
Sinyal Perang Dagang Berakhir Makin Jelas, AS-Iran Buat Investor Cemas

Pergerakan pasar keuangan Tanah Air hari ini diperkirakan akan banyak dipengaruhi oleh sentimen eksternal khususnya dari AS usai merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) serta AS dengan China yang telah menyepakati kerangka kerja perdagangan dan berujung pada meredakan ketegangan serta membangun kepercayaan antara kedua negara.
Inflasi AS
AS melaporkan indeks harga konsumen (CPI) naik atau mengalami inflasi 0,1% pada Mei 2025 (month to month), lebih rendah dari perkiraan ekonom yang disurvei oleh Dow Jones sebesar 0,2%.
Inflasi inti, tidak memasukkan harga makanan dan energi yang bergejolak, juga naik 0,1%, di bawah ekspektasi.
Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi tercatat 2,4% pada Mei 2025, lebih tinggi dibandingkan April yakni 2,3%. Kenaikan inflasi (yoy) ini adalah yang pertama kali sejak Januari 2025 atau empat bulan terakhir. Laju inflasi Mei masih di bawah ekspektasi pasar yakni 2,5%. Namun, inflasi sedikit lebih tinggi dibandingkan April 2025 (2,3%) yang merupakan level terendah sejak 2021.
Sementara itu, inflasi inti (yoy) tetap bertahan di 2,8%.
Komoditas yang mendogkrak inflasi di antaranya makanan (2,9% pada Mei vs 2,8% pada April), jasa transportasi (2,8% vs 2,5%), mobil dan truk bekas (1,8% vs 1,5%) serta kendaraan baru (0,4% vs 0,3%). Di sisi lain, inflasi untuk tempat tinggal sedikit menurun (3,9% vs 4%).
Sementara itu, biaya energi turun 3,5%, setelah sebelumnya turun 3,7% pada April. Harga bensin (-12% vs -11,8%) dan minyak pemanas (-8,6% vs -9,6%) terus menurun, sementara kenaikan harga gas alam tetap tinggi (15,3% vs 15,7%).
Naiknya inflasi ini menjadi sinyal jika dampak perang dagang sudah mulai merembet kepada harga barang di tingkat konsumen. Kendati demikian, laju inflasi masih di bawah ekspektasi pasar yang membuat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed semakin besar.
AS dan China Telah Capai Kesepakatan
Kesepakatan yang mengembalikan gencatan senjata yang rapuh dalam perang dagang AS-China ke jalurnya telah tuntas, kata Presiden AS Donald Trump pada Rabu, setelah negosiator dari Washington dan Beijing menyepakati kerangka kerja yang mencakup tingkat tarif.
Kesepakatan itu juga menghapus pembatasan ekspor China atas mineral tanah jarang dan memungkinkan mahasiswa China mengakses universitas-universitas Amerika.
Trump menggunakan platform media sosialnya untuk menawarkan beberapa perincian pertama yang muncul dari perundingan maraton selama dua hari yang diadakan di London, yang dalam kata-kata Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, telah "memberikan isi" pada kesepakatan yang dicapai bulan lalu di Jenewa untuk melonggarkan tarif pembalasan bilateral yang telah mencapai tingkat tiga digit.
"Kesepakatan kami dengan China telah selesai, tergantung persetujuan akhir dengan Presiden Xi dan saya," kata Trump di platform Truth Social. "Magnet penuh, dan tanah jarang apa pun yang diperlukan, akan dipasok, di muka, oleh China. Demikian pula, kami akan menyediakan kepada China apa yang telah disetujui, termasuk mahasiswa China yang menggunakan perguruan tinggi dan universitas kami (yang selalu baik bagi saya!). Kami mendapatkan total tarif 55%, China mendapatkan 10%."
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan 55% tersebut merupakan jumlah tarif dasar "timbal balik" sebesar 10% yang dikenakan Trump pada barang-barang yang diimpor dari hampir semua mitra dagang AS; 20% pada semua impor dari China karena tindakan hukuman yang dikenakan Trump pada China, Meksiko, dan Kanada terkait dengan tuduhannya bahwa ketiga negara tersebut memfasilitasi aliran opioid fentanyl ke AS; dan terakhir pungutan pra-eksis sebesar 25% pada impor dari China yang diberlakukan selama masa jabatan pertama Trump di Gedung Putih.
Meski begitu, banyak hal spesifik tentang kesepakatan itu dan detail bagaimana kesepakatan itu akan dilaksanakan masih belum jelas.
Dengan berkurangnya ketegangan dagang antara AS dan China, permintaan terhadap komoditas ekspor Indonesia seperti kelapa sawit, karet, dan tekstil bisa meningkat.
Selain itu, meredanya perang dagang dapat mengurangi tekanan terhadap rupiah, sehingga membantu menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
AS Melunak Soal Perang Dagang
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengisyaratkan pemerintahan Trump terbuka untuk memperpanjang jeda tarif 90 hari yang saat ini berlaku hingga setelah 9 Juli, asalkan mitra dagang utama AS menunjukkan "itikad baik" dalam negosiasi perdagangan yang sedang berlangsung.
Namun, belum diketahui apakah Indonesia termasuk dalam daftar tersebut.
AS memiliki 18 "mitra dagang penting", kata Bessent dalam sidang di hadapan Komite Cara dan Sarana DPR di Washington. Pemerintahan Trump, menurutnya, sedang "bekerja menuju kesepakatan" dengan negara-negara tersebut.
"Sangat mungkin," ujar Bessent, bahwa untuk negara-negara dan blok dagang seperti Uni Eropa, "yang bernegosiasi dengan itikad baik," AS akan "memperpanjang batas waktu untuk melanjutkan negosiasi tersebut."
"Jika ada pihak yang tidak bernegosiasi, maka kami juga tidak akan melanjutkannya," tegasnya kepada komite yang bertanggung jawab atas kebijakan pajak.
Sebelumnya, pejabat pemerintahan Trump belum pernah mengindikasikan bahwa mereka bersedia memperpanjang jeda tarif 90 hari tanpa ada setidaknya "rancangan kesepakatan" sebelum masa jeda berakhir.
Pernyataan Bessent ini menunjukkan bahwa pemerintahan Trump mungkin lebih fleksibel terhadap tenggat waktu yang mereka tetapkan sendiri, terutama mendekati masa berakhirnya jeda.
Jeda tarif timbal balik selama 90 hari yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada 9 April dijadwalkan akan berakhir kurang dari satu bulan lagi.
Pejabat Gedung Putih berulang kali menyatakan bahwa mereka hampir mencapai kesepakatan dagang dengan setengah lusin negara. Namun sejauh ini, baru satu kesepakatan perdagangan formal diumumkan dengan Inggris, serta sebuah kesepakatan kerangka kerja (framework agreement) dengan Tiongkok.
Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Mei 2025
Bank Indonesia (BI) pada pagi hari ini akan merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang diperkirakan masih akan berada di level optimis.
Sebagai catatan, pada April 2025,IKK Indonesia berada di level 121,7 atau naik dari level terendah dalam lima bulan sebesar 121,1 pada Maret. Ini menandai peningkatan pertama dalam sentimen konsumen dalam empat bulan terakhir, seiring menguatnya sebagian besar dari enam sub-indeks.
Peningkatan terjadi pada persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini (naik 3,1 poin menjadi 113,7), ekspektasi pendapatan dalam enam bulan ke depan (naik 0,5 poin menjadi 137,5), tingkat pendapatan saat ini (naik 4,1 poin menjadi 125,4), dan ketersediaan lapangan kerja dibandingkan enam bulan lalu (naik 1,3 poin menjadi 101,6).
Sementara itu, sub-indeks yang mengalami pelemahan mencakup ketersediaan lapangan kerja secara umum (turun 2,4 poin menjadi 123,5) dan prospek ekonomi ke depan (turun 1,9 poin menjadi 129,8).
Indeks Harga Produsen (IHP) AS Mei 2025
Pada hari ini, AS juga akan merilis data IHP usai sebelumnya merilis data IHK.
Sebelumnya, inflasi harga produsen di Amerika Serikat melambat menjadi 2,4% secara tahunan pada April 2025, turun dari 3,4% (yang telah direvisi) pada Maret dan sedikit di bawah ekspektasi pasar sebesar 2,5%. Ini merupakan tingkat tahunan terendah sejak September 2024.
Sedangkan untuk periode Mei 2025, IHP diperkirakan naik menjadi 2,6%, meningkat dari 2,4% pada bulan sebelumnya. Kenaikan ini dapat mendorong bank sentral AS (The Fed) untuk mempertimbangkan pemotongan suku bunga lebih awal tahun ini.
Untuk diketahui, IHP AS yang lebih rendah dari perkiraan adalah sinyal positif bagi pasar keuangan global dan negara berkembang seperti Indonesia, karena bisa membuka peluang pelonggaran moneter oleh The Fed, yang mendukung aliran modal masuk dan stabilitas nilai tukar. Namun beda halnya apabila IHP mengalami kenaikan bahkan di atas ekspektasi yang akan memberikan dampak negatif bagi pasar keuangan negara berkembang.
Hubungan AS vs Iran Memanas
Amerika Serikat (AS) sedang mempersiapkan evakuasi sebagian kedutaannya di Irak. Hal ini disampaikan oleh sejumlah sumber AS dan Irak pada hari Rabu (11/6/2025).
Dalam keterangannya, sumber-sumber tersebut mengungkapkan bahwa meningkatnya risiko keamanan di kawasan Timur Tengah menjadi penyebab utama. Empat sumber AS dan dua sumber Irak tidak menyebutkan risiko keamanan apa yang mendorong keputusan tersebut.
Amerika Serikat (AS) sedang mempersiapkan evakuasi sebagian kedutaannya di Irak. Hal ini disampaikan oleh sejumlah sumber AS dan Irak pada hari Rabu (11/6/2025).
Dalam keterangannya, sumber-sumber tersebut mengungkapkan bahwa meningkatnya risiko keamanan di kawasan Timur Tengah menjadi penyebab utama. Empat sumber AS dan dua sumber Irak tidak menyebutkan risiko keamanan apa yang mendorong keputusan tersebut.Amerika Serikat (AS) sedang mempersiapkan evakuasi sebagian kedutaannya di Irak. Hal ini disampaikan oleh sejumlah sumber AS dan Irak pada hari Rabu (11/6/2025).
Irak, mitra regional yang langka bagi AS dan musuh bebuyutannya di kawasan, Iran, menampung 2.500 tentara AS. Walau begitu, faksi bersenjata yang didukung Teheran terkait dengan pasukan keamanan Baghdad.
Trump telah berulang kali mengancam akan menyerang Iran jika perundingan yang tersendat mengenai program nuklirnya gagal. Tak hanya itu, dalam beberapa bulan terakhir, AS telah mengerahkan lebih banyak aset militer di Timur Tengah. Bahkan, pengerahan ini melibatkan pesawat pengebom B-2 dan kapal induk.
(rev/rev)