Pasar keuangan Indonesia membukukan kinerja positif pekan lalu, IHSG dan rupiah menguat
Wall Street mengakhiri perdagangan pekan lalu dengan menguat
Data PMI dan inflasi akan menjadi penggerak pasar pekan ini
Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia mencatatkan kinerja positif pekan lalu setelah perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) mereda.
Pasar keuangan diharapkan bergerak positif pada pekan ini di tengah pendeknya hari perdagangan karena ada libur Hari Buruh pada Kamis. Selengkapnya mengenai sentimen pergerakan pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Jumat (25/4/2025) dengan senyum lebar. IHSG naik 0,99% ke posisi 6.678,92, mendekati level psikologis 6.700. Kinerja ini sekaligus mengantarkan IHSG mencatatkan penguatan mingguan sebesar 3,74%, menjadikannya indeks dengan performa terbaik di Asia-Pasifik.
Dalam sepekan, hanya satu hari IHSG terkoreksi, sementara empat hari lainnya bergerak di zona hijau. Bahkan, performa pekan lalu mengungguli Nikkei 225 Jepang yang naik 2,81% dan Straits Times Singapura yang naik 2,78%.
Penguatan IHSG pada pekan lalu tidak lepas dari sentimen positif kenaikan rekomendasi saham Indonesia oleh UBS Group menjadi overweight. Bank investasi global asal Swiss ini menilai valuasi saham RI sudah mendekati level terendah saat pandemi, dengan kondisi domestik yang dinilai defensif dan potensi dukungan dari dana besar milik pemerintah.
Katalis lain datang dari penguatan sektor konsumer non-primer yang melonjak 2,51%, diikuti sektor kesehatan 1,19%, finansial 1,15%, dan industri 1,03%. Saham PT Gojek Tokopedia (GOTO) menjadi penggerak utama IHSG dengan kontribusi 8,67 indeks poin setelah naik 5% dalam sehari. PT Unilever Indonesia (UNVR) juga melesat 17,06% didukung kabar pembagian dividen 100% dari laba 2024.
Sementara itu, rupiah berhasil menguat tipis 0,24% pada perdagangan Jumat (25/4/2025), ditutup di level Rp16.825/US$. Meski menguat harian, secara mingguan rupiah tetap mencatatkan depresiasi tipis sebesar 0,03%.
Penguatan Jumat lalu terjadi di tengah perhatian pasar pada proses negosiasi dagang beberapa negara, termasuk Indonesia, dengan Amerika Serikat. Negosiasi ini menjadi krusial setelah Presiden Donald Trump kembali menaikkan tarif impor ke sejumlah negara.
Menurut Head of Economic & Research UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja, upaya negosiasi ini akan terus dipantau ketat oleh pelaku pasar. Bagi Indonesia, kenaikan tarif berpotensi menekan sektor ekspor seperti furnitur, alas kaki, tekstil, hingga perkaretan sektor-sektor yang banyak melibatkan UMKM.
Secara keseluruhan, nilai tukar rupiah masih tertekan. Padahal sejak awal tahun indeks dolar AS (DXY) sudah melandai lebih dari 8%. Lemahnya rupiah disebabkan oleh faktor internal seperti repatriasi dividen big bank dan ketidakpastian global, membuat rupiah mendekati level Rp17.000/US$ rekor terlemah sepanjang sejarah, bahkan melewati krisis 1998 dan 2008.
Dari pasar obligasi, yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun Indonesia pada Jumat (25/4/2025) tercatat turun menjadi 6,918%, dibandingkan sehari sebelumnya di 6,946%.
Penurunan yield ini menunjukkan minat beli yang masih bertahan di pasar obligasi domestik, sejalan dengan stabilnya sentimen risiko global dan ekspektasi inflasi dalam negeri yang tetap terjaga.
Dari pasar saham AS, bursa Wall Street kompak menguat pada perdagangan akbir pekan lalu. Kenaikan saham ditopan sektor teknologi karena para investor mengabaikan ketidakpastian yang terus berlanjut terkait tarif dan prospek ekonomi.
Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite yang sarat teknologi masing-masing naik 0,7% dan 1,3%, sementara Dow Jones Industrial Average menambahkan kurang dari 0,1%.
Penguatan saham memperpanjang rally menjadi empat hari beruntun. Saham-saham sebelumnya mencatatkan kenaikan besar selama tiga hari berturut-turut seiring reaksi investor terhadap serangkaian laporan laba kuartalan dari perusahaan-perusahaan besar dan kemungkinan bahwa Presiden Donald Trump akan mengurangi rencana tarifnya.
Indeks-indeks utama membukukan kenaikan mingguan, kedua kalinya dalam tiga minggu terakhir. Nasdaq naik 6,7% selama sepekan, sementara S&P 500 terapresiasi 4,6% dan Dow Jones menguat 2,5%.
Meski terjadi lonjakan baru-baru ini, ketidakpastian tetap ada terkait perkembangan tarif dan dampaknya terhadap prospek ekonomi. Pemerintahan Trump, yang awal bulan ini menunda selama 90 hari rencana penerapan tarif "resiprokal" menyatakan bahwa mereka sedang bernegosiasi dengan puluhan negara.
Investor sangat fokus pada hubungan dagang AS-China di mana kedua negara telah memberlakukan tarif lebih dari 100% satu sama lain di tengah laporan yang bertentangan mengenai perkembangan negosiasi.
Saham-saham perusahaan teknologi memimpin rally pada Jumat. Saham Tesla (TSLA) naik 10% sejak CEO Elon Musk mengatakan akan lebih banyak menghabiskan waktu di perusahaan mobil listrik tersebut dan mengurangi keterlibatannya dengan pemerintahan Trump.
Saham Tesla, yang mencatatkan minggu terbaiknya sejak November, juga diuntungkan dari berita bahwa Gedung Putih berencana melonggarkan aturan mengenai kendaraan otonom.
Produsen chip AI Nvidia (NVDA) naik 4% dan Meta Platforms (META) bertambah hampir 3%. Alphabet (GOOG) menguat 1,5% setelah laporan laba yang kuat yang menegaskan keberhasilan perusahaan di bidang AI, sementara saham Apple (AAPL), Microsoft (MSFT), Amazon (AMZN), dan Broadcom (AVGO) juga mengalami kenaikan.
Di antara pergerakan saham pasca-laporan laba yang menonjol, saham Charter Communications (CHTR) melonjak 11%, memimpin kenaikan di S&P 500, setelah perusahaan menambah lebih banyak pelanggan ponsel dan kehilangan lebih sedikit pelanggan video dibandingkan perkiraan analis.
Saham Intel (INTC) anjlok 7% setelah perusahaan chip tersebut mengeluarkan prospek yang mengecewakan meskipun hasil kuartal pertama melebihi ekspektasi, sementara saham T-Mobile US (TMUS) anjlok 11% setelah operator layanan seluler tersebut melaporkan penambahan pelanggan nirkabel yang lebih sedikit dari perkiraan.
Untuk pekan ini, investor akan mempertimbangkan sejumlah indikator ekonomi penting yang akan dirilis, termasuk angka PDB kuartalan, data inflasi, dan laporan ketenagakerjaan bulan April.
Setelah mengukir prestasi sebagai indeks terbaik Asia pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memasuki pekan ini dengan bekal optimisme, namun tetap dibayangi sejumlah rilis data ekonomi krusial yang bisa menguji ketahanan pasar.
IHSG tercatat melonjak 3,74% ke 6.678,92 sepanjang pekan lalu, mengalahkan bursa-bursa utama Asia lain seperti Nikkei Jepang (+2,81%) dan Straits Times Singapura (+2,78%). Namun, posisi IHSG kini berada di zona resistance rawan profit taking, apalagi rupiah masih harus menghadapi tekanan repatriasi dividen dari big bank.
Pekan ini, pelaku pasar dihadapkan pada sederet katalis utama, baik dari dalam negeri maupun mancanegara, yang diperkirakan membuat perdagangan lebih dinamis.
Perdagangan pada pekan ini akan pendek karena hanya empat hari mengingat Kamis akan libur.
Domestik- Inflasi, Kredit, dan PMI
Dari dalam negeri, perhatian utama akan tertuju pada rilis Survei Perbankan Bank Indonesia hari ini, 28 April 2025. Survei ini menjadi cermin awal prospek pertumbuhan kredit dan likuiditas perbankan di tengah tren suku bunga tinggi.
Selanjutnya, data inflasi April dari Badan Pusat Statistik (BPS) akan dirilis pada Jumat (2/5/2025). Inflasi menjadi sorotan setelah tekanan harga pangan sempat meningkat akibat faktor musiman dan distribusi.
S&P global juga akan merilis data PMI Manufaktur April 2025. Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 52,4 pada Maret 2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan Februari 2025 yang tercatat sebesar 53,6.
PMI Manufaktur menjadi perhatian karena akan menjadi cerminan seberapa besar dampak perang dagang Trump berpengaruh ke produksi manufaktur Indonesia.
Selain itu, volatilitas pasar dalam negeri kemungkinan cenderung terbatas di awal pekan, mengingat adanya libur nasional pada Hari Buruh (1 Mei) dan Hari Penampahan Kuningan (2 Mei).
Global- Data Kelas Berat dari AS, China dan Eropa
Dari Amerika Serikat, pekan ini akan menjadi salah satu periode tersibuk dalam kalender ekonomi:
PCE Price Index Maret, ukuran inflasi favorit The Fed, akan dirilis pada Rabu (30/4/2025). Proyeksi terbaru memperkirakan inflasi PCE tahunan naik menjadi 2,5%, membuka peluang Fed mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
Laporan JOLTs Job Openings dan Consumer Confidence pada Selasa (29/4/2025) akan memberikan gambaran kekuatan pasar tenaga kerja dan keyakinan konsumen AS.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 versi awal diprediksi hanya tumbuh 0,4% tahunan, jauh melambat dari 2,4% di kuartal sebelumnya, mengindikasikan dampak nyata dari pengetatan moneter.
Laporan ketenagakerjaan AS juga akan dipantau ketat. Diperkirakan ada tambahan 130.000 tenaga kerja baru pada April, lebih rendah dari bulan sebelumnya.
Di Eropa, pelaku pasar akan mencerna data flash Produk Domestik Bruto (PDB) dan inflasi Zona Euro, yang diperkirakan stabil meski pertumbuhan tetap lesu. Sementara dari Jepang, Bank of Japan diprediksi tetap mempertahankan suku bunga tidak berubah.
Dari Asia, fokus mengarah ke China, di mana data NBS Manufacturing PMI dan Caixin PMI untuk April akan dirilis pada 30 April pagi. Data ini menjadi cermin kesehatan sektor manufaktur setelah gencarnya stimulus fiskal dan moneter.
PMI resmi China diperkirakan bertahan di zona ekspansi tipis di angka 50,5, sedangkan Caixin PMI di 51,2. Kekuatan di sektor ini dapat memperbaiki sentimen pasar Asia, namun pelemahan berisiko mempertebal kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan global.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
Bank Indonesia (BI) akan merilis laporan Survei Perbankan Triwulan I-2025
Town Hall Danantara Indonesia di Cendrawasih Hall, Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat. Turut hadir antara lain Presiden, CEO Danantara Indonesia, dan Ketua Dewan Pengawas Danantara Indonesia (1500 WIB)
Public Expose Tahunan PT Astra Agro Lestari Tbk. di Catur Dharma Hall, Menara Astra, Tanah Abang, Jakarta Pusat (10.30 WIB)
Business Gathering PT PAL Indonesia di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Turut hadir Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dan Direktur Utama PT PAL Indonesia (09.00 WIB)
Konferensi nasional "Peningkatan Nilai Tambah Ragam Keunggulan Daerah Melalui Sinergi Hilirisasi Agrikultur, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif, Mendukung Peluang Pendalaman Pasar Sektor Jasa Keuangan" yang akan dilaksanakan di Hotel Double Tree, Jakarta Pusat. Narasumber: Ketua dan Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK (09.00 WIB)
Acara SICANTIKS - Sahabat Ibu Cakap Literasi Keuangan Syariah yang akan dilaksanakan di Menara Radius Prawiro Lantai 25, Jakarta Pusat. Narasumber: Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen (14.00 WIB)
Konferensi pers Pengumuman Panitia Seleksi Pemilihan Calon Wakil Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan Periode 2025-2030 yang akan diselenggarakan secara live streaming via YouTube KemenkeuRI. Narasumber: Panitia Seleksi ADK LPS (18.30 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini: