NEWSLETTER

Israel vs Iran Membara: Semua Mata Kini Tertuju ke BI & The Fed

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
18 June 2025 06:17
wall street
Foto: Foto Dokumentasi BI, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bertemu dengan Gubernur Bank Sentral AS (The Federal Reserve) Jerome Powell

Dari pasar saham AS, bursa Wall Street kompak melemah karena investor mencermati perkembangan terbaru di Timur Tengah, dengan konflik Israel-Iran yang telah berlangsung hingga hari kelima.

 Panasnya konflik antara Israel dan Iran menambah kewaspadaan sehingga mendorong investor mengalihkan aset beresiko seperti saham ke instrumen investasi yang lebih aman seperti emas sehingga pasar saham kembali anjlok.

Dow Jones Industrial Average turun 299,29 poin, atau 0,70%, dan ditutup pada 42.215,80. S&P 500 kehilangan 0,84% dan berakhir di 5.982,72, sementara Nasdaq Composite turun 0,91% dan menetap di 19.521,09.

Saham AS ditutup melemah pada perdagangan Selasa karena konflik Israel-Iran berkecamuk selama lima hari dan membuat kecemasan investor tinggi, dimana militer AS memindahkan jet tempur ke Timur Tengah.

Reuters melaporkan, mengutip tiga pejabat AS, bahwa militer AS mengerahkan lebih banyak pesawat tempur ke Timur Tengah dan memperluas pengerahan pesawat tempur lainnya.

Presiden Donald Trump menyerukan "penyerahan tanpa syarat" Iran. Perang dimulai pada hari Jumat ketika Israel menyerang fasilitas nuklir Iran.

"Kita berada dalam periode di mana visibilitas tidak bagus, ketidakpastian tinggi, dan tembok kekhawatiran sedang dibangun," ujar Terry Sandven, kepala strategi ekuitas di U.S. Bank Wealth Management di Minneapolis, Minnesota.

Selain konflik Timur Tengah, investor mencermati informasi baru tentang tarif Trump, rancangan undang-undang pemotongan pajaknya, dan suku bunga AS.

The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan mengumumkan keputusan kebijakan moneter pada hari Rabu, meskipun para pembuat kebijakan diperkirakan tidak akan mengubah suku bunga.

Semua sektor utama S&P 500 melemah kecuali sektor energi (SPNY), yang menguat seiring dengan kenaikan tajam harga minyak. Investor khawatir bahwa konflik tersebut dapat menciptakan hambatan bagi ekspor minyak dari Timur Tengah yang kaya minyak.

Sebelumnya pada Selasa, data menunjukkan penjualan ritel AS turun lebih dari yang diharapkan pada bulan Mei, sementara produksi pabrik hampir tidak naik bulan lalu.

Penjualan ritel turun 0,9% pada Mei 2025, penurunan terbesar sejak Januari, setelah penurunan 0,1% yang direvisi turun pada bulan April, menurut Biro Sensus Departemen Perdagangan. Penurunan bulanan kedua berturut-turut ini mengakhiri sebagian besar lonjakan yang didorong tarif pada bulan Maret.

"The Fed yang bergantung pada data akan memiliki banyak hal untuk dijelaskan tentang mengapa mereka tidak menanggapi data tersebut," ujar Brian Jacobsen, kepala ekonom di Annex Wealth Management.

(saw/saw)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular