Silent Killer: 1,5 Miliar Warga Dunia Terinfeksi Cacingan, Gimana RI?

mae, CNBC Indonesia
20 August 2025 13:45
(Dok Pexel)
Foto: (Dok Pexel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kisah pilu datang dari Sukabumi, Jawa Barat. Seorang balita bernama Raya (3) meninggal dunia setelah tubuhnya dipenuhi oleh cacing. Fakta ini menunjukkan jika cacingan masih menjadi momok bagi Indonesia.

Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan Raya menderita askariasis, yaitu penyakit akibat infeksi cacing gelang (Ascaris lumbricoides). Infeksi kemungkinan terjadi ketika telur cacing tertelan melalui makanan, minuman, atau tangan kotor. Telur cacing tersebut kemudian menetas di usus, lalu berkembang jadi larva yang bisa menyebar ke organ-organ, bahkan otak.

Dalam kasus Raya, cacing keluar lewat hidung Raya saat dia tak sadarkan diri.  Kasus Raya mengingatkan betapa di dunia yang sangat modern ternyata banyak balita yang mengidap cacingan.

Ancaman Cacingan di Indonesia

Penyakit cacingan masih menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Setiap tahunnya, 1,5 miliar penduduk dunia terinfeksi cacingan, di mana 700 juta anak usia sekolah tinggal di area rawan penularan.

Fakta mencengangkan mengenai cacingan:

  • 24% penduduk dunia terinfeksi cacingan.
  • Lebih dari 1,5 miliar jiwa hidup dengan infeksi cacing.
  • 270 juta anak pra sekolah dan 700 juta anak usia sekolah tinggal di wilayah rawan tertular.
  • Di Indonesia, survei menunjukkan 66 kabupaten/kota sudah memiliki prevalensi di bawah 5%, namun masih ada 26 kabupaten/kota dengan prevalensi di atas 10%.
fakta cacingan di duniaFoto: Kementerian Kesehatan
fakta cacingan di dunia

Indonesia sebagai negara tropis dengan curah hujan tinggi dan sanitasi yang masih minim di sejumlah daerah menjadi wilayah yang rawan penularan.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi kecacingan di Indonesia berkisar 2,5% hingga 62%, dengan rata-rata pada anak SD mencapai 28,12%.

Hasil survei evaluasi pasca pemberian obat cacing dari 2017 hingga 2021 menunjukkan bahwa terdapat 66 kabupaten/kota yang memiliki prevalensi cacingan di bawah 5%, dan 26 kab/kota yang memiliki prevalensi cacingan di atas 10%.

fakta cacingan di IndonesiaFoto: Kementerian Kesehatan
fakta cacingan di Indonesia

Kementerian Kesehatan RI bahkan menegaskan bahwa pengetahuan masyarakat tentang bahaya cacingan masih rendah, sementara kemampuan tenaga kesehatan di lapangan serta komitmen pengambil keputusan belum sepenuhnya optimal.

Jenis cacing yang paling sering menginfeksi adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale).

Bagian dari Penyakit Tropis Terabaikan

Cacingan termasuk dalam kategori Neglected Tropical Diseases (NTDs) atau penyakit tropis terabaikan yang disebabkan oleh berbagai patogen, termasuk virus, bakteri, protozoa, dan cacing parasit. Di Indonesia sejumlah penyakit NDTs yang diprioritaskan antara lain filariasis, cacingan, schistosomiasis, kusta, dan frambusia.

Menurut Kementerian Kesehatan masih ada 236 kabupaten/kota di 28 provinsi di Indonesia yang endemis filariasis, dengan hampir 10 ribu kasus kronis tersebar di berbagai daerah.

Dari target 93 kabupaten/kota, baru 72 yang berhasil eliminasi pada 2021 dan hanya 33 yang telah menerima sertifikat eliminasi filariasis.

Dampak Cacingan

Salah satu penyakit NTDS terbesar di Indonesia adalah cacinganInfeksi cacing bukan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman, tapi juga berakibat fatal jika dibiarkan. Cacingan kronis bisa menyebabkan kekurangan gizi, anemia, dan gangguan pertumbuhan yang berujung pada stunting.

Kebiasaan Buang Air Besar sembarangan, bermain tanpa alas kaki, hingga sanitasi lingkungan yang buruk menjadi faktor utama penularan. Cacing bahkan bisa masuk hingga saluran pernapasan dan keluar lewat hidung atau mulut.

Untuk menekan prevalensi, pemerintah sebenarnya sudah menjalankan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM). Pada 2021, tercatat 36,97 juta anak sudah mendapatkan obat cacing. Obat yang digunakan adalah Albendazole yang membunuh cacing dewasa sekaligus menghancurkan telur dan larva.:

  • Anak usia 1-2 tahun: 200 mg dosis tunggal
  • Anak usia >2 tahun: 400 mg dosis tunggal

Meski kerap dianggap penyakit "biasa", cacingan menyimpan ancaman serius bagi kualitas generasi muda Indonesia. Dengan tingginya angka prevalensi dan rendahnya kesadaran masyarakat, cacingan bisa menjadi silent threat kesehatan Indonesia.

CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesiacom

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation