
RI Lagi Pesta Emas & Batu Bara, Bakal Bubar Karena Dirusak The Fed?

Fluktuasi pasar keuangan domestik pada hari ini bakal dipengaruhi oleh sentimen dari luar negeri khususnya dari AS soal penantian rapat Federal Open Meeting Committee (FOMC) The Fed yang digelar Selasa-Rabu waktu AS atau Rabu malam hingga Kamis dini hari waktu Indonesia.
FOMC Meeting
Keputusan FOMC dari The Fed memiliki pengaruh besar terhadap pasar keuangan Indonesia. Salah satu dampaknya terlihat pada nilai tukar rupiah, yang dapat mengalami penguatan jika suku bunga The Fed diturunkan.
Hal ini terjadi karena investor global cenderung mencari peluang investasi dengan imbal hasil lebih tinggi di negara berkembang. Namun, ada pula risiko arus modal keluar yang bisa menyebabkan pelemahan rupiah jika investor merasa ketidakpastian ekonomi meningkat.
Selain itu, pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh keputusan FOMC. Ketidakpastian terkait kebijakan suku bunga dapat memicu volatilitas pasar saham, di mana investor menyesuaikan strategi investasi mereka berdasarkan proyeksi kebijakan moneter Amerika Serikat. Meskipun penurunan suku bunga sering kali memberikan dorongan positif bagi pasar saham dalam jangka panjang, efek jangka pendeknya bisa cukup fluktuatif.
Selain itu, arus modal asing sangat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan The Fed. Investor global cenderung menyesuaikan portofolio mereka berdasarkan tingkat suku bunga di Amerika Serikat, yang bisa berdampak pada peningkatan atau penurunan investasi di Indonesia. Ketika The Fed menaikkan suku bunga, aset berdenominasi dolar menjadi lebih menarik, sehingga investor asing cenderung menarik dananya dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Sebaliknya, jika suku bunga diturunkan, potensi arus modal masuk ke Indonesia bisa meningkat.
The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya pada kisaran 4,25-4,50%, sama seperti sejak Januari. Hanya ada peluang 3,1% bahwa Komite Pasar Terbuka Federal akan memangkas suku bunga, menurut alat FedWatch milik CME Group, yang memperkirakan pergerakan suku bunga berdasarkan data perdagangan berjangka dana federal.
![]() Sumber: CME FedWatch Tool |
Mantra The Fed tahun ini adalah "wait and see." Para pejabat mengatakan bahwa sikap tersebut tidak mungkin berubah sampai ada cukup bukti nyata mengenai dampak ekonomi dari perombakan cepat kebijakan perdagangan AS oleh Presiden Donald Trump.
Para ekonom memperkirakan tarif Trump, yang mulai berlaku pada April, akan menaikkan harga dan merugikan lapangan kerja, yang akan berdampak pada " mandat ganda " Fed untuk menekan inflasi dan pengangguran dengan menggunakan kebijakan moneter .
Namun, data terbaru menunjukkan bahwa inflasi tetap terkendali pada bulan Maret, dan pasar kerja tetap stabil pada April.
"Data tersebut cukup kuat untuk memungkinkan Federal Reserve tetap berada di pinggir lapangan saat memantau dampak tarif terhadap inflasi dan ekspektasi inflasi," tulis Nancy Vanden Houten, kepala ekonom AS di Oxford Economics, dalam sebuah komentar.
IHSG Juara di ASEAN
Performa IHSG dibandingkan bursa saham lainnya di ASEAN terpantau paling impresif dengan kenaikan 0,97%. IHSG mampu mengalahkan Filipina dan Singapura yang masing-masing naik 0,93% dan 0,19%.
Beberapa bursa saham lainnya di ASEAN bahkan berada di zona merah, seperti Thailand dan Malaysia yang masing-masing tertekan sebesar 0,93% dan 0,18%.
Jika dilihat lebih rinci, sektor basic industry meroket 3,27% dengan Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) yang menguat 0,58% dengan kapitalisasi pasar terbesar di sektor tersebut yakni Rp752 triliun.
Beberapa saham di sektor basic industry dengan kapitalisasi pasar terbesar juga berada di zona hijau, seperti Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN), Barito Pacific Tbk. (BRPT), Aneka Tambang Tbk. (ANTM), Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS), dan lainnya.
Respon Ekonom Soal PDB RI yang Tumbuh 4,87% yoy
Kepala Ekonom BCA, David Sumual mengatakan, ekonomi Indonesia yang hanya tumbuh 4,87% pada kuartal I-2025 atau merosot dari laju pertumbuhan kuartal IV-2024 yang sebesar 5,02% dan bahkan anjlok lebih dalam dibanding pertumbuhan kuartal I-2024 sebesar 5,11%, salah satunya dipicu oleh daya beli masyarakat yang tak mampu pulih, setelah tertekan sepanjang 2024.
David mengatakan, penciptaan lapangan kerja yang minim terutama karena deindustrialisasi dini menjadi masalah utama yang menyebabkan ambruknya data kelas menengah, yang berujung pada lemahnya daya beli masyarakat.
Kondisi deindustrialisasi ini tercermin dari distribusi industri pengolahan atau manufaktur terus merosot terhadap produk domestik bruto (PDB). Pada 2014, berdasarkan catatan BPS peranan sektor industri manufaktur terhadap PDB masih 21,02%. Pada 2019 tersisa 19,7%, dan pada 2024 kian merosot menjadi hanya 18,98% dengan pertumbuhan hanya 4,43%.
"Pertumbuhan lapangan kerja yang tertinggal di sektor tersebut menghalangi populasi kelas menengah yang bercita-cita untuk meningkatkan taraf hidupnya secara sosial-ekonomi," tegas David.
Oleh sebab itu, untuk menangani masalah itu, tak ada pilihan lain bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk kembali menggalakkan industrialisasi di Indonesia sebagai sarana penciptaan lapangan kerja. Industrialisasi akan tercipta bila investasi marak masuk ke tanah air.
Selain itu, David juga menekankan, investor akan teratarik untuk terus berinvestasi di Indonesia bila perlindungan hak kekayaan intelektual diperkuat, seiring dengan upaya peningkatan pendidikan yang berkualitas, dan terus berkembangnya riset, maupun inovasi teknologi.
Defisit Perdagangan AS Melebar
Defisit perdagangan Amerika Serikat melebar menjadi US$140,5 miliar pada Maret 2025, mencetak rekor tertinggi baru, melampaui perkiraan sebelumnya sebesar $137 miliar. Kenaikan ini didorong oleh lonjakan impor sebesar 4,4% menjadi $419 miliar, juga merupakan rekor tertinggi, karena para pelaku pasar mengantisipasi pengumuman tarif tambahan pada bulan April.
Peningkatan impor terutama terjadi pada produk farmasi, mobil penumpang, dan aksesori komputer, sementara terjadi penurunan pada bentuk logam jadi, emas non-moneter, dan minyak mentah.
Sementara itu, ekspor hanya naik tipis 0,2%, tetapi juga mencapai rekor baru sebesar $278,5 miliar. Kenaikan dipimpin oleh ekspor mobil penumpang, gas alam, emas non-moneter, dan aksesori komputer, namun turun untuk pesawat sipil.
Secara geografis, defisit perdagangan AS melebar tajam dengan:
Uni Eropa ($-48,3 miliar vs $-30,9 miliar sebelumnya), khususnya:
Irlandia ($-29,3 miliar vs $-14 miliar)
Vietnam ($-14,1 miliar vs $-12,4 miliar)
Lonjakan defisit ini tentu saja akan menjadi perhatian Trump dan bisa semakin meningkatkan ambisi Trump mengurangi defisit dengan memberlakukan bea impor lebih tinggi.
Harga Emas dan Batu Bara Terbang
Harga emas kembali terbang pada perdagangan kemarin, Selasa (6/5/2025). Emas ditutup menguat 2,91% di posisi US$ 3.430,83 per troy ons sekaligus kembali ke level US$ 3.400.
Emas terbang lebih hampir 6% dalam dua hari terakhir.
Namun, emas ambruk lagi apda hari ini, Rabu (7/5/2025) pukul 05.45 WIB dengan melemah 1% ke US$ 3.395 per troy ons.
Lonjakan harga emas ini tentu akan berdampak positif ke emiten emas sepert PT Aneka Tambang (ANTM), PT Hartadinata Abadai (HRTA), hingga Bumi Mineral Resources (BRMS).
Pesta juga berlanjut ke batu bara.
Harga batu bara menguat 2,5% pada perdagangan Selasa kemarin ke US$ 104,9 per ton. Harga batu bara tak pernah turun selama 10 hari terakhir dan sudah menguat 11,5%.
Harga hari ini adalah yang tertinggi sejak Maret 2025 atau lebih dari sebulan.
Kenaikan harga batu bara ini menjadi kabar baik bagi sejumlah emiten seperti PT Bukit Asam (PTBA), PT Bayan Resources (BYAN), PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) hingga PT Bumi Resources Tbk (BUMI).