NEWSLETTER

Suku Bunga Dibayangi Perang: Dunia Menanti Langkah Israel, Iran & AS

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
17 June 2025 06:00
USA-PROTESTS/ENVIRONMENT
Foto: REUTERS/Brendan McDermid

Dari pasar saham AS, bursa Wall Street akhirnya rebound pada perdagangan Senin (16/6/2025) setelah sempat hancur pada akhir pekan lalu.

Saham-saham menguat kembali karena investor optimistis bahwa konflik antara Israel dan Iran mungkin akan tetap terkendali. Lonjakan harga minyak akibat eskalasi konflik tersebut juga mulai mereda.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 317,30 poin atau 0,75% dan ditutup di 42.515,09. S&P 500 menguat 0,94% menjadi 6.033,11, sementara Nasdaq Composite melonjak 1,52% dan berakhir di 19.701,21.

Futures minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun lebih dari 1% menjadi US$71,77 per barel setelah sebelumnya sempat diperdagangkan di atas US$77 pada sesi malam.

Para pelaku pasar terus memantau situasi di Timur Tengah setelah serangan Israel terhadap Iran pada Jumat lalu. Iran membalas dengan meluncurkan rudal, yang meningkatkan eskalasi konflik di kawasan tersebut.

Namun, pada Senin muncul sedikit optimisme bahwa situasi tidak akan semakin memburuk setelah Iran dilaporkan meminta beberapa negara, termasuk Arab Saudi, untuk mendesak Presiden AS Donald Trump agar menekan Israel untuk segera melakukan gencatan senjata,

Gencatan senjata tersebut akan ditukar dengan kelonggaran sikap Iran dalam pembicaraan nuklir, kata diplomat itu.

"Pasar mendapat ketenangan dari prospek bahwa konflik ini mungkin tetap berada dalam mode perang terbatas," kata Krishna Guha, wakil ketua Evercore ISI, kepada CNBC International.

Teheran telah meminta Qatar, Arab Saudi, dan Oman untuk menekan Trump agar menggunakan pengaruhnya dengan Israel untuk menyetujui gencatan senjata segera, sebagai imbalan atas fleksibilitas Iran dalam negosiasi nuklir, sumber mengatakan kepada Reuters.

"Kartu liarnya adalah apa yang akan terjadi pada harga minyak, setiap gerakan geopolitik kecil dapat memiliki dampak yang cukup besar pada sektor itu dan juga pada ekonomi ini," ujar George Young, manajer portofolio di Villere & Co di New Orleans.

"Kasus-kasus di mana konsumen menahan diri dan tidak mau berbelanja, yah, itu akan berdampak langsung pada pendapatan, tidak peduli sektor ekonomi mana yang Anda investasikan," tambah Young.

Di sisi lain, investor juga menunggu keputusan kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) AS pada hari Rabu, ketika para pembuat kebijakan secara luas diharapkan untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah.

Pasar uang sebagian besar tidak memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga hingga September, memperkirakan peluang 61,1% untuk pemangkasan setidaknya 25 basis poin.

"Suku bunga masih lebih tinggi sehingga agak sulit untuk dipahami karena mungkin pasar masih mengantisipasi inflasi," ujar Jack Ablin, kepala investasi Cresset Capital di Chicago.

"Jika tidak ada yang lain, hanya ketidakpastian yang meningkat, dikombinasikan dengan tarif mungkin membuat The Fed tidak aktif," tambah Ablin.

Data ekonomi yang diharapkan minggu ini mencakup penjualan ritel bulanan, harga impor, dan klaim pengangguran mingguan.

Terpantau, S&P 500 mencatat 16 titik tertinggi baru dalam 52 minggu dan lima titik terendah baru, sementara Nasdaq Composite mencatat 74 titik tertinggi baru dan 96 titik terendah baru.

Volume di bursa saham AS adalah 17,86 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 18,14 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

(saw/saw)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular