
Ekonomi RI Melambat & Harga Minyak Jeblok Jelang Rapat Fed, RI Aman?

Dari pasar saham AS, bursa Wall Street ramai-ramai kebakaran pada perdagangan Senin wkatu AS atau Selasa dini hari waktu Indonesia. Ambruknya Wall Street mengakhiri reli sembilan hari. Reli terhentiĀ di tengah wait and see investor memantau perkembangan terbaru dalam perdagangan global.
Indeks S&P turun 0,64% dan ditutup di level 5.650,38, sementara Nasdaq Composite melandai 0,74% ke 17.844,24. Dow Jones Industrial Average terdepresiasi 98,60 poin atau 0,24% dan berakhir di 41.218,83. S&P 500 sebelumnya mencatatkan reli selama sembilan hari, yang merupakan rentetan terpanjang sejak tahun 2004.
Pada titik terendahnya, Dow sempat turun hingga 253,99 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq masing-masing kehilangan sekitar 1% sebelum memangkas kerugian mereka.
Data yang dirilis pada Senin oleh Institute for Supply Management menunjukkan aktivitas sektor jasa AS di April lebih kuat dari perkiraan, meskipun para eksekutif perusahaan melaporkan kekhawatiran yang meningkat terkait tarif.
Sentimen juga membaik setelah Bloomberg melaporkan, mengutip sumber, bahwa India mengusulkan tarif nol untuk baja, komponen otomotif, dan farmasi secara timbal balik hingga jumlah impor tertentu.
Namun demikian, investor tetap tidak yakin mengenai waktu tercapainya kesepakatan tarif antara AS dan negara-negara lain.
Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan pemerintah AS sangat dekat dengan beberapa kesepakatan. Hal ini mencerminkan pernyataan Presiden AS Donald Trump pada Minggu bahwa perjanjian bisa tercapai secepatnya minggu ini.
Trump mengatakan kepada wartawan pada Minggu bahwa AS sedang bernegosiasi dengan banyak negara, tetapi pada akhirnya akan membuat kesepakatan. Trump percaya dialah yang menentukan kesepakatan bukan negara lain.
Trump menambahkan bahwa ia tidak memiliki rencana untuk berbicara dengan Presiden China Xi Jinping. Pernyataan ini menghancurkan harapan kemajuan negoisasi dalam meredakan ketegangan perdagangan AS-China.
Pada Minggu, Trump juga mengizinkan lembaga-lembaga pemerintah terkait untuk mulai memberlakukan tarif 100% pada film yang diproduksi di luar negeri, dengan menyebut upaya negara lain menarik produksi film sebagai "ancaman terhadap keamanan nasional."
"Saya khawatir. Saya berharap kesepakatan perdagangan sudah diumumkan sekarang. Tapi belum. Saya pikir dampaknya belum terasa," kata Jeremy Siegel, profesor keuangan di Wharton School of Business Universitas Pennsylvania dan kepala ekonom Wisdom Tree, kepada CNBC International.
Pelaku pasar kini menunggu rapat Federal Open Meeting Committee (FOMC) bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang digelar Selasa-Rabu pekan ini.
Pelaku pasar memperkirakan 4,4% terjadi penurunan suku bunga. Namun demikian, para pelaku pasar tetap mencermati setiap komentar dari bank sentral atau Ketua Fed Jerome Powell mengenai prospek ekonomi di tengah ketidakpastian akibat perang dagang.
(rev/rev)