Newsletter

Prabowo Jamin Tak Ada Reshuffle, Investor Cemas Tunggu Sinyal dari AS

Revo M, CNBC Indonesia
13 June 2025 06:22
wall street
Foto: REUTERS/Lucas Jackson

Dari pasar saham AS, bursa Wall Street kompak menguat pada perdagangan Kamis atau Jumat dini hari waktu Indonesia, ditopang sektor energi.

Indeks S&P naik 0,38% dan ditutup di level 6.045,26. Saat ini, indeks S&P 500 hanya kurang dari 2% dari rekor tertingginya. Nasdaq Composite menguat 0,24% dan mengakhiri perdagangan di 19.662,48, sedangkan Dow Jones Industrial Average menanjak 101,85 poin atau naik 0,24%, menetap di 42.967,62.

Kenaikan saham, salah satunya ditopang oleh Oracle. Saham Oracle melonjak 13% setelah perusahaan melaporkan hasil kuartal keempat fiskal yang mengalahkan ekspektasi baik dari sisi pendapatan maupun laba.

Perusahaan juga memberikan prospek pertumbuhan cloud yang lebih besar ke depan.

CEO Safra Catz mengatakan dalam panggilan konferensi bahwa berkat permintaan AI, pendapatan dari infrastruktur cloud diperkirakan akan tumbuh lebih dari 70% pada tahun fiskal 2026, naik dari pertumbuhan 52% pada kuartal ini. Reli Oracle ini mendorong sektor teknologi, mengangkat indeks S&P 500.

Pasar saham juga terdorong naik setelah investor menerima data ekonomi yang menunjukkan kondisi fundamental yang solid. Indeks harga produsen (PPI) untuk Mei hanya naik 0,1% (month to month/mtm), setelah turkoreksi 0,2% pada April.

Ekonom yang disurvei Dow Jones sebelumnya memperkirakan kenaikan 0,2% untuk bulan lalu. Imbal hasil obligasi turun pada Kamis menyusul laporan inflasi ini.

Namun, ancaman tarif sepihak dari Presiden Donald Trump tampaknya membatasi penguatan pasar.

Wall Street masih menantikan perkembangan kebijakan perdagangan lebih lanjut, terutama antara AS dan China, mengingat negosiasi kedua negara menjadi fokus utama pekan ini. Trump mengatakan pada hari Rabu bahwa ia bersedia memperpanjang batas waktu 8 Juli untuk menyelesaikan pembicaraan perdagangan sebelum tarif AS yang lebih tinggi diberlakukan, namun penundaan tersebut mungkin tidak diperlukan.

"Saya bersedia, tapi saya rasa kita tidak akan membutuhkannya. Kami telah mencapai kesepakatan yang hebat dengan China," kata Trump kepada wartawan

Dia menambahkan AS sedang bernegosiasi dengan Jepang, Korea Selatan, dan banyak negara lainnya. Dalam satu setengah minggu atau dua minggu ke depan, AS akan mengirim surat ke negara-negara tersebut, memberi tahu mereka isi kesepakatannya.

Pejabat AS dan China mencapai kerangka dasar untuk pembicaraan lebih lanjut di London setelah dua hari diskusi minggu ini, namun rincian kesepakatan tersebut masih perlu disetujui oleh Trump dan Presiden China Xi Jinping. Kedua negara sepakat untuk melonggarkan beberapa pembatasan terkait logam tanah jarang (rare earth) dan mahasiswa asing.

"Kami masih percaya bahwa faktor utama yang akan mengarahkan pasar menuju rekor tertinggi adalah adanya resolusi terhadap tarif dan bagaimana tarif tersebut terkait dengan anggaran serta kebijakan The Fed. Kami melihat banyak berita soal negosiasi, jeda, atau kerangka kerja, tetapi hingga kini belum ada satu pun perjanjian perdagangan yang ditandatangani antara AS dan mitra dagangnya," kata Tom Hainlin, ahli strategi investasi senior di U.S. Bank Asset Management Group, kepada CNBC International.

Saham Boeing Ambruk
Saham maskapai Boeing ambruk 4,7% pada perdagangan kemarin setelah pesawat Air India Dreamliner 787 mengalami kecelakaan usai lepas landas dengan 242 penumpang di dalamnya.

Pesawat mengalami kecelakaan tak lama setelah lepas landas di dekat Bandara Ahmedabad, India.

Pesawat yang terlibat adalah Boeing 787-8 Dreamliner, yang dikirimkan kepada Air India pada 2014, menurut situs pelacakan penerbangan FlightRadar24. Pesawat tersebut dijadwalkan menuju Bandara Gatwick, London.

Kecelakaan ini merupakan pukulan besar bagi raksasa dirgantara tersebut, yang selama ini berhasil mengumpulkan banyak pesanan pesawat di bawah kepemimpinan Ortberg. Saham Boeing sebelumnya telah naik lebih dari 20% sepanjang tahun ini, seiring dengan pemulihan besar-besaran perusahaan pasca tahun 2024 yang penuh gejolak, terutama akibat insiden "door plug" pada penerbangan Alaska Airlines (ALK).

(rev/rev)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular