Laba Emiten Konsumer Menggembung, Ekonomi RI Bangkit?

Susi Setiawati,  CNBC Indonesia
03 November 2025 11:50
Sertifikasi halal dinilai menjadi aspek penting dalam bisnis makanan di Tanah Air. Hal itu berkaitan dengan rasa aman seiring garansi yang diberikan atas produk atau jasa yang dibeli.

Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) Sapta Nirwandar mengatakan, untuk perusahaan besar seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), tak bisa dimungkiri sertifikasi halal menambah penjualan produk yang dihasilkan.

"Begitu ada lambang hijau MUI (Majelis Ulama Indonesia), (produknya) laku keras. Mayora dan Garuda Food juga begitu. Sertifikasi itu penting," katanya di gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (19/2/2020).

"Kenapa sushi tei rajin buat sertifikasi karena naikkan sales (penjualan)," imbuhnya lagi.

Dia juga mencontohkan bagaimana rantai pasok restoran siap saji seperti KFC. Di Kuala Lumpur, bisa dipastikan 99,99 persen restoran itu sudah melalui sertifikasi halal. Mulai dari rantai pasok ayam hingga sampai ke meja konsumen. Prosesnya sudah diawasi dengan ketat.

"Ini lebih profitable, masyarakat sadar, tak akan makan kalau tak ada sertifikasi halal. Sertifikasi itu membuktikan," ujarnya lagi.

Tak hanya menyoal produk berupa makanan hingga kosmetik, sertifikasi halal dalam sektor pariwisata juga penting dilakukan. Namun sayangnya, banyak yang salah kaprah perihal yang satu ini.

"Yang dihalalkan bukan destinasinya, tapi servisnya. Borobudur tak bisa dihalalkan, tapi kalau servisnya jadi ada musholla, restoran, boleh," tegasnya.

Pelaksanaan wajib sertifikasi halal efektif mulai 17 Oktober 2019. Itu adalah mandat dari UU Nomor 33 Tahun 2014. Semua produk yang beredar di republik ini harus memiliki sertifikat halal yang dikeluarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) yang berada di bawah Kementerian Agama. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Supermarket (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jelang penutupan akhir bulan Oktober, emiten-emiten terutama dari sektor consumer goods mulai berbondong-bondong merilis kinerja keuangan kuartal III 2025.

Dominan emiten-emiten tersebut mencatatkan performa kinerja yang cukup baik dan bertumbuh, hal ini dapat mencerminkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) akan tumbuh sejalan dengan pertumbuhan industri di sektor consumer goods.

Berdasarkan catatan CNBC Indonesia Research dari delapan emiten consumer goods yang telah merilis kinerja keuangan pada kuartal III 2025, dominan mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang cukup baik.

Hubungan antara kinerja keuangan saham sektor consumer goods dan Produk Domestik Bruto (PDB) memang erat. Kinerja keuangan saham sektor consumer goods mencerminkan profitabilitas, pendapatan, dan ekspektasi investor terhadap perusahaan yang bergerak di barang konsumsi rumah tangga.

Sektor consumer goods berkaitan erat dengan konsumsi rumah tangga, yang biasanya menyumbang porsi terbesar PDB sekitar 55 hingga 60%. Sehingga saat penjualan produk konsumsi meningkat, kemudian laba perusahaan consumer goods naik, dan arga saham sektor ini menguat, maka kemungkinan besar konsumsi masyarakat juga meningkat, yang berarti dorongan positif terhadap pertumbuhan PDB.

Pada pekan ini, tepatnya Rabu (5/11/2025), Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data PDB periode kuartal III 2025.

Sebelumnya, kementerian keuangan memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2025 masih bisa tumbuh di level 5,1% meskipun banyak tekanan yang terjadi pada periode Juli-September 2025, seperti demonstrasi berdarah pada Agustus 2025.

Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menjelaskan, penopang pertumbuhan pada saat itu ialah kinerja ekspor yang tumbuh cepat.

Sementara itu, untuk kuartal IV-2025, Febrio mengatakan, proyeksi pertumbuhannya masih sesuai dengan yang disampaikan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sebesar 5,5%.

Laju pertumbuhan ekonomi yang cepat pada akhir tahun ia sebut didukung oleh berbagai stimulus ekonomi yang telah digelontorkan pemerintah, seiring dengan kebijakan moneter longgar yang ditetapkan Bank Indonesia.

"Sehingga kalau hitung-hitungan kami kuartal IV itu bisa akan mencapai sekitar pertumbuhannya 5,5%," ujar Febrio.

Sebagaimana diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang mulai mengalami percepatan pada kuartal II-2025 dengan pertumbuhan sebesar 5,12%, jauh lebih cepat dari pertumbuhan kuartal I-2025 sebesar 4,87%.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation