Awas! IHSG Rawan Kelelahan Usai 9 Hari terbang, Dolar Lagi Menggila

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
18 July 2025 06:20
Rupiah & IHSG Jeblok
Foto: Infografis / Rupiah & IHSG Jeblok / Aristya Rahadian K
  • Pasar keuangan RI kemarin bergerak variatif, IHSG melanjutkan penguatan selama 9 hari, sayangnya rupiah dan obligasi loyo.

  • Wall Street kompak menguat bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa

  • Akhir pekan menantang, posisi IHSG di resistance, saham IPO digembok, dan efek suku bunga belum terasa ke sektor perbankan - properti.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI kemarin Kamis (17/7/2025) bergerak variatif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) makin gacor menguat 9 hari beruntun, tetapi rupiah dan obligasi loyo.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan bergerak di zona hijau pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi ekonomi hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada penutupan kemarin parkir di zona positif lagi, menguat signifikan 1,32% atau 95 poin ke posisi 7.287,02.

Penguatan kemarin terbilang paling kencang jika dibandingkan delapan hari sebelumnya yang tentunya ditutup di zona hijau.

Perdagangan pasar saham kemarin terbilang ramai dengan turnover Rp14,29 triliu, melibatkan 24,37 miliar lembar saham yang berputar 1,60 juta kali, mengimplikasikan 355 saham menguat, 234 saham melemah, sementara 217 saham stagnan. Adapun market cap IHSG bertengger di Rp13,04 kuadriliun.

Investor asing akhirnya mencatatkan net buy sebesar Rp 636,3 miliar pada perdagangan kemarin,

Sektor teknologi menjadi pendongkrak utama IHSG, tetapi hanya ditopang oleh satu emiten saja, yakni emiten data center milik Toto Sugiri dan Grup Salim, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dengan kontribusi indeks poin sebanyak 48,65.

Diikuti emiten BUMN PT Telkom Indonesia Tbk (TLM) yang melesat 4,53% ke Rp2770 per saham, memberikan sumbangsih 6,88 indeks poin. Tak luput juga emiten holding bisnis Prajogo Pangestu, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menyumbang 10,64 poin.

Lainnya, ada emiten batu bara grup Sinarmas PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) berkontribusi 5,4 poin dan emiten waralaba Alfamart (AMRT) sebanyak 4,75 poin.

Beralih ke mata uang Garuda, pada kemarin malah terpantau loyo di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Merujuk data Refintiiv, rupiah bertengger di posisi Rp16.325/US$, melemah 0.37% dalam sehari. Mata uang RI sudah empat hari ini terus melemah dan menandai level paling lemah sejak 24 Juni.

Pelemahan rupiah terjadi seiring dengan indeks dolar AS yang menguat 0,44% ke posisi 98,71 pada perdagangan hari ini sampai pukul 15.00 WIB.

 Selain karena dolar AS yang menguat, pelemahan mata uang Garuda dipicu oleh sentimen negatif dari kondisi perekonomian global yang tengah penuh gejolak, hingga membuat Bank Indonesia (BI) harus melakukan intervensi di pasar uang.

Sejalan dengan pelemahan rupiah, pasar obligasi juga terpantau ikut mengalami aksi jual.

Merujuk data Refinitiv, yield obligasi acuan RI tenor 10 tahun menguat 2,1 basis poin (bps) menjadi 6,59%, mencatat penguatan yield terkencang dalam kurun waktu sekitar dua minggu terakhir.

Perlu dipahami bahwa, pergerakan yield dan harga pada obligasi itu berlawanan arah. Jadi, ketika yield naik, artinya harga sedang turun atau investor sedang ramai jualan.

 

 

 

Dari pasar saham Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kompak menguat pada perdagangan Kamis atau Jumat dini hari waktu Indonesia.

Saham terdorong oleh laporan data ekonomi terbaru serta serangkaian rilis kinerja keuangan perusahaan.

Indeks S&P 500 naik 0,54% dan mencetak penutupan rekor baru di level 6.297,36, merupakan rekor kesembilan tahun ini.

