sumitro mengenalkan konsep trilogi pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas nasional yang dinamis dan pemerataan pemanfaatan pembangunan.
Kunci peningkatan permintaan domestik bergantung pada ketersediaan dana yang didukung perbankan.
CT dan Filosofi Donat, Kebanggaan pada Anak Medan
Chairul Tanjung hadir dengan pemahaman yang lebih sederhana. Sebagai seorang pengusaha, CT menyampaikan ketidakpastian ekonomi yang muncul saat ini harus ditangkap sebagai peluang. Khususnya para anak muda.
"Jadi khususnya untuk adik-adikku, anak-anakku juga yang sekarang masih jadi mahasiswa, jadi siswa, jadi di setiap keadaan, pasti ada peluang," ujarnya.
![]() |
Mengeluhkan keadaan dan bersikap pesimis bukanlah solusi. Dengan gaya khasnya yang sederhana namun penuh makna, CT memberi analogi donat. "Orang optimis dapat rotinya, orang pesimis dapat bolongnya. Jadi kalau kita optimis, sekecil apapun usaha pasti ada hasil. Kalau pesimis, ya dapat bolongnya saja," ujarnya.
CT juga menekankan pentingnya literasi keuangan agar anak muda tidak terjebak investasi bodong. "Tidak ada yang too good to be true. Kalau ada yang nawarin bunga 20%, itu pasti penipuan. Dengan literasi, kita bisa hindari jebakan," tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, CT mengapresiasi anak muda Medan karena mengikuti perkembangan terkini dan berani bersikap kritis serta aktif dalam pembangunan.
"Pertanyaan anak Medan luar biasa, dalam-dalam semua. Saya bangga sekali. Ini menunjukkan kualitas generasi mudanya tidak kalah dengan kota besar lain," kata CT.
Bobby Nasution: Sumut Wajib Ambil Peran
Dalam sambutannya Gubernur Sumut Bobby Nasution menegaskan bahwa target nasional pertumbuhan ekonomi 8% hanya bisa tercapai jika daerah ikut menopang. Sumut ditargetkan menyumbang 6,8-7,2% pertumbuhan. Untuk itu, investasi minimal Rp90-100 triliun per tahun dibutuhkan.
"Masalahnya, dari 32 triliun sektor energi, 80% diambil perusahaan dari Jakarta. Anak-anak Sumut hanya kebagian 20%. Padahal kita punya SDM dan potensi. Maka akses pembiayaan di daerah harus diperluas," kata Bobby.
![]() |
Ia menilai literasi keuangan seperti yang diusung LPS menjadi solusi agar pengusaha lokal tak kalah dalam persaingan. "Anak-anak kita harus diajari sejak SMA atau kuliah. Kalau mereka paham cara mengelola modal, maka tidak lagi bingung mencari akses, justru bingung memilih yang terbaik," tegasnya.
Perbankan, Digitalisasi & Literasi Keuangan
Perbankan juga ambil bagian dalam mendorong perekonomian. Direktur Operations PT Bank Mandiri Timothy menekankan pentingnya inovasi digital untuk memberi nilai tambah nyata bagi nasabah. "Digitalisasi jangan sekadar ikut tren, tapi harus memberi solusi. Mandiri menghadirkan Livin' sebagai ekosistem yang bisa mendukung UMKM sekaligus generasi muda," katanya.
Sementara itu, Direktur Network and Retail Funding BRI Aquarius Rudianto menyoroti perlunya disiplin finansial. "Anak muda harus bisa bedakan kebutuhan dan keinginan. Disiplin keuangan bisa dimulai dari empat pos kebutuhan primer, investasi, hiburan, dan dana cadangan," jelasnya.
![]() |
Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna juga memberikan tips untuk menjaga rekening bank aman dari penipuan. Dia menyarankan nasabah membagi keuangan sesuai dengan kebutuhan bulanan atau mingguan, dan menyisakan tabungan sejumlah kebutuhan tersebut. Setelah itu, dana yang tidak digunakan untuk kebutuhan bulanan, dapat ditabung di deposito atau tabungan emas.
"Sehingga kalaupun terjadi, dengan teori mitigasi risiko itu akan ada limitnya, loss-nya tidak terlalu banyak. Jadi limitasi risiko," ungkap Anton.
Prof Nuh: Setia, Berjuang, dan Memberi
Prof Muhammad Nuh menutup sesi dengan pesan inspiratif yang membumi. Ia berbagi empat nilai utama: kesetiaan, kerja keras, semangat memberi, dan memperbanyak sahabat.
"Rusaknya rumah tangga, organisasi, bahkan negara biasanya karena hilangnya kesetiaan. Maka setialah pada bangsa, kebenaran, dan janji. Itu modal utama," ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa setiap manusia lahir dengan daya juang. "Kita semua ini pemenang, sudah mengalahkan miliaran sperma. Masa setelah jadi manusia malah tidak berjuang? Jangan sia-siakan hidup," katanya.
Dalam era digital, Nuh menekankan pentingnya kecepatan dan jejaring. "Jangan tambah musuh, perbanyak sahabat. Karena sahabat itu bagian dari kesuksesan kita," tambahnya. Pesan ini disambut antusias mahasiswa yang hadir.
![]() |
Medan dipilih bukan tanpa alasan. Sebagai pintu gerbang ekonomi barat Indonesia, Sumatera utara punya peran vital. Literasi keuangan, optimisme, dan keberanian anak muda untuk menjadi produsen, bukan sekadar konsumen, akan menentukan arah bangsa.
Seperti yang Purbaya tekankan "Kalau Gen Z paham finansial, masa depan Indonesia pasti cerah."
CNBC Indonesia Research
(emb/mij)