Energi Amerika Siap Banjiri RI, Ternyata Segini Nilai Impornya

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
17 July 2025 12:45
Kapal lng aquarius, Heu Hidayat (Ist)
Foto: Kapal lng aquarius, kapal heru hidayat yang di sita kejagung (Ist)

Jakarta, CNBC Indonesia- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta Indonesia untuk membuka kran impor energi lebih besar sebagai bagian dari negosiasi tarif.

Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari kesepakatan dagang baru yang lebih luas. "Mereka akan membayar 19% dan kami tidak akan membayar apapun... kami kini memiliki akses penuh ke Indonesia, dan beberapa kesepakatan energi besar akan diumumkan," ujar Trump, Selasa (15/7/2025) seperti dikutip Reuters.

Sebagai imbal balik, Indonesia berkomitmen mengimpor produk energi AS senilai US$15 miliar atau setara Rp 244 triliun (kurs Rp16.290/US$). Paket ini mencakup peningkatan impor minyak mentah, gas alam cair (LNG), batu bara metalurgi, serta listrik dan hydrocarbon gas liquids.

Permintaan Energi RI Kian Menggila

Menurut catatan U.S. Energy Information Administration (EIA), konsumsi energi primer Indonesia mencapai 10,5 kuadriliun Btu pada 2023, tumbuh 16% dalam satu dekade terakhir. Lonjakan permintaan ini dipicu kombinasi kelas menengah yang terus berkembang, kebutuhan listrik yang melonjak, serta program transisi energi yang belum sepenuhnya menekan ketergantungan fosil.

Indonesia sendiri masih mengimpor sekitar 236.000 barel per hari minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan BBM, dengan AS mulai menggeser peran pemasok tradisional seperti Arab Saudi. Selain itu, LNG dari AS juga mulai mengambil pangsa pasar di tengah penurunan produksi gas domestik.

AS Jadi Pemasok Energi Alternatif

Selama 2020-2024, AS mencatat rata-rata ekspor energi ke Indonesia hampir US$3 miliar per tahun, terutama minyak mentah, LNG, dan batu bara metalurgi. Impor energi mulai dari LNG hingga minyak bahkan masuk lima besar barang yang dibeli Indonesia dari Amerika. Kini, dengan kesepakatan tarif baru, volume impor RI diperkirakan melonjak 50%, khususnya untuk:

  • Crude oil untuk kilang Balikpapan dan Cilacap

  • Liquefied Natural Gas (LNG) untuk kebutuhan pembangkit Jawa 1

  • Metallurgical coal untuk industri baja domestik

  • Hydrocarbon gas liquids untuk sektor petrokimia

AS selama ini sudah menjadi pemasok batu bara metalurgi ke Indonesia, dengan volume 673 ribu ton pada kuartal I-2025, melonjak 112,8% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Meski tarif impor dipangkas, tantangan regulasi dan DMO (Domestic Market Obligation) masih membayangi. Indonesia mewajibkan minimal 25% produksi energi dijual domestik dengan harga khusus, yang kadang membuat investasi asing enggan ekspansi.

Selain itu, infrastruktur gas dan listrik masih timpang antara wilayah barat dan timur, membuat pengiriman LNG dan hydrocarbon gas liquids tak selalu efisien.

Dengan populasi 283 juta jiwa dan kebutuhan listrik yang terus naik, permintaan energi impor RI diprediksi tak akan surut dalam 10 tahun ke depan. Sektor industri seperti baja, petrokimia, dan kendaraan listrik akan menyerap lebih banyak gas dan listrik.

Kesepakatan tarif 19% ini membuka jalan bagi AS untuk memperluas pangsa pasar energi di Indonesia, sekaligus memberi RI opsi diversifikasi sumber impor selain Timur Tengah dan Australia.

 



CNBC Indonesia Research

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation