
Ekspor Ribuan Ton Kerikil: Barang Recehan RI Laku Keras di AS - Jepang

Jakarta, CNBC Indonesia - Batu kerikil kerap diabaikan karena ukurannya yang kecil dan banyak berserakan di mana-mana. Namun, siapa sangka batu kerikil menjadi salah satu komoditas ekspor yang bernilai besar.
Batu kerikil kerap dijadikan material konstruksi hingga estetika kebun maupun drainase. Batu kerikil menjadi komoditas Indonesia yang kehadirannya juga dicari dalam perdagangan internasional
Sebagai informasi, batu kerikil terbentuk dari proses pelapukan alami batuan besar seperti granit, basalt, atau batu kapur yang mengalami penghancuran akibat cuaca.
Dia juga bisa dibentuk dari proses tambang atau pemecahan batu, di mana batuan besar di pertambangan dipecah manusia menjadi ukuran kecil untuk keperluan konstruksi.
Batu kerikil merupakan salah satu komoditas ekspor besar Indonesia. Dilansir dari Analisis Komoditas Ekspor tahun 2020-2024 milik Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor batu kerikil Indonesia tahun 2024 mencapai US$55,3 juta dollar atau sekitar Rp 900 miliar (US$1=16.285) Jika melihat data historis hingga lima tahun lalu, nilai ekspor batu kerikil mengalami pertumbuhan yang relatif stabil.
Secara keseluruhan, berat ekspor batu kerikil menunjukkan angka yang relatif konsisten, dengan rata rata lebih dari 8 jutaf ton per tahun.
Ini menunjukkan bahwa komoditas ini masih menjadi salah satu bahan galian bukan logam andalan Indonesia untuk pasar ekspor, khususnya ke negara-negara dengan kebutuhan reklamasi dan pengembangan infrastruktur pesisir.
Singapura, Korea Selatan, Amerika Serikat, Taiwan, dan Jepang menjadi negara tujuan utama ekspor batu kerikil Indonesia.
Jika dilihat berdasarkan negara tujuan utama, terdapat dinamika yang cukup mencolok, terutama dari sisi pertumbuhan ekspor antarnegara. Negara tujuan utama ekspor batu kerikil Indonesia tetap didominasi oleh Singapura, dengan nilai ekspor sebesar US$52,0 juta atau menyumbang 94,05 % dari total ekspor batu kerikil tahun 2024.
Diketahui bahwa nilai ini merupakan peningkatan sebesar 3,47 % dibandingkan tahun 2023. Singapura selama ini menjadi mitra utama Indonesia dalam perdagangan bahan galian bukan logam karena keterbatasan lahan dan sumber daya mineral mereka sendiri.
Dari segi provinsi asal ekspor, ekspor batu kerikil Indonesia pada tahun 2024 masih didominasi hampir sepenuhnya oleh Provinsi Kepulauan Riau dengan kontribusi sebesar 93,75% terhadap total nilai ekspor batu kerikil nasional.
Berat ekspor dari provinsi ini tercatat sebesar 7, 982 juta ton, meningkat 4,41 % dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini juga diikuti oleh peningkatan nilai ekspor sebesar 3,39 %, dari US$50,2 juta menjadi US$51,9 juta.
Sementara itu, provinsi lain menunjukkan kinerja yang beragam, cenderung mengalami penurunan.
Nusa Tenggara Timur, misalnya, mengalami penurunan berat ekspor sebesar 20,46 % menjadi 13,1 ribu ton. Nilai ekspor dari provinsi ini juga menyusut sebesar 26,32 % menjadi US$2,0 juta. Penurunan serupa juga terjadi di Jawa Timur, dengan berat ekspor turun dari 16,7 ribu ton menjadi 10,0 ribu ton atau setara penurunan 40,18 %, dan nilai ekspor menyusut 37,58 % menjadi US$1,3 juta.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(mae)
