80 Tahun Indonesia Merdeka

Perang Baru Anak Muda: Bukan Lawan Penjajah, Tapi Stres-Ketidakpastian

Rania Reswara Addini, CNBC Indonesia
17 August 2025 22:00
Ilustrasi Gen Z. (Dok. Freepik)
Foto: Ilustrasi Gen Z. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia — Anak muda identik dengan semangat perjuangan, cita-cita besar, dan idealisme, baik dalam pendidikan, pekerjaan, hingga kontribusi bagi negara. Mereka adalah simbol semangat perjuangan, "berperang" secara fisik maupun mental demi masa depan yang lebih baik.

Bahkan dahulu, ketika jaman kemerdekaan, anak-anak muda secara harfiah termotivasi untuk ikut berperang melawan penjajah, mengangkat senjata dan maju ke garis terdepan pertahanan untuk melindungi rakyat Indonesia dari penindasan.

Kini, Indonesia sudah 80 tahun merdeka dan tidak lagi berada di bawah kondisi penjajahan negara lain. Keamanan negara juga tidak sedang dalam kondisi terancam, membuat kebutuhan untuk mengangkat bambu runcing dan senjata api sudah tidak relevan lagi.

Seiring dengan kemajuan zaman, banyak sekali nilai, kebiasaan, maupun harapan anak muda yang terus berubah dari waktu ke waktu.

Sekarang, anak muda khususnya Generasi Z, memiliki prioritas dan motivasi yang jauh lebih beragam. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, globalisasi, dan perubahan sosial yang ikut "mengasuh" mereka sejak kecil.

Melansir dari data Deloitte Global 2025 Gen Z and Millennial Survey , Generasi Z diproyeksikan akan mendominasi 74% tenaga kerja global pada 2030. Generasi ini memiliki harapan, motivasi, dan definisi kebahagiaan yang berbeda sangat dengan generasi sebelumnya.

Perbedaan ini terkadang menciptakan kesalahpahaman antargenerasi. Para generasi-generasi pendahulu sering menganggap anak muda jaman sekarang pemalas dan tidak memiliki motivasi tinggi untuk sukses. Namun, apakah sejatinya stereotipe negatif itu benar?

Mengejar Kualitas Hidup & Kebebasan

Banyak anak muda kini mendambakan hidup yang lebih seimbang, bahagia, dan bebas. Anak muda menginginkan lebih banyak waktu bebas untuk beristirahat dan meluangkan waktu untuk diri sendiri seperti menghidupkan hobi ataupun belajar keterampilan baru.

Hal ini sering disebut sebagai keseimbangan kehidupan dan pekerjaan atau work-life balance.

Dilansir dari survey tersebut, hanya 6% Gen Z yang menjadikan posisi kepemimpinan sebagai tujuan utama karier. Mereka lebih memilih menghidupkan work-life balance, peluang pengembangan diri, dan pekerjaan yang bermakna.

Sebanyak 70% Gen Z rutin belajar keterampilan baru setiap minggu demi pengembangan karier, menempatkan pembelajaran di antara prioritas utama selain waktu untuk hidup pribadi dan perkembangan karier



Selain itu, generasi z sangat peduli dengan kesehatan mental dan keseimbangan emosional. Mereka memenuhi kebutuhan spiritualnya melalui kegiatan seperti meditasi, praktik mindfulness, dan aktualisasi diri melalui hobi.

Generasi z lebih terbuka tentang stres dan gangguan mental lain. Mereka juga lebih aktif dan giat untuk mencari cara agar tetap waras di tengah tekanan sosial dan ekonomi, termasuk dengan pergi ke professional seperti psikolog.

Anak muda sekarang sangat terhubung dengan dunia luar, tren, dan budaya global. Mereka mudah terpapar peluang karier serta cerita inspiratif dari luar negeri lewat media sosial sehingga impian dan harapan pun meluas, tidak lagi hanya di dalam negeri.

Kecenderungan untuk menghidupkan kebebasan hidup serta kemudahan untuk terkoneksi dengan dunia yang luas membuat beberapa Gen Z memilih untuk mencari kesempatan berkuliah lagi melalui jalur beasiswa, kerja remote, hingga migrasi ke kota yang dianggap lebih mendukung gaya hidup yang bebas dan seimbang.

Uang, Makna, dan Kesejahteraan: Penentu Kebahagiaan Gen Z

Menurut survey, hampir sepertiga (31%) Gen Z berencana pindah kerja dalam dua tahun ke depan, serta 44% pernah meninggalkan pekerjaan karena merasa tidak mendapat makna dari pekerjaan tersebut. Bagi mereka, berpindah-pindah pekerjaan adalah adalah strategi mencari stabilitas, keseimbangan hidup, peluang belajar, dan juga tujuan hidup.

Dibanding generasi sebelumnya, ketidakstabilan keuangan jadi kekhawatiran besar. Hanya 60% Gen Z yang merasa bahagia jika secara finansial aman. Lebih dari separuh gen z hidup dari gaji ke gaji, dan sepertiga dari mereka bahkan masih kesulitan memenuhi kebutuhan bulanan.

Tak heran, banyak yang mengambil side job baik demi penghasilan, pengembangan skill, maupun hobi.

Adopsi AI, Membuat Terbiasa Dengan Hasil Instan

Sebagian besar Gen Z (57%) sudah mengadopsi kecerdasan buatan (AI) dalam pekerjaan sehari-hari mereka sampai batas tertentu. Di antaranya, sekitar 30% Gen Z dan milenial mengatakan bahwa mereka menggunakannya sepanjang waktu atau sebagian besar waktu. Hal ini didorong oleh tiga perempat gen z yang mulai sadar bahwa AI akan memengaruhi cara mereka bekerja dalam setahun ke depan.

Kebanyakan gen Z menggunakan AI untuk analisis data, desain dan pekerjaan kreatif, serta pembuatan konten, seperti menulis artikel, postingan media sosial, atau naskah video. Meskipun teknologi memang memudahkan, AI memberikan gen z kepraktisan untuk mendapatkan sesuatu secara segera, membuat mereka terbiasa mencari hasil instan dan kurang menghargai proses.

Gen-Z Tetap Berperang, Namun Berbeda Medan

Berbeda dengan generasi sebelumnya yang fokus pada perjuangan fisik, generasi muda saat ini lebih aktif dalam advokasi sosial, lingkungan, hak asasi, kesetaraan gender dan perubahan iklim. Media sosial menjadi sarana utama menyuarakan pendapat dan mengkampanyekan isu-isu keadilan.

Menurut survey, dua pertiga Gen Z amat peka terhadap isu lingkungan. Dari segi pilihan konsumsi, 65% dari mereka rela mengeluarkan uang lebih untuk produk atau layanan yang berkelanjutan dan memiliki dampak baik terhadap lingkungan.

Tidak hanya itu, sebanyak 23% Gen Z bahkan menjadikan sikap perusahaan terhadap isu lingkungan sebagai pertimbangan untuk memilih berkarir di perusahaan tersebut.

Mereka meneliti kebijakan lingkungan perusahaan sebelum memutuskan untuk bekerja di sana. Kepedulian sosial dan lingkungan menjadi komponen penting pada identitas dan keputusan karier.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation