
Prabowo Bertemu Lula, Ini 10 Komoditas Ekspor-Impor RI vs Brasil

Jakarta, CNBC Indonesia- Hubungan dagang Indonesia dan Brasil menunjukkan dinamika menarik sepanjang Oktober 2024 hingga Oktober 2025.
Presiden Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva di Istana Merdeka, Jakarta, hari ini, Kamis (23/10/2025). Kedua pemimpin membahas peningkatan kerja sama, termasuk di perdagangan.
Berdasarkan Satu Data Kementerian Perdagangan, nilai ekspor Indonesia ke Brasil mencapai US$1,97 miliar, tumbuh 12,5% (yoy).
Sebaliknya, impor dari Brasil ke Indonesia tercatat US$4,49 miliar, turun signifikan 27,22% dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan impor yang cukup tajam ini membuat defisit perdagangan RI dengan Brasil mulai menyempit, meski masih berada di sisi negatif.
Dari sisi ekspor, komoditas utama yang dikirim Indonesia ke Brasil didominasi oleh produk minyak nabati dan turunannya. Kode HS 15132995 mencatatkan nilai ekspor tertinggi sebesar US$298,54 juta, melonjak 28,7% dibandingkan periode sebelumnya. Produk lemak dan minyak nabati ini banyak digunakan industri makanan dan kosmetik di Brasil.
Menyusul di posisi kedua, minyak hewani dan nabati lainnya (HS 15119020) juga naik 10,2% menjadi US$219,31 juta. Kenaikan harga minyak global dan peningkatan permintaan biofuel di Brasil menjadi faktor utama penguat ekspor ini.
Komoditas berikutnya yang memperkuat kinerja ekspor RI adalah produk mineral dan bahan bakar (HS 27040010) yang naik hingga 83,2% menjadi US$154,55 juta. Selain itu, ekspor kendaraan dan aksesorinya (HS 87141090) juga tumbuh 44,3% mencapai US$137,76 juta, menunjukkan peningkatan minat Brasil terhadap otomotif buatan Indonesia. Sektor karet (HS 40012220) menempati posisi kelima dengan ekspor US$84,77 juta, tumbuh lebih dari 40%.
Namun tidak semua sektor mengalami peningkatan. Produk elektronik dan aksesorinya (HS 85249100) justru turun 33,8% menjadi US$64,73 juta, sementara ekspor suku cadang kendaraan (HS 87084026) juga terkoreksi 8,1% menjadi US$67,44 juta. Meski demikian, sektor alas kaki (HS 64041190) dan mesin mekanis (HS 84433191) mencatat kenaikan positif masing-masing 10,7% dan 34,1%, memperlihatkan diversifikasi ekspor Indonesia ke Brasil mulai meluas ke industri manufaktur ringan.
Sementara dari sisi impor, produk pakan ternak menjadi primadona utama. Kategori HS 23040090 yakni residu dan sisa industri makanan untuk olahan pakan hewan tercatat US$1,54 miliar, namun turun 29,9% dibanding tahun sebelumnya. Brasil dikenal sebagai eksportir besar bungkil kedelai dan bahan pakan global, termasuk ke Indonesia. Penurunan ini bisa menandakan perlambatan impor pakan akibat penyesuaian produksi unggas domestik.
Di posisi kedua, impor gula (HS 17011400) anjlok tajam 41,7% menjadi US$1,14 miliar, dari sebelumnya hampir US$2 miliar. Penurunan ini sejalan dengan kebijakan pemerintah memperkuat industri gula rafinasi dalam negeri. Sebaliknya, impor minyak mineral (HS 27090010) naik tipis 3,4% menjadi US$361,59 juta, sedangkan impor kapas (HS 52010000) nyaris stabil di US$306,25 juta.
Menariknya, ada beberapa komoditas yang justru melonjak drastis. Impor tembakau (HS 24012010) naik 34,9% menjadi US$156,04 juta, dan impor daging serta sisa daging (HS 2023000) melesat 186,9% menjadi US$93,36 juta. Hal ini memperlihatkan adanya peningkatan kebutuhan industri pengolahan tembakau dan protein hewani di Indonesia. Di sisi lain, produk pulp dan kertas dari Brasil (HS 47020020) juga naik 6,4%, menunjukkan bahwa permintaan bahan baku industri kemasan masih kuat.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)