Newsletter

Mental Investor Diuji: Dunia Membara, Rebalancing FTSE & Rupiah Ambruk

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
20 June 2025 06:15
Petugas pemadam kebakaran bekerja di lokasi bangunan yang rusak akibat serangan Israel, di Teheran, Iran, 13 Juni 2025. (via REUTERS/Majid Asgaripour)
Foto: Petugas pemadam kebakaran bekerja di lokasi bangunan yang rusak akibat serangan Israel, di Teheran, Iran, 13 Juni 2025. (via REUTERS/Majid Asgaripour)

Perdagangan hari ini menjadi hari terakhir pasar keuangan Tanah Air yang diperkirakan akan rentan terhadap aksi koreksi. Perang Timur Tengah yang semakin meluas bahkan Trump kini mempertimbangkan untuk menyerang Iran, hal ini dapat mendukung peningkatan permintaan safe have sehingga aset beresiko seperti saham pun akan mulai ditinggalkan sehingga memicu kembalinya koreksi pasar saham.

IHSG & Rupiah Jatuh Terburuk Sebulan Lebih

Pada perdagangan Kamis (19/6/2026), IHSG ditutup anjlok 1,96% atau turun 139 poin di level 6.968,64. Penurunan ini menjadi penurunan paling tajam di periode bulan ini dan menjadi terburuk sejak 14 Mei 2025 atau sebulan lebih.

Begitu juga dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis (19/6/2025) ditutup pada posisi Rp 16.390/US$1 atau melemah 0,58%. Pelemahan ini telah menjadi kejatuhan rupiah terhadap dolar AS selama tiga hari beruntun. Penutupan rupiah pada perdagangan kemarin juga menjadi yang terlemah sejak 21 Mei 2025 atau sebulan lebih.

Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan "secara teknikal, IHSG berada dalam fase bearish consolidation, mengingat Stochastics K_D dan RSI masih negatif."

Menurut Nafan, penurunan IHSG terjadi setelah The Fed menahan suku bunga di level 4,5% dan menurunkan proyeksi penurunan suku bunga acuan menjadi 2 kali pada tahun ini berdasarkan Dot Plot terbarunya.

Lanjutnya, ini merupakan akibat dari the Fed yang masih memperkirakan inflasi akan tetap tinggi dan perkiraan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang akan lebih rendah kedepannya.

Nafan juga mengungkapkan pandangannya soal Bank Indonesia yang menilai bahwa ketidakpastian global masih tinggi akibat dinamika negosiasi tarif resiprokal AS serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah, hal ini memperlambat pertumbuhan ekonomi global kedepannya.

Oleh sebab itu, BI berfokus menjaga stabilitas nilai tukar. Dalam RDG, BI turut memutuskan untuk tetap mempertahankan BI Rate sebesar 5,5%.

Ekonom Bank Danamon Indonesia, Hosianna Evalita Situmorang juga menuturkan faktor penurunan IHSG pada perdagangan kemarin dipengaruhi aksi profit taking, terlebih IHSG sudah reli banyak dan juga paska penyaluran dividen, serta ditengarai perkembangan di global, khususnya geopolitik.

Senior Ekonom BCA Barra Kukuh Mamia juga mengungkapkan pendapatnya terkait pergerakan IHSG pada perdagangan kemarin.

Barra sepakat bahwa volatilitas pasar dipengaruhi reaksi pasar dari ketidakpastian dengan situasi Israel dan Iran, serta dari keputusan the Fed semalam.

Sementara itu kenaikan dolar pada perdagangan Kamis sore pukul 15.00 WIB dengan menguat 0,10% ke angka 98,99, menjadi pelemahan terburuk bagi rupiah.

Dolar menguat pada perdagangan Kamis karena ancaman konflik Timur Tengah yang lebih luas membayangi pasar, sementara serangkaian keputusan suku bunga di Eropa menyoroti kesulitan yang dialami bankir sentral dalam menghadapi ketidakpastian yang meningkat.

Trump Pertimbangkan Serang Iran

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengirimkan sinyal-sinyal terkait kemungkinan partisipasi Washington untuk ikut menyerang Iran. Hal ini terjadi di saat sekutu AS paling strategis di Timur Tengah, Israel, melancarkan serangan ke Negeri Para Mullah.

Berbicara kepada wartawan di luar Gedung Putih, Kamis (18/6/2025), Trump masih menolak mengatakan apakah ia telah membuat keputusan apa pun tentang apakah akan bergabung dengan kampanye Israel. Ia bahkan meninggalkan para wartawan dengan membuat pernyataan yang menimbulkan sejumlah kebingungan.

"Saya mungkin melakukannya. Saya mungkin tidak melakukannya. Maksud saya, tidak seorang pun tahu apa yang akan saya lakukan," katanya dikutip Reuters.

Sebagaimana diketahui, eskalasi antara Iran dan Israel terus membara. Konflik ini dimulai saat Israel menyerang Iran Jumat lalu, dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan motifnya adalah untuk melumpuhkan program nuklir Iran, yang diyakini dikembangkan untuk membuat senjata pemusnah massal.

Namun klaim ini ditolak Iran, yang menyebutkan program tersebut dikembangkan untuk tujuan sipil. Tehran juga telah melontarkan sejumlah serangan balasan yang mengenai beberapa titik di Tel Aviv dan Haifa.

Sejauh ini, sejumlah pihak berupaya untuk menekan satu sama lain untuk berhenti melancarkan serangan. Trump, yang merupakan sekutu Israel menyebutkan bahwa konflik ini akan berakhir bila pembicaraan nuklir antara Tehran dan Washington dapat mencapai konsensus.

Kocok Ulang Indeks FTSE

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampaknya masih akan volatil mendekati hari efektif kocok ulang indeks FTSE.

Sebagaimana diketahui, FTSE Russel sudah merilis hasil tinjauan kuartalan untuk FTSE Global Equity Index Series edisi Juni 2025 pada 23 Mei lalu.

Ada dua emiten yang akan masuk sebagai konstituen yaitu PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dan PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ).

Hasil perubahan ini terjadi setelah penutupan pasar pada hari ini Jumat (20/6/2025) dan akan mulai diterapkan pada Senin minggu depan (23/6/2025).

Biasanya dari hasil perubahan ini, untuk emiten yang masuk akan mendapatkan inflow yang diharapkan mendorong harga saham naik.

Meskipun pada perubahan indeks FTSE kali ini tidak ada yang keluar, kita juga tetap harus antisipasi, lantaran bisa saja ada outflow terhadap konstituen saham eksisting.

Rebalancing terhadap suatu indeks tidak hanya soal memasukan yang baru dan mengeluarkan beberapa saham yang dimiliki, tetapi juga bisa mengurangi porsi atau menambah porsi.

Mencermati sentimen pasar yang mulai berubah akibat tensi geopolitik memanas di Timur Tengah dan suku bunga the Fed yang bisa bertahan tinggi lebih lama. Pelaku pasar tampak mulai hati-hati, ditambah IHSG sudah reli pada Mei lalu dan dari dalam negeri akan ada musim libur panjang anak sekolah potensi memicu rawan profit taking dan tentnunya meningkatkan gejolak pasar.

Emiten Prajogo Bersiap IPO

Perusahaan Prajogo Pangestu, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) mengumumkan jadwal pencatatan perdana di Bursa Efek Indonesia (IPO). Sebanyak-banyaknya perusahaan akan melepas 12,48 miliar saham biasa dengan nominal Rp100 per saham atau 10% saham yang ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.

Chandra Daya Investasi akan menjadi emiten ketiga di BEI milik Prajogo Pangestu yang IPO dalam 3 tahun terakhir.

Adapun CDIA mematok harga Rp 170-Rp 190 per saham, sehingga dana segar yang akan dikantongi perusahaan maksimal Rp 2,37 triliun.

BCA Sekuritas, BNI Sekuritas, DBS Vickers, Henan Putihrai, OCBC Sekuritas, Trimegah Sekuritas akan bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek atau underwriter (UW).

Rencananya, saham CDIA akan dicatatkan di Bursa Efek Pada 8 Juli, dengan masa penawaran awal pada 19-24 Juni 2025. Kemudian masa penawaran umum pada 2-4 Juli 2025.

Seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO tersebut, setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham, akan digunakan oleh Perseroan untuk disalurkan kepada anak perusahaan yang termasuk dalam pilar bisnis logistik, yaitu CSI dan MIM, yakni senilai Rp 871,75 miliar.

Lalu sebanyak Rp 1,5 triliun akan disalurkan kepada anak usaha yang termasuk dalam pilar bisnis pelabuhan dan penyimpanan, yaitu CSP. Kemudian seluruhnya akan disalurkan kembali melalui penyertaan modal kepada CCP.

Sebagai informasi, pemegang saham Chandra Daya Investasi sebelum IPO adalah Chandra Asri atau TPIA (66,67%) dan Phoenix Power B.V. (33,33%).

Suku Bunga China

Pada hari ini Jumat (20/6/2025) mitra dagang terbesar Indonesia, Bank Rakyat China (PBoC) akan mengumumkan kebijakan suku bunganya periode Juni 2025.

China secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pinjaman acuannya tidak berubah pada penetapan bulanan pada hari Jumat, survei Reuters menunjukkan, setelah Beijing meluncurkan langkah-langkah pelonggaran moneter yang luas sebulan sebelumnya untuk membantu perekonomian.

Perjanjian kerangka kerja yang mencakup tarif antara Washington dan Beijing telah meningkatkan optimisme bahwa dua ekonomi terbesar di dunia dapat mengembalikan aktivitas bisnis ke jalurnya, mengurangi urgensi untuk langkah-langkah pelonggaran tambahan.

Suku bunga pinjaman pokok (LPR), yang biasanya dibebankan kepada klien terbaik bank, dihitung setiap bulan setelah 20 bank komersial yang ditunjuk mengajukan usulan suku bunga kepada Bank Rakyat China (PBoC).

Dalam survei Reuters terhadap 20 pengamat pasar yang dilakukan minggu ini, semua responden mengharapkan baik LPR satu tahun maupun LPR lima tahun tetap stabil.

Sebagian besar pinjaman baru dan yang beredar di China didasarkan pada LPR satu tahun, sedangkan suku bunga lima tahun memengaruhi harga hipotek.

Bulan lalu, China menurunkan LPR untuk pertama kalinya sejak Oktober, sementara bank-bank negara besar menurunkan suku bunga deposito karena otoritas memangkas biaya pinjaman untuk membantu melindungi ekonomi dari dampak perang dagang China-AS.

Pelaku pasar mengatakan suku bunga acuan sekarang bergerak seiring dengan suku bunga repo terbalik tujuh hari, yang berfungsi sebagai suku bunga kebijakan utama.

"Itu berarti setiap penyesuaian terhadap LPR harus mengikuti perubahan pada suku bunga repo terbalik tujuh hari," menurut seorang pedagang di sebuah pialang, yang mencatat bahwa perlu waktu juga untuk mengukur dampak dari langkah-langkah stimulus yang diperkenalkan pada bulan Mei.

Namun, serangkaian data ekonomi yang mengecewakan, termasuk pertumbuhan kredit yang lebih lambat dari yang diharapkan dan tekanan deflasi yang semakin dalam, telah menggarisbawahi perlunya lebih banyak stimulus.

"Stabilisasi ekonomi jangka pendek bergantung pada tercapainya kesepakatan perdagangan dengan AS, yang akan diutamakan daripada lebih banyak stimulus kebijakan," ujar Ho Woei Chen, ekonom di UOB.

Chen memperkirakan suku bunga reverse repo tujuh hari akan dikurangi sebesar 10 basis poin pada kuartal keempat tahun ini dan memandu LPR untuk menurunkannya dengan margin yang sama.

"Prospek pemotongan 50 basis poin lagi pada rasio persyaratan cadangan (RRR) tetap ada," katanya.

(saw/saw)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular