Newsletter

Mental Investor Diuji: Dunia Membara, Rebalancing FTSE & Rupiah Ambruk

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
20 June 2025 06:15
saham
Foto: saham
  • Pasar keuangan Indonesia ambruk berjamaah, IHSG dan rupiah ambles
  • Bursa global melemah sementara Wall Street tutup pada perdagangan kemarin
  • Masih memanasnya perang, kebijakan suku bunga dan rebalancing di IHSG akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan kemarin ambruk berjamaah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah mengalami pelemahan yang sangat tajam. IHSG harus kembali ke level psikologis 6.900, sementara rupiah harus berada di level psikologis Rp16.300/US$1.

Mengingat hari ini adalah hari terakhir perdagangan pasar keuangan Tanah Air, diperkirakan IHSG & rupiah masih berpeluang untuk aksi taking profit ditengah ketidakpastian global yang masih tinggi akibat dinamika negosiasi tarif resiprokal AS serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah, hal ini memperlambat pertumbuhan ekonomi global ke depannya.

Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman empat.

IHSG pada perdagangan kemarin Kamis (19/6/2026) ditutup anjlok 1,96% atau turun 139 poin di level 6.968,64. Penurunan ini menjadi penurunan paling tajam di periode bulan ini dan menjadi terburuk sejak 14 Mei 2025 atau sebulan lebih.

Sebanyak 571 saham turun, 92 saham naik, dan 139 tidak bergerak. Nilai transaksinya mencapai Rp 13,97 triliun yang melibatkan 24,9 miliar saham dalam 1,45 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun kembali menciut jadi Rp 12.223,67 triliun.

Emiten blue chip dan perbankan tercatat menjadi pemberat utama kinerja IHSG. Asing mencatat net sell sebesar Rp 1,25 triliun pada perdagangan kemarin.

Seluruh sektor perdagangan bursa melemah, dengan konsumer primer dan konsumer non primer masuk dalam sejumlah sektor yang tertekan paling dalam hari ini.

Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, penurunan sektor konsumer disebabkan oleh dinamika penurunan kelas menengah dan bukan imbas dari keputusan bank sentral dalam menantikan kebijakan suku bunga acuannya.

"Kalau misalnya jika terkait dengan konsumen non-primary yang mengalami penurunan, kan sebenarnya sudah menjadi bagian dari dinamika, dinamika tren penurunan kelas menengah yang terjadi ya di tanah air semenjak pandemi Covid19," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (19/6).

Menurutnya, saat ini pertumbuhan ekonomi kita lebih didorong oleh golongan kelas atas. Dan kelas menengah itu lebih menyebabkan kepada peningkatan kemampuan savings mereka.

Nafan juga mengungkapkan pandangannya soal Bank Indonesia yang menilai bahwa ketidakpastian global masih tinggi akibat dinamika negosiasi tarif resiprokal AS serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah, hal ini memperlambat pertumbuhan ekonomi global ke depannya

Sementara, Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan, konsumer non primer memang paling sensitif dan mengikuti keadaan ekonomi, mencerminkan kekuatiran ekonomi kedepannya.

"Dengan inflasi yang sangat rendah, BI memang diharapkan investor agar menurunkan suku bunga yang terlalu tinggi bagi perekonomian saat ini," pungkasnya.

Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis (19/6/2025) ditutup pada posisi Rp 16.390/US$1 atau melemah 0,58%. Pelemahan ini telah menjadi kejatuhan rupiah terhadap dolar AS selama tiga hari beruntun.

Pelemahan ini menyeret rupiah ke level Rp16.390/US$1 untuk pertama kalinya sejak 20 Mei 2025. Penutupan rupiah pada perdagangan kemarin juga menjadi yang terlemah sejak 21 Mei 2025 atau sebulan lebih.

The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25-4,50%. Hal ini membuat pasar menilai The Fed belum siap untuk menurunkan suku bunga. Akibatnya, dolar AS menguat terhadap mata uang lain termasuk rupiah.

Bank Indonesia turut serta memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50%. Meskipun ini sesuai dengan ekspektasi pasar, kebijakan ini dinilai memperkecil selisih suku bunga antara BI dan The Fed. Akibatnya daya tarik ke rupiah berkurang.

Ketegangan di Timur Tengah, khususnya konflik antara Iran dan Israel, Kembali memicu penguatan dolar AS sebagai aset safe haven.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Kamis (18/6/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun terpantau menguat 0,49% di level 6,710%. Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).

Pasar saham Amerika Serikat (AS) Wall Street tutup pada Kamis, 19 Juni, untuk memperingati hari libur federal Juneteenth yang sering disebut sebagai Hari Kemerdekaan Kedua Amerika, memperingati berakhirnya perbudakan di AS.

Di luar AS, pasar saham global mayoritas anjlok efek penguatan dolar AS karena perang Timur Tengah memicu perdagangan safe haven.

Saham global anjlok dan dolar menguat pada hari Kamis, mencerminkan preferensi investor terhadap safe haven yang dirasakan karena meningkatnya kekhawatiran atas kemungkinan keterlibatan AS dalam perang udara Israel-Iran, yang telah memicu kenaikan harga minyak minggu ini.

Di bidang geopolitik, Presiden Donald Trump membuat dunia bertanya-tanya apakah Amerika Serikat akan bergabung dengan pemboman Israel terhadap situs nuklir Iran, dengan mengatakan kepada wartawan di luar Gedung Putih pada hari Kamis: "Saya mungkin melakukannya. Saya mungkin tidak melakukannya."

Serangkaian keputusan bank sentral di Eropa menyoroti bagaimana pendekatan Trump yang tidak menentu terhadap perdagangan dan tarif telah mempersulit pekerjaan bank sentral dalam menetapkan kebijakan moneter.

Pasar Eropa ditutup melemah pada perdagangan kemarin, Kamis (19/6/2025) seiring investor bereaksi terhadap keputusan kebijakan moneter Bank of England dan konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Iran.

Indeks pan-Eropa Stoxx 600 jatuh 0,83,8%, dengan sebagian besar sektor dan bursa utama berada di zona merah. Indeks CAC 40 Prancis anjlok 1,34% sementara DAX Jerman jatuh 1,1%.

Berdasarkan sektor, saham perjalanan dan hiburan menjadi yang paling merugi dengan penurunan 2,4%. Sementara itu, saham minyak dan gas menjadi pemenang dengan kenaikan 0,7% seiring naiknya harga minyak mentah.

Kontrak Future Wall Street Melemah

Bursa Wall Street diperkirakan akan melemah pada hari ini, Jumat (20/6/2025). Pelemahan ini tercermin dari Kontrak berjangka Dow Jones Industrial Average yang turun 221 poin, atau 0,5%. Kontrak berjangka Nasdaq 100 turun 0,6%, sementara kontrak berjangka S&P 500 turun 0,4%. 

Pasar futures Wall Street merupakan pasar keuangan di mana kontrak berjangka (futures) atas indeks saham utama Amerika Serikat seperti Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq 100 diperdagangkan sebelum sesi reguler dibuka.

Para investor tetap gelisah karena konflik antara Israel dan Iran belum mereda. Presiden Donald Trump sedang mempertimbangkan keterlibatan langsung AS melalui serangan ke Teheran, dengan Gedung Putih pada Kamis menyatakan bahwa ia akan mengambil keputusan akhir dalam dua minggu ke depan. Sebelumnya, Trump menyerukan penyerahan total dari Teheran, yang kemudian disebut sebagai "ancaman konyol" oleh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

Spekulasi tersebar luas bahwa AS akan campur tangan, sesuatu yang akan menandai eskalasi material dan dapat mengundang pembalasan langsung terhadap AS oleh Iran.

Skenario seperti itu akan meningkatkan risiko konflik regional yang lebih besar, dengan implikasi untuk pasokan energi global dan kemungkinan pertumbuhan ekonomi.

Sebagian besar kegelisahan baru-baru ini di pasar berpusat di sekitar guncangan pasokan minyak mentah dari Timur Tengah, yang telah mendorong harga minyak mentah naik 11% dalam seminggu. Minyak mentah Brent melonjak 2% menjadi US$78 per barel pada hari Kamis, mendekati level tertinggi sejak Januari.

Perdagangan hari ini menjadi hari terakhir pasar keuangan Tanah Air yang diperkirakan akan rentan terhadap aksi koreksi. Perang Timur Tengah yang semakin meluas bahkan Trump kini mempertimbangkan untuk menyerang Iran, hal ini dapat mendukung peningkatan permintaan safe have sehingga aset beresiko seperti saham pun akan mulai ditinggalkan sehingga memicu kembalinya koreksi pasar saham.

IHSG & Rupiah Jatuh Terburuk Sebulan Lebih

Pada perdagangan Kamis (19/6/2026), IHSG ditutup anjlok 1,96% atau turun 139 poin di level 6.968,64. Penurunan ini menjadi penurunan paling tajam di periode bulan ini dan menjadi terburuk sejak 14 Mei 2025 atau sebulan lebih.

Begitu juga dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis (19/6/2025) ditutup pada posisi Rp 16.390/US$1 atau melemah 0,58%. Pelemahan ini telah menjadi kejatuhan rupiah terhadap dolar AS selama tiga hari beruntun. Penutupan rupiah pada perdagangan kemarin juga menjadi yang terlemah sejak 21 Mei 2025 atau sebulan lebih.

Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan "secara teknikal, IHSG berada dalam fase bearish consolidation, mengingat Stochastics K_D dan RSI masih negatif."

Menurut Nafan, penurunan IHSG terjadi setelah The Fed menahan suku bunga di level 4,5% dan menurunkan proyeksi penurunan suku bunga acuan menjadi 2 kali pada tahun ini berdasarkan Dot Plot terbarunya.

Lanjutnya, ini merupakan akibat dari the Fed yang masih memperkirakan inflasi akan tetap tinggi dan perkiraan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang akan lebih rendah kedepannya.

Nafan juga mengungkapkan pandangannya soal Bank Indonesia yang menilai bahwa ketidakpastian global masih tinggi akibat dinamika negosiasi tarif resiprokal AS serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah, hal ini memperlambat pertumbuhan ekonomi global kedepannya.

Oleh sebab itu, BI berfokus menjaga stabilitas nilai tukar. Dalam RDG, BI turut memutuskan untuk tetap mempertahankan BI Rate sebesar 5,5%.

Ekonom Bank Danamon Indonesia, Hosianna Evalita Situmorang juga menuturkan faktor penurunan IHSG pada perdagangan kemarin dipengaruhi aksi profit taking, terlebih IHSG sudah reli banyak dan juga paska penyaluran dividen, serta ditengarai perkembangan di global, khususnya geopolitik.

Senior Ekonom BCA Barra Kukuh Mamia juga mengungkapkan pendapatnya terkait pergerakan IHSG pada perdagangan kemarin.

Barra sepakat bahwa volatilitas pasar dipengaruhi reaksi pasar dari ketidakpastian dengan situasi Israel dan Iran, serta dari keputusan the Fed semalam.

Sementara itu kenaikan dolar pada perdagangan Kamis sore pukul 15.00 WIB dengan menguat 0,10% ke angka 98,99, menjadi pelemahan terburuk bagi rupiah.

Dolar menguat pada perdagangan Kamis karena ancaman konflik Timur Tengah yang lebih luas membayangi pasar, sementara serangkaian keputusan suku bunga di Eropa menyoroti kesulitan yang dialami bankir sentral dalam menghadapi ketidakpastian yang meningkat.

Trump Pertimbangkan Serang Iran

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengirimkan sinyal-sinyal terkait kemungkinan partisipasi Washington untuk ikut menyerang Iran. Hal ini terjadi di saat sekutu AS paling strategis di Timur Tengah, Israel, melancarkan serangan ke Negeri Para Mullah.

Berbicara kepada wartawan di luar Gedung Putih, Kamis (18/6/2025), Trump masih menolak mengatakan apakah ia telah membuat keputusan apa pun tentang apakah akan bergabung dengan kampanye Israel. Ia bahkan meninggalkan para wartawan dengan membuat pernyataan yang menimbulkan sejumlah kebingungan.

"Saya mungkin melakukannya. Saya mungkin tidak melakukannya. Maksud saya, tidak seorang pun tahu apa yang akan saya lakukan," katanya dikutip Reuters.

Sebagaimana diketahui, eskalasi antara Iran dan Israel terus membara. Konflik ini dimulai saat Israel menyerang Iran Jumat lalu, dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan motifnya adalah untuk melumpuhkan program nuklir Iran, yang diyakini dikembangkan untuk membuat senjata pemusnah massal.

Namun klaim ini ditolak Iran, yang menyebutkan program tersebut dikembangkan untuk tujuan sipil. Tehran juga telah melontarkan sejumlah serangan balasan yang mengenai beberapa titik di Tel Aviv dan Haifa.

Sejauh ini, sejumlah pihak berupaya untuk menekan satu sama lain untuk berhenti melancarkan serangan. Trump, yang merupakan sekutu Israel menyebutkan bahwa konflik ini akan berakhir bila pembicaraan nuklir antara Tehran dan Washington dapat mencapai konsensus.

Kocok Ulang Indeks FTSE

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampaknya masih akan volatil mendekati hari efektif kocok ulang indeks FTSE.

Sebagaimana diketahui, FTSE Russel sudah merilis hasil tinjauan kuartalan untuk FTSE Global Equity Index Series edisi Juni 2025 pada 23 Mei lalu.

Ada dua emiten yang akan masuk sebagai konstituen yaitu PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dan PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ).

Hasil perubahan ini terjadi setelah penutupan pasar pada hari ini Jumat (20/6/2025) dan akan mulai diterapkan pada Senin minggu depan (23/6/2025).

Biasanya dari hasil perubahan ini, untuk emiten yang masuk akan mendapatkan inflow yang diharapkan mendorong harga saham naik.

Meskipun pada perubahan indeks FTSE kali ini tidak ada yang keluar, kita juga tetap harus antisipasi, lantaran bisa saja ada outflow terhadap konstituen saham eksisting.

Rebalancing terhadap suatu indeks tidak hanya soal memasukan yang baru dan mengeluarkan beberapa saham yang dimiliki, tetapi juga bisa mengurangi porsi atau menambah porsi.

Mencermati sentimen pasar yang mulai berubah akibat tensi geopolitik memanas di Timur Tengah dan suku bunga the Fed yang bisa bertahan tinggi lebih lama. Pelaku pasar tampak mulai hati-hati, ditambah IHSG sudah reli pada Mei lalu dan dari dalam negeri akan ada musim libur panjang anak sekolah potensi memicu rawan profit taking dan tentnunya meningkatkan gejolak pasar.

Emiten Prajogo Bersiap IPO

Perusahaan Prajogo Pangestu, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) mengumumkan jadwal pencatatan perdana di Bursa Efek Indonesia (IPO). Sebanyak-banyaknya perusahaan akan melepas 12,48 miliar saham biasa dengan nominal Rp100 per saham atau 10% saham yang ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.

Chandra Daya Investasi akan menjadi emiten ketiga di BEI milik Prajogo Pangestu yang IPO dalam 3 tahun terakhir.

Adapun CDIA mematok harga Rp 170-Rp 190 per saham, sehingga dana segar yang akan dikantongi perusahaan maksimal Rp 2,37 triliun.

BCA Sekuritas, BNI Sekuritas, DBS Vickers, Henan Putihrai, OCBC Sekuritas, Trimegah Sekuritas akan bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek atau underwriter (UW).

Rencananya, saham CDIA akan dicatatkan di Bursa Efek Pada 8 Juli, dengan masa penawaran awal pada 19-24 Juni 2025. Kemudian masa penawaran umum pada 2-4 Juli 2025.

Seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO tersebut, setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham, akan digunakan oleh Perseroan untuk disalurkan kepada anak perusahaan yang termasuk dalam pilar bisnis logistik, yaitu CSI dan MIM, yakni senilai Rp 871,75 miliar.

Lalu sebanyak Rp 1,5 triliun akan disalurkan kepada anak usaha yang termasuk dalam pilar bisnis pelabuhan dan penyimpanan, yaitu CSP. Kemudian seluruhnya akan disalurkan kembali melalui penyertaan modal kepada CCP.

Sebagai informasi, pemegang saham Chandra Daya Investasi sebelum IPO adalah Chandra Asri atau TPIA (66,67%) dan Phoenix Power B.V. (33,33%).

Suku Bunga China

Pada hari ini Jumat (20/6/2025) mitra dagang terbesar Indonesia, Bank Rakyat China (PBoC) akan mengumumkan kebijakan suku bunganya periode Juni 2025.

China secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pinjaman acuannya tidak berubah pada penetapan bulanan pada hari Jumat, survei Reuters menunjukkan, setelah Beijing meluncurkan langkah-langkah pelonggaran moneter yang luas sebulan sebelumnya untuk membantu perekonomian.

Perjanjian kerangka kerja yang mencakup tarif antara Washington dan Beijing telah meningkatkan optimisme bahwa dua ekonomi terbesar di dunia dapat mengembalikan aktivitas bisnis ke jalurnya, mengurangi urgensi untuk langkah-langkah pelonggaran tambahan.

Suku bunga pinjaman pokok (LPR), yang biasanya dibebankan kepada klien terbaik bank, dihitung setiap bulan setelah 20 bank komersial yang ditunjuk mengajukan usulan suku bunga kepada Bank Rakyat China (PBoC).

Dalam survei Reuters terhadap 20 pengamat pasar yang dilakukan minggu ini, semua responden mengharapkan baik LPR satu tahun maupun LPR lima tahun tetap stabil.

Sebagian besar pinjaman baru dan yang beredar di China didasarkan pada LPR satu tahun, sedangkan suku bunga lima tahun memengaruhi harga hipotek.

Bulan lalu, China menurunkan LPR untuk pertama kalinya sejak Oktober, sementara bank-bank negara besar menurunkan suku bunga deposito karena otoritas memangkas biaya pinjaman untuk membantu melindungi ekonomi dari dampak perang dagang China-AS.

Pelaku pasar mengatakan suku bunga acuan sekarang bergerak seiring dengan suku bunga repo terbalik tujuh hari, yang berfungsi sebagai suku bunga kebijakan utama.

"Itu berarti setiap penyesuaian terhadap LPR harus mengikuti perubahan pada suku bunga repo terbalik tujuh hari," menurut seorang pedagang di sebuah pialang, yang mencatat bahwa perlu waktu juga untuk mengukur dampak dari langkah-langkah stimulus yang diperkenalkan pada bulan Mei.

Namun, serangkaian data ekonomi yang mengecewakan, termasuk pertumbuhan kredit yang lebih lambat dari yang diharapkan dan tekanan deflasi yang semakin dalam, telah menggarisbawahi perlunya lebih banyak stimulus.

"Stabilisasi ekonomi jangka pendek bergantung pada tercapainya kesepakatan perdagangan dengan AS, yang akan diutamakan daripada lebih banyak stimulus kebijakan," ujar Ho Woei Chen, ekonom di UOB.

Chen memperkirakan suku bunga reverse repo tujuh hari akan dikurangi sebesar 10 basis poin pada kuartal keempat tahun ini dan memandu LPR untuk menurunkannya dengan margin yang sama.

"Prospek pemotongan 50 basis poin lagi pada rasio persyaratan cadangan (RRR) tetap ada," katanya.

Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:

- Suku bunga China Juni 2025

- PT Bank IBK Indonesia Tbk (IDX: AGRS) menggelar Public Expose & Investor Relations

- PT Garuda Metalindo Tbk (kode saham: BOLT) menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Paparan Publik (Public Expose)

CNBC Indonesia menggelar Kelas Cuan Goes to Campus, di Bandung, Universitas Kristen Maranatha pada pukul 14.00 - 16.00 WIB

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular