
Banjir Duit Asing! IHSG Siap Kobarkan Merdeka di Puncak Tertinggi

Sentimen yang akan mempengaruhi pasar pada Kamis hari ini, Kamis (14/8/2025) akan banyak dari eksternal, utamanya soal data dari negeri Paman Sam meliputi inflasi harga produsen, sampai klaim pengangguran mingguan.
Dari internal tak begitu banyak data yang dinanti, tetapi nuansa jelang Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-80 tahun mulai terasa semaraknya, terutama di IHSG yang tinggal selangkah lagi menuju level tertinggi sepanjang masa-nya.
Sebagai pengingat lagi, IHSG mengakhiri posisi kemarin di 7892,11. Dalam sehari menguat 1,30%, menandai reli selama empat hari beruntun, semakin mendekati ATH yang pernah dicapai pada 19 September 2024 di posisi 7.905,39.
Masifnya dana asing yang masuk ke pasar saham tak luput mendorong reli IHSG tersebut. Adapun berikut rincian berbagai sentimen yang akan mempengaruhi pasar keuangan hari ini :
Indeks Harga Produsen AS
Pada malam hari nanti, dari negeri Paman Sam akan ada rilis data indeks harga produsen (IHP) periode Juli 2025. Sebelumnya, inflasi grosir alias indeks harga produsen tetap stabil pada periode Juni.
Inflasi grosir tidak menunjukkan perubahan pada bulan Juni, memberikan indikasi yang saling bertentangan mengenai apakah tarif mengancam akan meningkatkan inflasi dalam beberapa bulan mendatang.
Indeks harga produsen tetap stabil, menurut angka yang disesuaikan secara musiman dari Biro Statistik Tenaga Kerja yang dilaporkan pada hari Rabu. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan kenaikan sebesar 0,2%.
Hal yang sama berlaku untuk PPI inti, yang juga diperkirakan akan menunjukkan kenaikan sebesar 0,2%.
Dikombinasikan dengan rilis indeks harga konsumen pada hari Selasa, data tersebut menunjukkan bahwa tarif Presiden Donald Trump hanya menunjukkan dampak yang kecil terhadap ekonomi AS dan harga barang dan jasa.
Meskipun angka inflasi inti dan inflasi grosir utama rendah, harga barang permintaan akhir naik 0,3%, tetapi diimbangi oleh penurunan 0,1% pada sektor jasa. Dalam kategori barang, peralatan komunikasi yang sensitif terhadap tarif mencatat kenaikan sebesar 0,8%. Harga barang inti juga naik 0,3%.
Pada saat yang sama, level IHP untuk bulan Mei, yang awalnya dilaporkan naik 0,1%, mengalami revisi naik menjadi 0,3%. Kenaikan 0,3% untuk barang merupakan kenaikan terbesar sejak Februari, lapor BLS.
Secara tahunan (yoy), IHP utama naik 2,3%, dibandingkan dengan 2,7% pada bulan Mei dan merupakan level terendah sejak September 2024. PPI inti berada di 2,6% secara tahunan, kenaikan terkecil sejak Juli 2024.
Update Data Pasar Tenaga Kerja AS : Klaim Pengangguran Mingguan
Berikutnya, masih data dari AS ada data yang akan rilis lagi terkait pasar tenaga kerja yaitu klaim pengangguran mingguan yang berakhir 9 Agustus lalu.
Menurut laman penghimpun data Tradingeconomics, pelaku pasar memproyeksikan klaim pengangguran AS akan bertambah 228.000, lebih banyak dari penambahkan klaim minggu sebelumnya sebanyak 226.000.
Bagi pasar tenaga kerja, proyeksi kenaikan klaim pengangguran mungkin terlihat negatif. Namun, untuk prospek pemangkasan suku bunga ini akan menjadi aspek yang positif, apalagi setelah rilis data inflasi dari harga konsumen AS untuk periode Juli 2025 yang lebih baik dari perkiraan pasar.
Artinya, penurunan suku bunga the Fed semakin dibutuhkan untuk booster menjaga pertumbuhan ekonomi.
Asing Ramai Masuk IHSG, Saham Big Caps Jadi Incaran
Sudah tiga hari beruntun, dana asing masuk ke pasar saham Tanah Air cukup signifikan, kalau ditotal lebih dari Rp4 triliun. Rinciannya, dari 11 Agustus senilai Rp850 miliar, sehari kemudian melonjak jadi Rp2,20 triliun, dan kemarin Rabu sebanyak Rp1,48 triliun.
Saham yang menjadi incaran asing kemarin kebanyakan merupakan saham big caps. Saham TLKM di posisi teratas dengan net foreign buy mencapai Rp722,5 miliar, diikuti saham bank besar BBRI dan BBCA masing-masing Rp405,8 miliar dan Rp276 miliar. Lalu saham emiten otomotif terbesar, ASII sebesar Rp199,1 miliar.
Kalau dilihat historisnya, empat saham itu terbilang laggard dibandingkan saham-saham konglomerat dari grup Prajogo Pangestu, grup Salim, grup Sinar Mas, sampai grup Hashim Djojohadikusumo atau Arsari Group,
Ini menjadi satu momen menarik karena saham big caps mulai manggung bersamaan dengan saham-saham konglomerat.
Dari grup PP kemarin, saham CUAN dan BREN jadi buruan asing, secara berurutan sebanyak Rp100,7 miliar dan Rp85,4 miliar. Ada juga dari grup Salim, saham emiten tambang mineral, AMMN sebanyak Rp87,3 miliar dan saham emiten jaringan fiber optic, WIFI yang masih ada hubungan dengan Hashim diakumulasi asing sebanyak Rp55,1 miliar.
Ada beberapa faktor yang membuat asing tertarik masuk ke pasar Tanah Air. Dari segi makro global, prospek penurunan suku bunga the Fed setelah rilis inflasi AS yang lebih baik dari ekspektasi mendorong likuditas kembali ke pasar emerging market, termasuk Indonesia.
Hal tersebut bertepatan dengan momentum aksi kocok ulang indeks MSCI edisi Agustus 2025 yang sudah diumumkan tanggal 7 lalu. Hasilnya akan efektif pada 27 Agustus mendatang. Jadi masih ada waktu sekitar dua minggu untuk akumulasi sampai cut off date pada penutupan pasar 26 Agustus 2025.
Bobot saham MSCI Emerging Market setelah rebalancing diperkirakan bakal naik sampai 1,28% dari sebelumnya sekitar 1,15%. Inflow dari indeks global satu ini ke pasar Tanah Air ditaksir bisa mencapai lebih dari Rp18 triliun.
Anggaran Perlindungan Sosial Tembus Rp 1.300 Triliun
Menteri Keuangan Sri Mulyanimengungkapkan pemerintah akan menaikkan anggaran untuk belanja pemerintah pusat pada tahun 2026 mendatang. Hal ini dalam rangka mewujudkan keadilan sosial di Indonesia.
Sepanjang tahun 2025, belanja pemerintah pusat yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, terutama kelompok berpendapatan rendah telah mencapai Rp 1.333 triliun.
"Kami menyampaikan saja dalam hal ini bahwa anggaran pemerintah pusat yang langsung dinikmati oleh masyarakat terutama kelompok bawah mencapai Rp1.333 triliun untuk tahun ini. " ujar Sri Mulyani dalam acara Sarasehan Nasional Ekonomi Syariah Refleksi Kemerdekaan RI 2025, Rabu (13/8/2025).
Seperti diketahui, anggaran perlinsos dari tahun ke tahunnya terus mengalami kenaikan. Pada 2025 nilainya telah mencapai Rp 503,2 triliun, lebih tinggi dari posisi pada 2024 yang sebesar Rp 496,8 triliun. Lalu, pada 2023 masih sebanyak Rp 476 triliun, dan pada 2022 senilai Rp 431,5 triliun.
