80 Tahun Indonesia Merdeka

Begini Kondisi Ekonomi RI Jelang HUT ke-80: Perlukah Waspada?

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
16 August 2025 19:00
Indonesia Kalah Saing, Boleh Iri Dulu Gak Sama Vietnam?
Foto: Infografis/ Indonesia Kalah Saing, Boleh Iri Dulu Gak Sama Vietnam?/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC IndonesiaMenjelang perayaan HUT RI ke-80, perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan di tengah gejolak global. 

Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 mencapai 5,12% (year on year/yoy), melampaui kuartal sebelumnya dan berada di atas angka psikologis 5%.

Capaian ini menjadi sinyal bahwa mesin ekonomi nasional masih mampu bergerak stabil meski dunia diliputi ketidakpastian, mulai dari perlambatan perdagangan internasional hingga kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.

Selain pertumbuhan yang solid, inflasi inti tetap terjaga di tengah lonjakan harga pangan akibat gangguan pasokan dan cuaca ekstrem. 

 

Sementara itu, nilai tukar rupiah terus menguat terhadap dolar AS, didorong ekspektasi pemangkasan suku bunga The Federal Reserve pada September dan derasnya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik. Rupiah bahkan sempat menyentuh level terkuat sejak awal tahun, mempertegas tren apresiasi sejak awal Agustus.

Namun, tantangan tetap mengintai. Data ketenagakerjaan terbaru menunjukkan jumlah pengangguran meningkat tipis, dengan dominasi kelompok usia muda.

Kondisi ini menegaskan perlunya strategi penciptaan lapangan kerja yang lebih agresif untuk menjaga momentum pertumbuhan. Dengan fondasi ekonomi yang relatif kokoh, peluang bagi Indonesia untuk terus melaju tetap terbuka, asalkan risiko global dan domestik dapat dikelola secara efektif.

Berikut ini adalah beberapa Indikator Ekonomi yang perlu diperhatikan menjelang HUT RI ke-80 Tahun :

Pertumbuhan Ekonomi

Ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 mencatat pertumbuhan 5,12% secara tahunan (year on year/yoy), melampaui capaian kuartal I-2025 yang berada di level 4,87%. Capaian ini sekaligus mengungguli angka psikologis pertumbuhan ekonomi 5% yang menjadi tolok ukur stabilitas ekonomi nasional.

Kinerja ini terbilang positif di tengah kondisi ekonomi global yang melambat. Pertumbuhan yang lebih tinggi dari ekspektasi ini menunjukkan kemampuan ekonomi Indonesia menjaga momentum, ditopang konsumsi rumah tangga yang solid, kinerja ekspor yang tetap positif, dan realisasi belanja pemerintah yang efektif.

Inflasi

Laju inflasi Indonesia yang dilihat dari Indeks Harga Konsumsen (IHK) pada Juli 2025 melonjak menjadi 2,37% secara tahunan (yoy), naik signifikan dari 1,87% pada Juni. Ini merupakan angka inflasi tertinggi dalam 13 bulan terakhir. Namun, tekanan inflasi kali ini lebih disebabkan oleh gangguan sisi pasokan, bukan karena peningkatan permintaan masyarakat.

Kenaikan inflasi terutama dipicu oleh lonjakan harga pangan, seperti beras, bawang, dan tomat, yang mengalami kenaikan tajam akibat gangguan pasokan dan cuaca ekstrem. Kondisi ini menyebabkan gagal panen dan hambatan distribusi di sejumlah daerah.

Meskipun demikian, inflasi inti yang tidak memasukkan komponen harga pangan dan energi yang bergejolak terpantau relatif stabil di 2,32% YoY.

Stabilnya inflasi inti menunjukkan bahwa tekanan harga yang terjadi saat ini lebih banyak bersumber dari sisi penawaran (supply) bukan dari peningkatan permintaan masyarakat.

Suku Bunga

Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-Rate) saat ini berada di level 5,25%. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir pada 15-16 Juli 2025, BI memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis poin. Bersamaan dengan itu, suku bunga Deposit Facility diturunkan menjadi 4,50% dan suku bunga Lending Facility juga dipangkas 25 bps menjadi 6,00%.

Sepanjang 2025 ini, BI telah melakukan pemangkasan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali dengan total pemangkasan 75 basis poin. Langkah ini diambil seiring data inflasi yang tetap terjaga di dalam target yakni 2,5% ± 1%, yang menunjukkan kestabilan harga dan memberi ruang bagi pelonggaran moneter.

Pemangkasan suku bunga diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi seperti melalui peningkatan permintaan kredit dan investasi, sekaligus memperkuat daya saing sektor riil di tengah tren pelonggaran kebijakan moneter global. Kebijakan ini juga diharapkan dapat menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.

Rupiah

Menjelang HUT Kemerdekaan RI ke 80, Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tengah berada dalam tren penguatan. Setelah sempat tertekan hingga menyentuh level Rp16.505/US$ pada 1 Agustus, rupiah berhasil berbalik arah.

Merujuk Refinitiv, nilai tukar rupiah ditutup di posisi Rp16.155/US$1, melemah 0,3% pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (15/8/2025). Kendati melemah kemarin, selama sepekan, rupiah mampu terbang tinggi.

Dalam sepekan nilai tukar rupiah, melesat 0,80% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah memperpanjang tren positif dengan menguat selama dua pekan beruntun.

Pada pekan ini, rupiah bahkan sempat ditutup di Rp 16.106/US$1 pada Kamis, yang menjadi posisi terbaiknya sepanjang tahun ini.

Rupiah bahkan memimpin penguatan mata uang di Asia pada pekan ini. Dibandingkan negara-negara Asia, rupiah menguat paling tajam pekan ini. Sebagian mata uang Asia memang menguat sejalan dengan melemahnya dolar AS.

Salah satu faktor utama yang mendorong tren penguatan rupiah adalah meningkatnya ekspektasi pelaku pasar bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga acuannya pada September mendatang.

Berdasarkan CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan sebesar 25 basis poin di bulan tersebut telah meningkat menjadi 95,8%. Optimisme ini menguat setelah data inflasi AS pada Juli menunjukkan hasil yang lebih rendah dari perkiraan, disertai tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja AS.

Selain itu, pelemahan indeks dolar AS (DXY) turut memberikan sinyal positif yang dimanfaatkan investor untuk meningkatkan eksposur pada aset berisiko di pasar negara berkembang. Kondisi ini semakin menciptakan momentum positif bagi rupiah, terutama dengan dukungan fundamental ekonomi domestik yang relatif stabil.

Tingkat Pengangguran RI

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) RI terakhir yang di umumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2025 sebesar 4,76%, turun 0,06% dibandingkan periode yang sama 2024.

Sementara jumlah pengangguran RI per Februari 2025 tercatat sebanyak 7,28 juta orang. Angka ini naik dibandingkan Februari 2024 sebesar 7,20 juta orang.

Dari jumlah total pengangguran di Februari 2025 tersebut tantangan terbesar terlihat pada kelompok usia muda, di mana sekitar 3,55 juta diantaranya berasal dari generasi Z yakni yang berusia antara 15-24 tahun, kemudian disusul oleh kelompok usia 25-34 tahun dengan total pengangguran mencapai 1,94 juta orang.

Sementara itu, pengangguran di usia produktif 35-44 tahun mencapai 684 ribu orang, kemudian usia 45-54 tahun sebanyak 528 ribu orang, USIA 55-64 tahun sebanyak 416,1 ribu orang, dan usia 65 tahun ke atas sebesar 160,3 ribu orang.

Data ini menunjukkan pentingnya peran pemerintah dalam membuat strategi penciptaan lapangan kerja yang lebih besar lagi terutama untuk generasi muda yang menjadi tulang punggung produktivitas ekonomi nasional.

Tingkat Kemiskinan

Jumlah warga miskin di Indonesia mencapai 23,85 juta orang per Maret 2025, mengalami penurunan tipis dibandingkan periode sebelumnya. Bahkan ini terendah dalam dua dekade. Dilihat dari prosentase, tingkat kemiskinan per Maret 2025 mencapai 8,47%. 

"Angka kemiskinan tahun 2025 merupakan terendah selama 2 dekade," ungkap Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono dalam konferensi pers, Jumat (25/7/2025).

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation