Ini 6 Rute Penerbangan "Neraka" di Dunia, Siapkan Mental!

Rania Reswara Addini, CNBC Indonesia
11 August 2025 15:25
Fakta-fakta turbulensi maut Singapore airlines
Foto: infografis/ Fakta-fakta turbulensi maut Singapore airlines/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam perjalanan udara, gangguan turbulensi seringkali menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Turbulensi kondisi ketika aliran udara di sekitar pesawat mengalami perubahan kecepatan dan arah yang tidak teratur, menyebabkan guncangan pada pesawat selama penerbangan.

Meskipun ada turbulensi yang bisa terdeteksi menggunakan banyak cara seperti radar cuaca, laporan cuaca, sistem peringatan turbulensi, serta laporan dari pesawat lain, ada juga jenis turbulensi yang tidak kasat oleh teknologi. Turbulensi jenis ini adalah turbulensi udara jernih atau clear air turbulence.

Frekuensi munculnya turbulensi udara jernih sedang meningkat karena pemanasan global yang memperkuat pergerakan angin di jetstream atau arus jet, membuat ketidakstabilan pergerakan udara menjadi lebih umum. Daftar ini mengurutkan rute penerbangan yang paling sering mengalami turbulensi di 2024, merujuk pada peringkat dari Turbli.

Turbli, sebuah platform digital untuk memantau dan memprakirakan turbulensi penerbangan, mengumpulkan data turbulensi harian di sepanjang jalur penerbangan dan melaporkan intensitas rata-rata menggunakan skala eddy dissipation rate (EDR) dari 0 hingga 100 (ringan hingga ekstrem).

Sebagai catatan, "EDR" (eddy dissipation rate) adalah metrik independen terhadap pesawat yang digunakan untuk mengukur intensitas turbulensi di sepanjang rute.


Rute Turbulensi Seringkali Melintasi Pegunungan Besar

Rute Mendoza (MDZ) - Santiago (SCL) di Amerika Selatan menempati puncak daftar dengan rata-rata EDR 24,684, diikuti oleh rute-rute yang melintasi pegunungan seperti Kathmandu-Lhasa, Albuquerque-Denver, dan Christchurch-Wellington. Rute Nice-Geneva di Eropa dan Durban-Johannesburg di Afrika juga masuk ke dalam daftar.

Beberapa rute paling sering bergejolak karena turbulensi biasanya melintasi atau berada di dekat pegunungan besar seperti Andes, Himalaya, Alpen, dan Alpen Selatan di mana angin kencang pegunungan dapat menghasilkan gelombang gunung, rotor, dan geseran turbulen..

Mengapa Turbulensi Meningkat
Banyak penelitian menunjukkan peningkatan frekuensi turbulensi udara jernih yang didorong oleh perubahan iklim. Udara yang semakin hangat memperkuat pergeseran angin di arus jet. Arus jet adalah aliran udara kuat di ketinggian yang sering menjadi jalur penerbangan pesawat.

Seiring dengan memanasnya planet, perbedaan suhu di atmosfer bagian atas menjadi lebih signifikan, sehingga menghasilkan wind shear atau perbedaan kecepatan dan arah angin antara dua arus udara yang lebih kuat. Wind shear inilah yang menciptakan turbulensi, terutama dalam udara jernih yang sulit dideteksi.

Sebagai contoh, Studi University of Reading (2023) menemukan bahwa akumulasi durasi turbulensi udara jernih yang parah di atas Atlantik Utara meningkat sekitar 55% antara 1979 dan 2020. Lintasan udara Atlantik Utara adalah salah satu koridor penerbangan tersibuk di dunia yang menghubungkan Amerika Utara dengan Benua Eropa. Rute-rute seperti New York - London hingga Chicago - Paris menjadi sekian dari banyak rute sibuk yang melewati lintasan ini.

 

Selain itu, peningkatan signifikan frekuensi turbulensi juga ditemui di wilayah padat lalu lintas lainnya seperti Pasifik Utara yang menghubungkan Benua Asia dan Benua Amerika ataupun Himalaya. Fenomena ini tidak hanya terjadi di musim tertentu, tapi makin sering di sepanjang tahun.

Meskipun begitu, langit yang lebih bergejolak tidak serta-merta berarti terbang menjadi tidak aman. Pesawat modern dirancang untuk bertahan dalam kondisi turbulensi. Penggunaan sabuk pengaman oleh penumpang juga dapat memperkecil risiko terkena cedera akibat turbulensi.

Ketika mengalami turbulensi, penumpang bisa mengikuti kiat-kiat berikut supaya tetap aman dan tidak terluka:

  1. Berusaha tetap tenang, turbulensi adalah hal yang wajar dan pesawat dirancang untuk menghadapinya. Cobalah untuk tetap tenang dan jangan panik.
  2. Pastikan sabuk pengaman terpasang dengan benar dan kencang.
  3. Dengarkan instruksi dari awak pesawat dan ikuti dengan seksama.
  4. Fokus pada aktivitas lain yang bisa mengalihkan perhatian dari rasa khawatir.
  5. Berlatih pernapasan dapat membantu untuk menenangkan diri.
  6. Hindari berdiri atau bergerak saat turbulensi terjadi. Tetaplah duduk dengan posisi yang benar dan sabuk pengaman dalam kondisi terpasang.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation