
RI Lagi Pesta Emas & Batu Bara, Bakal Bubar Karena Dirusak The Fed?

Dari pasar saham AS, bursa Wall Street kembali kebakaran pada perdagangan Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia.
Bursa ambruk setelah Presiden AS Donald Trump kembali melontarkan pernyataan yang tidak meyakinkan mengenai kesepakatan perdagangan global, memupus harapan akan adanya kemajuan dalam isu tarif dalam waktu dekat. Para investor juga menanti keputusan kebijakan dari bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Dow Jones Industrial Average turun 389,83 poin atau 0,95% dan ditutup di 40.829,00.
Indkes S&P 500 turun 0,77% dan ditutup di 5.606,91, sementara Nasdaq Composite melemah 0,87% ke 17.689,66. Ketiga indeks utama mencatatkan penurunan untuk dua hari berturut-turut.
Saham Tesla turun 1,8% setelah penjualan mobil baru perusahaan tersebut di Inggris dan Jerman pada April mencapai level terendah dalam lebih dari dua tahun. Penjualan turun di tengah permintaan kendaraan listrik meningkat.
Saham Goldman Sachs turun 1,8% dan menyeret Dow lebih rendah. Raksasa teknologi seperti Nvidia dan Meta Platforms juga mengalami penurunan.
Saham-saham berfluktuasi setelah Trump bertemu dengan Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, pada Selasa sore, menandai dimulainya perundingan antara kedua pemimpin sejak Carney menjabat awal tahun ini.
Dalam pertemuan tersebut, Trump mundur dari janjinya bahwa kesepakatan perdagangan sudah dekat, dan mengatakan jika AS tidak harus menandatangani kesepakatan.
Pernyataan ini bertentangan dengan pernyataan Menteri Keuangan Scott Bessent sebelumnya. Bessent mengatakan kepada CNBC pada hari Senin bahwa AS sangat dekat dengan beberapa kesepakatan. Pernyataan Bessent sejalan dengan pernyataan Trump pada Minggu bahwa perjanjian bisa saja tercapai minggu ini.
Bessent kembali menegaskan hal ini dalam kesaksiannya di hadapan komite anggaran DPR pada Selasa, dengan mengatakan sekitar 97 atau 98% dari defisit perdagangan AS berasal dari 15 negara. Delapan belas persen negara merupakan mitra dagang utama AS.
AS akan menyelesaikan lebih dari 80 atau 90% dari defisit pada akhir tahun ini, bahkan mungkin jauh lebih cepat.
Namun demikian, belum ada kesepakatan perdagangan resmi antara AS dan mitra dagangnya yang diumumkan.
Meskipun data dari Institute for Supply Management pada Senin menunjukkan aktivitas sektor jasa pada April lebih kuat dari yang diperkirakan, kekhawatiran terkait tarif tetap membayangi.
"Kita mungkin akan menyentuh level terendah baru, bahkan ketika Trump mengurangi tarif terhadap China menjadi 50%," kata manajer hedge fund miliarder Paul Tudor Jones kepada CNBC International.
"Dia mungkin menurunkannya menjadi 50% atau 40%, terserah. Tapi bahkan ketika dia melakukan itu... itu tetap akan menjadi kenaikan pajak terbesar sejak tahun 60-an. Jadi Anda bisa mengurangi pertumbuhan sebesar 2% hingga 3%." imbuhnya.
(rev/rev)