Aksi Pemda, Mandiri & Sampoerna 'Keroyok' UMKM Lewat Digitalisasi

Jakarta, CNBC Indonesia- Hari kedua LPS Financial Festival 2025 digelar Kamis (7/8/2025) di Dyandra Convention Center Surabaya. Forum yang diprakarsai oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ini melanjutkan diskusi strategis terkait penguatan literasi keuangan, inklusi digital, serta sinergi antara sektor publik dan swasta dalam mendorong ekonomi rakyat.
Kembali hadir sejumlah tokoh lintas sektor menyampaikan pandangannya, mulai dari kepala daerah, pelaku industri, hingga perbankan nasional. Mereka menyoroti pentingnya memperkuat ekosistem ekonomi lokal, khususnya melalui kolaborasi antara pemerintah daerah, pelaku usaha, lembaga keuangan, dan komunitas masyarakat.
Dalam sesi pertama hadir Eri Cahyadi selaku wali kota Surabaya dan Purbaya Yudhi Sadewa selaku Ketua Dewan Komisioner LPS sebagai keynote speaker. Dihadirkan pula panelis, Timothy Utama Direktur Operations Bank Mandiri dan Ivan Cahyadi selaku Presiden Direktur HM Sampoerna.
Eri Cahyadi - Wali Kota Surabaya
Dalam sambutannya, Eri Cahyadi menegaskan pentingnya membangun ekonomi dari bawah. Ia menyinggung peran UMKM dalam menahan guncangan global dan mencontohkan bagaimana Pemkot Surabaya memanfaatkan aset-aset kota untuk mendukung warga miskin agar dapat mandiri secara ekonomi.
"Kami ubah aset kota jadi lahan usaha untuk masyarakat miskin. Dari penghasilan Rp500 ribu bisa jadi Rp6 juta. Tapi masalahnya, uang itu langsung habis. Jadi saya minta agar sistem keuangan kita bisa menjangkau mereka," kata Eri.
Ia juga memaparkan bagaimana Pemkot mengarahkan belanja PNS untuk mendukung ekosistem lokal lewat platform e-Peken. Menurutnya, sekitar Rp1,88 triliun perputaran uang kini berada di sektor UMKM Surabaya.
"Kami butuh mitra dari perbankan dan swasta untuk dorong kolaborasi ini. Jangan khawatir, Surabaya punya 2,8 juta penduduk. Potensinya luar biasa."
![]() |
Ivan Cahyadi - Presiden Direktur HM Sampoerna
Ivan membuka paparannya dengan menegaskan bahwa HM Sampoerna lahir dari warisan UMKM dan prinsip itu tetap menjadi fondasi utama strategi bisnis perusahaan.
"Filosofi kami adalah tiga tangan: pertama, inovasi dan kualitas produk. Kedua, kemitraan dengan karyawan dan komunitas. Ketiga, kontribusi nyata ke masyarakat luas."
Ivan menjelaskan bahwa pendekatan kolaboratif ini diwujudkan lewat program Sampoerna Retail Community (SRC), yang telah membina lebih dari 250.000 warung di seluruh Indonesia-termasuk ribuan di Surabaya.
"Kami dampingi dari awal. Kadang bukan soal modal, tapi warung butuh teman cerita. Pendampingan itu penting."
Ivan mencontohkan kisah sukses sebuah warung kecil di Jawa Timur yang kini mengekspor sambal ke Jepang.
"Dari warung 2x2 meter, sekarang bisa ekspor. Bahkan dari titipan produk tetangga, omzetnya bisa Rp5 triliun."
Ia juga menyoroti pentingnya integrasi teknologi digital untuk UMKM. Lewat ekosistem SRC, warung-warung kini dapat memanfaatkan aplikasi untuk mengelola stok, pencatatan keuangan, dan akses pembiayaan.
"Kami tidak hanya kirim barang. Kami bawa teknologi, pelatihan, dan sistem kerja. Ini yang bikin warung kita siap hadapi modernisasi."
Terakhir, Ivan menekankan pentingnya melihat UMKM bukan sebagai entitas pasif yang hanya menunggu bantuan, melainkan sebagai mitra aktif yang bisa berkembang dengan strategi jangka panjang.
"Kalau dikelola serius, UMKM itu bisa jadi rantai distribusi paling efisien dan terpercaya. Kita cuma perlu bangun kepercayaan dan disiplin."
![]() |
Timothy Utama - Direktur Operations Bank Mandiri
Timothy membahas bagaimana Bank Mandiri bertransformasi dari institusi perbankan konvensional menjadi penyedia solusi digital yang menyasar pelaku usaha kecil dan menengah.
"Anak muda sekarang maunya instan, simpel, dan bisa diakses dari mana saja. Kita jawab itu lewat Livin Merchant."
Livin Merchant merupakan layanan kasir digital yang memungkinkan pelaku usaha memproses pembayaran tanpa EDC dan tanpa potongan MDR. Saat ini, solusi tersebut telah digunakan oleh lebih dari 2,7 juta merchant, dari warung kecil hingga pelaku F&B skala menengah.
"Kami ingin UMKM punya akses layanan yang sama cepat dan aman dengan bisnis besar. Bahkan bisa langsung settle dalam hitungan detik."
Timothy juga menekankan pentingnya membangun trust dalam ekosistem digital. Dalam pengalaman Bank Mandiri, pelaku UMKM cenderung loyal jika layanan benar-benar memberi kemudahan.
"Selama bisa dipercaya dan nggak ribet, UMKM akan ikut. Yang penting jangan bikin mereka takut teknologi."
Di luar sistem pembayaran, Bank Mandiri juga mulai mendorong inklusi pembiayaan lewat pendekatan berbasis data, bukan agunan.
"UMKM kita sering kesulitan pinjaman karena tidak punya aset. Tapi lewat data transaksi Livin, kita bisa ukur potensi usaha mereka secara real-time."
Terakhir, Timothy menyampaikan pesan bagi generasi muda yang ingin membangun bisnis: jangan hanya tergoda kapital, tapi pahami nilai dari proses dan kebermanfaatan.
"Di keuangan, uang itu datang belakangan. Yang penting dulu: produknya bermanfaat, pelayanannya tulus, dan modelnya scalable."
![]() |
Dari pemerintah daerah yang memanfaatkan belanja pegawai untuk mendorong ekonomi warga, perusahaan besar yang membina warung kecil hingga bisa ekspor, sampai bank yang mendigitalisasi transaksi usaha mikro, semuanya menunjukkan bahwa kolaborasi tidak hanya mungkin api harus dibangun sekarang.
Tantangan ekonomi ke depan menuntut sinergi lintas sektor. Dan seperti disampaikan Ketua LPS Purbaya Yudhi Sadewa, masa depan ekonomi Indonesia ada di tangan generasi muda dan pelaku usaha akar rumput. Tapi mereka tidak bisa dibiarkan berjalan sendiri. Dibutuhkan sistem yang adil, adaptif, dan berani memberi ruang.
CNBCÂ Indonesia Research
(emb/emb)