
Dua Wajah Batu Bara: Harga Kokas Ngegas, Thermal Lemas

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara melemah pada perdagangan kemarin setelah sempat menguat pada Selasa.
Merujuk Refintiv, harga batu bara pada perdagangan Rabu (23/7/2025) ditutup di posisi US$ 109,9 per ton. Harganya turun 0,19%. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan 0,22% yang terjadi pada Selasa.
Pelemahan harga batu bara disebabkan masih terjadinya perbedaan permintaan pada batu bara kokas dan thermal.
Permintaan batu bara kokas yang digunakan dalam pembuatan material baja masih sangat tinggi di China sementara batu bara thermal yang dipakai untuk bahan bakar pembangkit melemah. Tarik menarik inilah yang membuat harga batu bara menjadi fluktuatif dalam beberapa hari terakhir.
Harga sejumlah komoditas bulk utama di China seperti polysilicon dan batu bara kokas, yang penting untuk produksi panel surya dan baja, melonjak ke level tertinggi baru hari ini di tengah ekspektasi investor akan aksi pemerintah untuk mengendalikan overkapasitas industri.
Futures polysilicon di Bursa Berjangka Guangzhou naik 5,5% ke CNY 50.080 (US$ 6.990) per ton, mencapai batas harian 12% pada perdagangan intraday dan mencetak rekor tertinggi sejak kontrak diluncurkan pada Desember lalu. Sepanjang bulan ini, kontrak tersebut telah naik 53%.
Futures batu bara kokas di Bursa Komoditas Dalian melonjak 11% ke CNY 1.135,5 (US$ 159) per ton, tertinggi dalam empat bulan terakhir, dengan kenaikan bulanan mencapai sekitar 38%. Sementara itu, futures kokas (produk hasil olahan batu bara kokas) naik 3,8% ke CNY 1.707,5 (USD 238) per ton, menguat 22% sepanjang Juli.
Sejak awal bulan, pemerintah China telah memperkuat sikap kebijakannya untuk menekan produksi bahan baku industri yang berlebihan, menyusul bertahun-tahun permintaan yang lemah yang membebani harga dan margin keuntungan industri.
Dalam pertemuan pada 1 Juli, Komisi Urusan Keuangan dan Ekonomi Pusat menekankan pentingnya mengendalikan persaingan harga yang tidak sehat, meningkatkan kualitas produk, dan memfasilitasi penutupan kapasitas produksi yang usang.
Pada 18 Juli, Xie Shaofeng, kepala insinyur di Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi, menyatakan bahwa rencana kerja untuk 10 sektor utama termasuk baja, logam non-ferrous, petrokimia, dan bahan bangunan akan segera diluncurkan untuk mendukung restrukturisasi industri dan menghapus kapasitas usang.
Didorong oleh sinyal kebijakan ini, pasar kini mengantisipasi langkah-langkah baru reformasi struktural sisi pasokan yang dapat mendorong harga futures komoditas setelah sempat anjlok tajam sebelumnya, kata Zhou Fuhang, peneliti di Nanhua Futures, dikutip dari Yicai global.
Namun demikian, meskipun didorong oleh pemerintah, pengurangan kapasitas dalam jangka pendek tetap menantang, dan permintaan terhadap barang industri belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Akibatnya, kenaikan harga komoditas bulk mungkin akan terbatas dalam jangka menengah hingga panjang.
Sebaliknya, permintaan batu bara thermal masih lemah karena melimpahnya produksi serta permintaan, terutama di India.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
