Ini 10 Penguasa Bursa Saham Juli: Ditopang Aksi Koporasi Hingga Laba

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
01 August 2025 11:38
saham
Foto: saham

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor kini menyambut hangat perdagangan perdana periode Agustus 2025, dengan harapan kembali menemukan saham-saham dengan potensi kenaikan tinggi bahkan bagger.

Di sepanjang Juli 2025, terpantau beberapa saham mencatatkan kinerja harga saham yang luar biasa, melesat hingga ratusan persen dan membuat investor mampu mencetak bagger pada portofolio mereka.

Kenaikan saham-saham tersebut sebagian didorong oleh sentimen positif mulai dari aksi korporasi hingga ekspansi, namun sebagian justru tidak ditemukan sentimen tetapi harga sahamnya justru melesat signifikan.

Saham hotel milik Happy Hapsoro, suami Puan Maharani, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) berencana melaksanakan penambahan modal dengan hak memesan terlebih dahulu (PMHMETD) sebanyak 3,6 miliar saham baru atau maksimal sebesar 17,48% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh. Langkah rights issue ini akan
dilaksanakan setelah mendapat restu dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa.

Penerbitan saham baru BUVA untuk memperkuat struktur permodalan sehingga menambah dana untuk mendukung kinerja perseroan.

Kemudian, PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) mencatatkan raihan nilai kontrak baru sebesar Rp 1,42 triliun per semester I 2025.

Anak usaha PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) itu membukukan nilai kontrak baru dari beberapa proyek seperti. Di antaranya New Plant AHM Deltamas Cikarang Bekasi, Infrastructure of Subang Smartpolitan, Structure of Grand Lucky Pekanbaru, Parking Building & Campus Plaza E Gunadarma Depok, Holiday Inn Express Bandung, Residence Mandarin Oriental Pandawa Denpasar, OMC Building IKK Pindodeli Karawang, Industrial Office Building & Facility of Charoen Pokphand Indonesia Jakarta, Bungur Sport Complex Depok, Rumah Sakit Keluarga Sehat Coverall Rembang, Tretes Raya Hotel Pandaan, dan Anugerah Argon Medika Medan.

Hal inilah yang mendorong kenaikan signifikan harga saham NRCA.

Selanjutnya kenaikan signifikan dari harga saham sawit milik konglomerat Haji Isam, PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) didorong oleh kenaikan kinerja keuangan yang sangat tinggi.

PGUN mencatat laba bersih hingga semester pertama tahun 2025 sebesar Rp 83,53 miliar. Laba tersebut meroket 690% dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar Rp 10,57 miliar.

Mengutip laporan keuangannya yang disampaikan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), laba tersebut ditopang penjualan bersih yang mencapai Rp 385,17 miliar atau naik 48,9% dari semester I tahun 2024 yang sebesar Rp 258,63 miliar.

Seiring dengan meningkatnya penjualan bersih, beban pokok penjualan PGUN juga naik dari semester I tahun 2024 yang sebesar Rp 211,2 miliar menjadi Rp 242,4 miliar . Sehingga, laba bruto PGUN melonjak 201,6% dari Rp 47,3 miliar menjadi Rp 142,7 miliar ditahun ini.

Selanjutnya, dikurangi beban umum dan administrasi yang menyusut menjadi Rp 17,5 miliar dari semester pertama tahun 2024 yang sebesar Rp 21,2 miliar, dan keuntungan atas perubahan nilai wajar aset biologis yang turun menjadi Rp 6,09 miliar, maka laba usaha PGUN melonjak menjadi Rp 119,09 miliar dari Rp 32,89 miliar.

Kemudian, dikurangi beban keuangan yang menyusut menjadi Rp 16,9 miliar dari Rp 21,03 miliar dan beban lain-lain yang naik menjadi Rp 4,82 miliar, maka laba sebelum pajak penghasilan melonjak jadi Rp 106,9 miliar di tahun ini dari Rp 13,7 miliar di tahun 2024.

Setelah dikurangi pos manfaat pajak penghasilan, laba bersih tahun berjalan pada semester I tahun 2025 menjadi Rp 83,53 miliar.

Adapun total aset PGUN hingga semester I tahun 2025 mencapai Rp 2,64 triliun dibandingkan akhir tahun 2024 yang sebesar Rp 2,63 triliun.

Sebagai informasi,PGUN dimiliki oleh anak Andi Syamsuddin Arsyad atau Haji Isam, Liana Saputri dan Jhony Saputra melalui PT Araya Agro Lestari dan PT Citra Agro Raya.

Total kepemilikan gabungan secara tidak langsung keduanya di PGUN mencapai 4.400.386.682 atau 76,69%.

Selanjutnya, PT Leyand International Tbk (LAPD) optimis pada pertumbuhan keuangan tahun ini. Perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan menjadi Rp234 miliar pada 2025 seiring dengan pemulihan operasional. Perseroan juga fokus ke bisnis distribusi FMCG melalui entitas usahanya PT Rusindo Eka Raya (RER).

Diketahui, pada semester I 2025, LAPD menghimpun pendapatan Rp138,50 miliar, naik 48,60% (yoy) dari Rp93,20 miliar pada semester I 2024. Sampai akhir 2025, perseroan menargetkan pendapatan mencapai Rp234 miliar.

LAPD optimis pertumbuhan pendapatan pada 2025 karena industri yang semakin bergeliat dan bisnis yang perseroan geluti semakin potensial. Transformasi strategi bisnis ke sektor distribusi barang konsumsi (FMCG) melalui akuisisi PT Rusindo Eka Raya (RER) pada Juni 2023 telah membuahkan hasil positif.

Meskipun sempat menghadapi tantangan seperti kebakaran gudang RER pada Oktober 2024, Perseroan dengan cepat melakukan pemulihan operasional dengan gudang sementara dan memulai pembangunan kembali, menunjukkan ketahanan dan adaptasi perseroan.

Selanjutnya, PT Harapan Duta Pertiwi Tbk (HOPE) menyampaikan dalam keterbukaan informasi mengenai Laporan Informasi atau Fakta Material sehubungan Penyertaan Modal Perseroan pada PT Tambang Meranti Mulia Sejahtera (TMMS).

Dalam keterbukaan informasi BEI, Rabu (30/7/2025), Kevin Jong selaku Direktur Utama HOPE mengungkapkan, bahwa Perseroan telah melakukan penyertaan modal ke PT Tambang Meranti Mulia Sejahtera, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan ketentuan hukum Republik Indonesia, beralamat di Kelurahan Lapuko, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara (TMMS).

Penyertaan modal dilakukan oleh Perseroan dalam bentuk pengambilan saham baru yang dikeluarkan oleh TMMS sebanyak 150.000.000 (seratus lima puluh juta) saham dengan nilai transaksi sebesar Rp9.000.000.000,00 (sembilan miliar Rupiah) (Nilai Transaksi) atau 9,76% dari total ekuitas Perseroan.

Diketahui, TMMS adalah perusahaan yang bergerak sebagai kontraktor pertambangan.

Kemudian, PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) telah mendapatkan persetujuan pemegang saham untuk melaksanakan Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue II dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 15 Juli 2025. Namun, pelaksanaan rights issue ini akan efektif mulai 29 September 2025.

Dalam prospektus yang diterbitkan pada 21 Juli 2025, COCO akan menerbitkan maksimal 2,66 miliar saham baru dengan nominal Rp 100 per saham. Setelah rights issue ini, jumlah modal yang ditempatkan dan disetor penuh akan meningkat hingga 75% dari jumlah yang ada saat ini.

Setiap pemegang satu saham lama COCO yang tercatat pada penutupan 9 Oktober 2025 akan berhak atas tiga HMETD (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu). Setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru COCO.

Harga pelaksanaan rights issue ini masih akan ditentukan dan diumumkan kemudian. Adapun, proses perdagangan dan pelaksanaan rights issue akan berlangsung mulai 23-17 Oktober 2025.

Dana right issue nantinya akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan perusahaan, mendukung pengembangan usaha, dan belanja modal dan modal kerja untuk mendukung operasional dan ekspansi perusahaan.

Dan terakhir kenaikan signifikan saham konglomerat Toto Sugiri, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang didorong oleh kenaikan kinerja keuangan di sepanjang semester I 2025.

Sepanjang semester I 2025, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) membukukan laba bersih melonjak 106,02% menjadi Rp616,9 miliar dari sebelumnya di priode yang sama tahun lalu Rp299,4 miliar. Laba per saham dasar DCII pun meningkat menjadi Rp259, dari Rp126 per saham. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan yang dipublikasi di Jakarta, kemarin.

Kenaikan laba bersih ditopang oleh kenaikan pendapatan sebesar 80,95% menjadi Rp1,33 triliun sampai akhir Juni 2025. Pendapatan ini diperoleh dari jasa colocation sebesar Rp1,25 triliun dan pendapatan lain-lain sebesar Rp83,8 miliar. Sementara itu, pendapatan dari pihak ketiga DCII adalah sebesar Rp1,3 triliun, dengan pendapatan dari pihak berelasi sebesar Rp27,9 miliar.

DCII juga mencetak beban pokok pendapatan sebesar Rp539,3 miliar, meningkat hingga 69,47% secara tahunan dari Rp318,2 miliar. Dengan jumlah beban pokok tersebut, DCII mencetak laba bruto sebesar Rp794,7 miliar. Laba bruto ini naik 89,66% dari semester I/2024 yang sebesar Rp419,07 miliar.

Per Juni 2025, total aset DCII mencapai Rp5,57 triliun, naik dari akhir Desember 2024 sebesar Rp4,82 triliun. Total liabilitas saham termahal di BEI ini juga tercatat melonjak menjadi Rp1,95 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp1,81 triliun. Sementara itu, total ekuitas DCII juga meningkat menjadi Rp3,6 triliun, dari sebelumnya Rp3 triliun.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation