Israel vs Iran Membara: Semua Mata Kini Tertuju ke BI & The Fed

Pada perdagangan hari ini, pasar keuangan akan menghadapi banyak kabar-kabar genting mulai dari panasnya konflik antara Israel-Iran, defisitnya APBN, hingga keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan The Federal Reserve (The Fed) yang akan mendorong volatilitas pasar keuangan Tanah Air hari ini.
APBN RI Defisit
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Mei 2025 defisit Rp21 triliun atau 0,09% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Defisit terjadi imbas penerimaan yang baru mencapai Rp995,3 triliun. Uang yang masuk ke kas negara menyentuh 33,1% dari target di APBN 2025.
Adapun pendapatan negara dari penerimaan pajak sebesar Rp683,3 triliun dan kepabeanan serta cukai senilai Rp122,9 triliun. Di lain sisi, ada pemasukan dari pendapatan negara bukan pajak (PNBP) senilai Rp188,7 triliun per 31 Mei 2025.
Sementara itu, Pemerintah Indonesia realisasi belanja lebih besar senilai Rp1.016,3 triliun. Jumlah tersebut setara 28,1% dari pagu anggaran yang tersedia.
Rincian belanja negara dialokasikan untuk pemerintah pusat senilai Rp694,2 triliun atau 25,7%. Sedangkan transfer ke daerah (TKD) menyentuh Rp322 triliun alias 35% terhadap APBN 2025.
Keseimbangan primer masih mencatatkan surplus Rp192,1 triliun. Pembiayaan anggaran Rp324,8 triliun.
Pemerintah Tarik Utang Baru
Pemerintah telah menarik utang baru senilai Rp 349,3 triliun untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pelaksanaan APBN 2025. Realisasi penarikan utang itu sampai dengan akhir Mei 2025.
Realisasi penarikan utang tersebut setara dengan 45% dari total target pembiayaan APBN melalui utang senilai Rp 775,9 triliun sepanjang tahun ini.
"Strategi pembiayaan kita dijalankan secara fleksibel, terukur, mencakup aspek waktu, instrumen, dan komposisi mata uang," kata Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono saat konferensi pers APBN edisi Mei 2025 di Kantor Pusat Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (17/6/2025).
Thomas menyebutkan, selain pembiayaan utang, total pembiayaan non utang sebesar Rp 24,5 triliun atau 15,3% dari target pembiayaan non utang tahun ini sebesar Rp 159,7 triliun.
Pembiayaan non utang ini ialah dana yang disediakan untuk APBN berinvestasi. Artinya tidak menambah pembiayaan utang, melainkan mengurangi total pembiayaan anggaran karena dananya yang keluar.
Mengutip penjelasan dalam website fiskal.kemenkeu.go.id, disebutkan bahwa pembiayaan nonutang bisa berasal dari: (1) penggunaan saldo rekening pemerintah di Bank Indonesia, (2) hasil pelunasan piutang pemerintah, (3) hasil privatisasi BUMN, (4) hasil penjualan aset program restrukturisasi perbankan, (5) sisa anggaran lebih (SAL), dan (6) sisa lebih pembiayaan anggaran (silpa).
"Pembiayaan non utang di sini minus Rp 24,5 triliun, artinya kita berinvestasi pada hal-hal khusus dan ini pembiayaan non utang tidak menambah utang," ucap Thomas.
Dengan catatan pembiayaan utang dan non utang itu, maka realisasi pembiayaan anggaran secara keseluruhan per akhir Mei 2025 sudah senilai Rp 324,8 triliun atau 52,7% dari target APBN 2025 yang sebesar Rp 616,2 triliun.
BI Diproyeksikan Tahan Suku Bunga
Bank Indonesia (BI) menggelar Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada Selasa dan Rabu pekan ini (16-17 Juni 2025). BI diperkirakan akan menahan suku bunga pada bulan ini.
Seperti diketahui, BI memangkas suku bunga pada Mei 2025 ke level 5,50%. Ini adalah pemangkasan pertama dalam empat bulan terakhir.
Sebelumnya, BI rate ditahan pada Februari-April 2025 di level 5,75%. Hal ini sesuai dengan proyeksi dari berbagai lembaga/institusi.
Konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 13 lembaga/institusi menunjukkan pasar berekspektasi akan menahan suku bunga d ke level 5,50%.
Sebanyak 11 lembaga memperkirakan BI akan menahan suku bunga sementara dua institusi lainnya memproyeksi akan memangkas suku bunga.
Sebelumnya saat BI memangkas suku bunga pada Mei 2025. Langkah tersebut sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,87% (year on year/yoy) pada kuartal I-2025.
Keputusan tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 yang rendah dan terkendali dalam sasaran 2,5±1%, upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya, serta untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi.
Prabowo Sepakati 19 Kerjasama RI-Singapura
Prabowo berhasil mengantongi 19 kerjasama dengan Singapura saat kunjungan kenegaraan ke Singapura dan bertemu dengan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong pada Senin (16/6/2025).
Kerja sama tersebut mulai dari kerja sama ekonomi, pertahanan, hingga kerja sama ekstradisi.
Sementara itu, pada sektor ekonomi, Presiden Prabowo mengapresiasi posisi Singapura sebagai investor terbesar di Indonesia. Ia mencatat bahwa pada tahun lalu, sepertiga dari total investasi asing langsung (FDI) di Indonesia berasal dari Singapura.
Terdapat lima nota kesepakatan utama antara Indonesia dengan Singapura, yaitu:
1. Joint Report to Leaders dari Enam Kelompok Kerja Sama Ekonomi Bilateral.
2. MOU Kerja Sama Keamanan Pangan dan Teknologi Pertanian antara Kementerian Pertanian RI dan Kementerian Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura
3. MOU Kerja Sama Pembangunan Kawasan Industri Berkelanjutan antara Kementerian Sumber Daya Energi dan Mineral RI dan Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura
4. MOU Perdagangan Listrik Lintas Batas Kementerian Sumber Daya Energi dan Mineral RI dan Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura
5. MoU Penangkapan dan Penyimpanan Karbon Kementerian Sumber Daya Energi dan Mineral RI dan Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura
Kelima kesepakatan ini menjadi fondasi utama kerja sama dalam memperkuat transisi menuju ekonomi hijau, energi rendah karbon, dan peningkatan ketahanan pangan regional.
Adapun sejumlah MoU lainnya juga diumumkan, mencakup berbagai sektor penting, antara lain:
1. Implementasi kesepakatan Flight Information Region (FIR) berupa penempatan personel sipil dan militer di Singapore Air Traffic Control Center (SATCC)
2. Implementasi perjanjian ekstradisi
3. Joint Update kerja sama pertahanan
4. Kerja sama pengakuan timbal balik sertifikasi halal (ditandatangani 18 Juni 2025)
5. Pengaturan bilateral di bidang keuangan antara Bank Indonesia dan Otoritas Moneter Singapura
6. Kerja sama peningkatan kapasitas SDM kelautan antara Kementerian Perhubungan RI dan Otoritas Maritim dan Pelabuhan Singapura
7. Kerja sama antar-kejaksaan agung Indonesia dan Singapura
8. Pengembangan kerja sama manajemen perpustakaan antara Perpustakaan Nasional RI dan Dewan Perpustakaan Nasional Singapura
9. Pendirian Ciputra SMG Curie Cancer Center (CSCCC)
10. Investasi Sembcorp dalam proyek tenaga surya di Ibu Kota Nusantara
11. Proyek kawasan industri rendah karbon antara Sembcorp dan Panbil Group JV di Batam
12. Pengaturan teknis program pertukaran pemuda
13. Program pengembangan petani muda
14. Peluncuran penerbangan Scoot dari dan ke Kertajati dan Padang.
Suku Bunga The Fed
Pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) The Federal Reserve (The Fed) jatuh pada 17-18 Juni 2025. The Fed akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%-4,50%. Meskipun ada tekanan dari Presiden Donald Trump untuk melakukan pemangkasan suku bunga sebesar satu poin persentase, banyak analis memperkirakan bahwa The Fed akan tetap berhati-hati.
Pasalnya, kondisi ekonomi yang tidak menentu dan potensi risiko inflasi akibat ketegangan geopolitik serta kebijakan tarif yang sedang berlangsung.
Selain itu, FOMC juga akan merilis Summary of Economic Projections (SEP), yang memberikan gambaran tentang proyeksi ekonomi dan kebijakan moneter ke depan.
Beberapa analis memperkirakan bahwa The Fed mungkin mulai mempertimbangkan pemangkasan suku bunga pada pertemuan berikutnya, yang dijadwalkan pada 29-30 Juli 2025, tergantung pada perkembangan data ekonomi.
Penjualan Ritel AS
Penjualan ritel AS turun lebih dari yang diharapkan pada Mei 2025, terbebani oleh penurunan pembelian kendaraan bermotor karena upaya untuk menghindari potensi kenaikan harga terkait tarif berkurang, tetapi belanja konsumen tetap didukung oleh pertumbuhan upah yang solid untuk saat ini.
Secara bulanan (mtm), penjualan ritel terkoreksi 0,9% pada Mei 2025 atau terdalam sejak Januari tahun ini tetapi masih tumbuh 3,3 (year on year/yoy).
Penjualan ritel terkoreksi selama dua bulan beruntun sekaligus mengakhiri sebagian besar lonjakan yang didorong tarif pada Maret.
Penjualan bulan lalu juga tertahan oleh penerimaan yang lebih rendah di stasiun pengisian bahan bakar karena bensin yang lebih murah karena kebijakan perdagangan proteksionis Gedung Putih.
Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran atas pertumbuhan global, yang menahan harga minyak. Namun permusuhan antara Israel dan Iran telah mendongkrak harga minyak. Bea masuk sebesar 25% atas kendaraan bermotor dan truk impor mulai berlaku pada bulan April. Cuaca yang lebih dingin yang tidak sesuai musim kemungkinan juga merugikan penjualan.
Perang Iran vs Israel Masih Panas
Aksi serangan Israel ke Iran masih terus berlanjut. Pada Senin (16/6/2025), serangan Negeri Zionis bahkan mulai menyasar fasilitas kesehatan di wilayah Negeri Persia.
Mengutip Guardian, pihak berwenang Iran mengklaim Israel telah mengebom sebuah rumah sakit di Kermanshah, Iran barat, yang mengakibatkan pasien cedera. Sebuah video dramatis memperlihatkan seorang penyiar televisi melarikan diri di tengah siaran saat bom Israel tampaknya menghantam stasiun TV pemerintah pada Senin malam.
Pihak berwenang Iran pada Senin pagi mengatakan 1.277 orang telah dibawa ke rumah sakit di seluruh jaringan rumah sakit universitas negara itu. Dari jumlah tersebut, 224 di antaranya meninggal.
Dokter di Rumah Sakit Imam Khomeini menyatakan jumlah korban sebenarnya lebih besar. Di rumah sakit tersebut, lebih banyak tempat tidur telah dialokasikan untuk unit perawatan intensif sementara pasien dengan luka ringan dipindahkan ke klinik lain.
Economic Update 2025
CNBC Indonesia akan menggelar Economic Update dengan tema "Striving for 8% Growth Despite Global Uncertainty" sebagai forum bagi pemerintah, pelaku industri, dan pakar ekonomi untuk membahas strategi menghadapi tantangan dan peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hadir sebagai pembicara Arthur B. Laffer, ekonom legendaris Amerika Serikat dan mantan penasihat Presiden Ronald Reagan, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan pejabat Danantara.