Indeks Nasdaq Composite, yang sarat saham teknologi, melonjak 0,75% dan mencapai rekor penutupan kesepuluh di tahun 2025, yakni di level 20.885,65. Kedua indeks tersebut juga menyentuh rekor tertinggi intraday sepanjang masa.

Indeks Dow Jones Industrial Average menanjak 229,71 poin atau 0,52%, dan berakhir di level 44.484,49.

 

Saham PepsiCo melonjak lebih dari 7% setelah mencatat laba yang lebih baik dari perkiraan analis. United Airlines juga naik 3% setelah maskapai tersebut melaporkan laba yang melampaui ekspektasi pasar.

Rangkaian laporan laba kuartalan yang dirilis minggu ini telah melampaui ekspektasi Wall Street sehingga meningkatkan kepercayaan investor.

Sekitar 50 komponen indeks S&P 500 telah melaporkan kinerjanya sejauh ini, dan 88% di antaranya mengalahkan perkiraan analis.

Data penting yang dirilis Kamis mencerminkan kekuatan ekonomi AS. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim awal tunjangan pengangguran untuk pekan yang berakhir 12 Juli tercatat sebanyak 221.000, turun 7.000 dari pekan sebelumnya.

Secara terpisah, data terbaru dari Biro Sensus AS menunjukkan bahwa penjualan ritel pada Juni naik lebih tinggi dari perkiraan. Penjualan ritel meningkat 0,6% dibandingkan Mei, mengalahkan estimasi konsensus Dow Jones yang sebesar 0,2%.

"Hasil penjualan ritel yang meyakinkan datang di waktu yang tepat saat musim laporan laba mulai berlangsung," kata Bret Kenwell, analis investasi eToro AS, kepada CNBC International.

Dia menambahkan jika laporan laba lebih optimistis dari yang diperkirakan. Jika manajemen perusahaan terus menyampaikan narasi positif mengenai belanja konsumen, maka pasar saham bisa merespons positif bahkan setelah reli ke rekor tertinggi yang mungkin dinilai sebagian investor sebagai sudah terlalu tinggi.

"Pada akhirnya, konsumen tetap menjadi tulang punggung ekonomi AS." Imbuhnya.

Wall Street sendiri baru saja melewati sesi perdagangan yang bergejolak setelah Presiden Donald Trump membantah bahwa ia berencana memecat Jerome Powell dari jabatan Ketua Federal Reserve.

Sepanjang minggu ini, S&P 500 berada di jalur penguatan 0,6%, sementara indeks Dow Jones 30-saham mencatatkan kenaikan sekitar 0,3%. Nasdaq menjadi yang paling unggul sejauh ini, dengan kenaikan sekitar 1,5% dalam periode tersebut.

Akhir pekan ini, Jumat (18/7/2025) tak banyak data rilis yang dinanti pasar, tetapi ada sejumlah sentimen baik eksternal maupun internal yang akan berpengaruh ke pasar RI.

Dari negeri Paman Sam semalam ada update soal pasar tenaga kerja dan retail sales. Posisi indeks dolar AS (DXY) yang makin perkasa juga patut diantisipasi karena bisa jadi tantangan pasar emerging market.

Dari internal, pasar saham sudah berada di resistance dan rawan take profit karena tampaknya pesta saham IPO sudah mau usai, ditambah asing juga masih kabur-kaburan, meskipun tren-nya sudah jauh mereda. 

Pesta pora di Wall Street serta sudah masuknya dana asing diharapkan menjadi sentimen positif bagi bursa saham Indonesia. Namun, lonjakan dolar AS bisa menjadi alarm bahaya.

Berikut rincian sentimen yang akan mempengaruhi gerak pasar keuangan pada hari ini :

Update Pasar Tenaga Kerja AS - Retail Sales

Pada Kamis malam, AS merilis data update pasar tenaga kerja, utamanya soal klaim tunjangan pengangguran mingguan dan penjualan ritel. Hasilnya menunjukkan tanda-tanda positif di tengah ketidakpastian ekonomi global, dengan penurunan klaim pengangguran dan kenaikan penjualan ritel yang melampaui ekspektasi pasar.

Penjualan ritel AS tercatat meningkat sebesar 0,6% secara bulanan (month-over-month/MoM) pada Juni 2025, mengakhiri tren penurunan selama dua bulan sebelumnya. Angka tersebut juga jauh di atas proyeksi pasar yang memperkirakan pertumbuhan tipis 0,1%.

Peningkatan terbesar terjadi pada kategori retailer toko serba ada (miscellaneous store retailers) yang naik 1,8%, diikuti kendaraan bermotor dan suku cadang (1,2%), bahan bangunan dan perlengkapan taman (0,9%), serta pakaian (0,9%).

Kenaikan juga tercatat di sektor restoran dan bar (food services & drinking places) sebesar 0,6%, toko makanan dan minuman (0,5%), produk kesehatan dan perawatan pribadi (0,5%), toko barang umum (general merchandise) (0,5%), retailer daring (nonstore retailers) (0,4%), serta perlengkapan olahraga, hobi, alat musik, dan buku (0,2%). Sementara itu, penjualan di SPBU (gasoline stations) stagnan, dan penjualan furnitur serta elektronik mengalami penurunan tipis 0,1%.

Jika dilihat dari penjualan ritel inti yang tidak mencakup restoran, dealer mobil, toko bahan bangunan, dan SPBU, kategori yang digunakan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi AS (GDP), angka penjualan naik 0,5%, melampaui proyeksi 0,3% dan lebih tinggi dari revisi sebelumnya yang sebesar 0,2%.

Sementara itu, klaim tunjangan pengangguran awal (initial jobless claims) di AS hanya bertambah 221.000 untuk periode pekan kedua Juli 2025. Penambahan ini lebih baik dari ekspektasi pasar yang memperkirakan naik jadi 235.000.

Level tersebut setara dengan posisi terendah sejak April 2025, menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih solid, meski ada perlambatan dalam laju perekrutan sejak awal tahun.

Klaim lanjutan (outstanding claims) tercatat stabil di angka 1,956 juta, di bawah perkiraan 1,970 juta dan tetap di bawah level tertinggi tahun 2021 yang sempat disentuh bulan Juni lalu.

Namun, terdapat catatan khusus pada klaim pengangguran yang diajukan oleh pegawai pemerintah federal. Klaim dari kategori ini naik 158 menjadi 596, tertinggi dalam tujuh minggu terakhir, terkait dengan pemutusan hubungan kerja di Departemen Efisiensi Pemerintah (Department of Government Efficiency/DOGE) yang tengah dalam sorotan.

Secara keseluruhan, data terbaru ini memperkuat pandangan Federal Reserve bahwa pasar tenaga kerja AS masih dalam kondisi kuat, sementara konsumsi masyarakat tetap tumbuh stabil di tengah tekanan inflasi dan ketidakpastian kebijakan moneter.

Hasil yang baik dari konsumsi dan pasar tenaga sekilas mungkin terasa positif. Namun, ini juga memberikan gambaran lebih jauh soal prospek pemangkasan suku bunga the Fed yang tampaknya semakin pudar mengingat inflasi AS periode Juni juga memanas lagi.

The Greenback Masih Naik Terus

Masih dari negeri Paman Sam, the Greenback terpantau mulai naik dan hampir mendekati 100 lagi. Ini patut diantisipasi, apalagi untuk emerging market, termasuk Indonesia karena bisa menghambat stabilitas nilai tukar rupiah.

Indeks dolar ditutup di posisi 98,79 pada perdagangan kemarin atau terkuat sejak 11 Juni 2025.

Indeks Dolar AS (DXY) merupakan ukuran kekuatan dolar terhadap sekeranjang enam mata uang utama dunia, yaitu euro (EUR), yen Jepang (JPY), pound sterling Inggris (GBP), dolar Kanada (CAD), krona Swedia (SEK), dan franc Swiss (CHF).

Jika nilai DXY semakin menguat dan mendekati atau bahkan melampaui level 100, hal ini biasanya berdampak negatif bagi negara-negara emerging market. Penguatan dolar menandai jika investor tengah memburu dolar AS dengan menjual instrumen non-denominasi dolar, seperti rupiah.

Penguatan dolar membuat mata uang negara berkembang cenderung melemah, meningkatkan beban utang luar negeri yang berdenominasi dolar, serta memicu aliran modal keluar (capital outflow) dari pasar saham dan obligasi mereka, karena investor cenderung beralih ke aset berdenominasi dolar yang dianggap lebih aman dan menarik.

Pesta IPO Selesai, IHSG di Resistance

Membahas soal pasar saham secara khusus, posisi IHSG secara teknikal patut diantisipasi karena saat ini berada di resistance, level yang membatasi harga untuk naik lebih jauh, ibarat seperti atap.

Jika IHSG tidak mampu menembus resistance, masih rawan kontraksi ke support terdekat di level 7.075, bertepatan dengan MA200 daily.

Salah satu sentimen yang bisa membuat IHSG koreksi adalah efek saham IPO PT Chandra Daya Kreasi Tbk (CDIA) dan PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) yang digembok, ini menandai usai-nya pesta IPO alias Auto Reject Atas (ARA) beruntun.

Saham IPO selama beberapa hari terakhir memang menjadi pemanis pasar, tetapi dengan disuspensi akan membuat peluang saham masuk papan pemantauan khusus (FCA) meningkat, apalagi kalau hari ini sahamnya digembok lagi.

IHSGFoto: Tradingview
IHSG

Namun, apabila gembok dibuka tak menutup kemungkinan akan memicu aksi taking profit dulu. Meski begitu, jika masuk FCA pun, persentase kenaikan ARA hanya akan turun dari sebelumnya kisaran 25% atau 20% menjadi 10% saja. Bisa dibilang ini akan mendinginkan pasar dari hype saham IPO, praktik seperti ini juga sudah sering terjadi.

Namun, dibalik tembok resistance dan sudah semakin dekat pesta IPO berakhir, ada yang menarik dari potensi IHSG membentuk pattern inverse head and shoulder. Ini potensi terbentuk, jika terjadi kontraksi ke level support terdekat dan memantul kencang, kemudian breakout ke atas dari resistance saat ini.

Sementara, jika skenario terjadi penguatan kembali terjadi hari ini, maka peluang menuju resistance selanjutnya juga terbuka ke level 7.470. Hal ini juga didukung oleh aksi jual asing yang kian mereda, terlihat dari gambar di atas yang melihatkan tren net sell asing semakin menipis hari demi hari.

Bahkan, pada kemarin asing sudah ada net buy di keseluruhan pasar saham senilai Rp636,31 miliar. Sedikit mengurangi net sell yang terjadi sepanjang pekan sebanyak Rp2,49 triliun.

Sebenarnya, penguatan IHSG dalam beberapa hari terakhir ini, juga belum banyak didorong secara fundamental oleh emiten-emiten big caps perbankan, yang dasarnya punya kontribusi lebih dari 30% terhadap indeks.

Perlu diakui, kenaikan IHSG lebih banyak didorong saham konglomerat, utamanya dari grup Prajogo Pangestu. Sebut saja, seperti saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sempat Auto Reject Atas (ARA), alhasil mengakumulasi penguatan mingguan lebih dari 30%.

Tak hanya itu, saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) yang berhasil stock split pekan ini, mendukung pergerakan harga juga ciamik, dalam sebulan sudah terbang lebih dari 30% juga.

Tak luput juga, pada kemarin saham teknologi related data center, DCII berhasil ARA lagi mendorong indeks terbang ke atas 1%.

Kesimpulannya, kenaikan IHSG potensi masih bisa lanjut, meskipun jangka pendek tak menutup kemungkinan bisa terjadi taking profit atau koreksi wajar. Prospek kelanjutan tren naik IHSG harapannya bisa didorong kebangkitan sektor perbankan big caps, dan emiten big caps sektor lain yang belum terlalu diapresiasi, apalagi valuasi yang sudah murah dan sudah mendapatkan dukungan dari penurunan suku bunga.

 

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Inflasi Jepang untuk periode Juni 2025

  • Pidato pejabat the Fed. Waller dan Cook

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Perdagangan terakhir right issue TOWR dan FILM

  • RUPS INCO dan FAST

  • Public Expose PBRX

 

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular