
Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Tapi Kok Emiten Konsumsi Banyak yang Rugi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Data pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 memberikan kejutan bagi masyarakat, lantaran berhasil tumbuh di atas 5%. Konsumsi rumah tangga di gadang-gadang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Tanah Air pada periode tersebut. Hal ini pun dapat mencerminkan pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan di sektor konsumer.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekonomi kuartal II-2025 tumbuh sebesar 5,12% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya sebesar 4,87% (yoy). Realisasi ini adalah yang tertinggi dalam dua tahun terakhir.
BPS melaporkan, nilai produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) Indonesia mencapai Rp5.947 triliun pada kuartal II 2025. Jika diukur atas dasar harga konstan (ADHK) nilainya setara Rp3.396,3 triliun, tumbuh 5,12% dibanding kuartal II tahun lalu.
Dari segi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menjadi penopang utama perekonomian Indonesia pada kuartal II 2025. Nilai PDB harga berlaku konsumsi rumah tangga mencapai Rp3.226,1 triliun, setara 54,25% dari total PDB harga berlaku nasional.
Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,97% (yoy) seiring dengan aktivitas perekonomian dan mobilitas masyarakat yang meningkat selama periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan libur sekolah.
![]() |
Meskipun jika melihat dari sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 menurut pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih tumbuh di bawah rata-rata historisnya yakni 5%. Pertumbuhan hanya naik tipis dibandingkan kuartal I-2025 (YoY) yakni 4,95%.
Konsumsi rumah tangga terus tumbuh seiring meningkatnya belanja kebutuhan primer dan mobilitas rumah tangga. Kebutuhan bahan makanan dan makanan jadi meningkat karena aktivitas pariwisata selama periode libur hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Waisak, Kenaikan Isa Almasih, dan Idul Adha hingga dan libur sekolah. Mobilitas masyarakat meningkat mendorong peningkatan konsumsi untuk transportasi dan restoran.
Dari sisi pertumbuhan konsumsi makan minuman juga meningkat. Pada kuartal I 2025 pertumbuhan makan minuman hanya 5,9%, sementara kuartal II 2025 mencapai 6,04%.
Bila dihitung secara akumulatif, pertumbuhan ekonomi semester I-2025 ada di angka 4,99%.
Sayangnya, pertumbuhan ekonomi melesat dan konsumsi menguat pada kuartal II-2025 tetapi emiten berbasis consumer goods justru belum menikmati hasilnya.
Banyak dari emiten ini justru mencatat kontraksi laba yang sangat besar pada semester I-2025. Laba mereka jeblok hingga puluhan persen.
Namun sayangnya, beberapa emiten masih mencatatkan penurunan harga saham selama 3 bulan terakhir.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)