Sawit, Kakao & Karet RI Dapat Karpet Merah di AS: Cuan Gede Banget!

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
28 August 2025 17:15
Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia- Kabar baik datang dari meja perundingan dagang Indonesia Amerika Serikat. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan tiga komoditas utama Indonesia minyak sawit, kakao, dan karet resmi dikecualikan dari tarif resiprokal 19% yang diberlakukan Washington sejak 7 Agustus 2025.

Keputusan ini menjadi angin segar, sebab ketiga komoditas tersebut masuk daftar andalan ekspor Indonesia ke AS, meski tren kinerjanya berbeda-beda.

Seberapa Besar Ekspor Kita ke AS?

Data Kementerian Perdagangan menunjukkan, sepanjang Januari-Desember 2024, nilai ekspor Indonesia ke AS untuk kakao, karet, dan sawit mencapai angka signifikan. Kakao mencatat lompatan terbesar, sementara sawit justru terkoreksi.

Dari tabel terlihat kakao mencuri perhatian dengan lonjakan lebih dari dua kali lipat. Karet relatif stabil dengan kenaikan moderat, sedangkan sawit tertekan akibat turunnya permintaan. Tanpa pengecualian tarif, kinerja sawit berpotensi lebih tertekan.

Jika ditilik lebih luas, total ekspor Indonesia ke AS mencapai US$26,53 miliar pada 2024, tumbuh 14,03% year on year. Dari jumlah itu, tiga komoditas agrikultur tadi hanya sebagian kecil, karena 10 besar ekspor RI ke AS didominasi produk manufaktur berteknologi menengah.

AS krusial bagi karet Indonesia, cukup penting bagi kakao, namun bagi sawit mentah per 2024 lebih bertumpu pada pasar Asia Selatan.

Selain menjaga harga bersaing, membebaskan tiga komoditas dari tarif 19%, juga sinyal diplomasi dagang. Tanpa proteksi ini, kakao bisa kehilangan momentum lonjakan ekspornya, karet bisa stagnan, dan sawit kian terpuruk. Kini, dengan tarif mendekati nol persen, ruang tumbuh kembali terbuka.

Tentu, ke depan, tantangannya adalah memastikan daya saing tetap terjaga, bukan hanya dari sisi tarif, tetapi juga kualitas, keberlanjutan, dan kepastian pasokan. Apalagi AS masih menyasar negara lain Dalam peta kompetisi global, posisi RI justru relatif diuntungkan.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation