
Selamat Mudik Lebaran di Tengah Perang Dagang, Jangan Lupa Jajan....

Pada hari ini, Kamis (26/3/2025) merupakan hari terakhir aktivitas perdagangan bursa saham. rupiah, dan SBN. Pasar keuangan akan ditutup pada 1 dan 2 April 2025 untuk memperingati Hari Raya Idul Fitri, diikuti dengan cuti bersama pada 3, 4, dan 7 April 2025.
Pasar bursa saham akan kembali buka dengan waktu operasional normal pada Selasa, 8 April 2025.
Menjelang libur panjang, investor justru dihadapkan pada beragam sentimen negatif mulai dari kebijakan tarif Trump hingga lesunya ekonomi.
Pembagian dividen serta sentimen mudik diharapkan bisa mengurangi tekanan tersebut. Ekonomi mudik yang bernilai ratusan triliun rupiah diharapkan bisa menggerakkan pasar saham, ekonomi di daerah, hingga UMKM Indonesia.
Jika masyarakat Indonesia lebih banyak menghabiskan uang untuk konsumsi atau "jajan" maka sendi-sendi ekonomi diharapkan bisa semakin melaju kencang sehingga pertumbuhan bisa meningkat.
Berikut beberapa sentimen pasar keuangan hari ini:
Kebijakan Tarif Trump, Mobil Impor Jadi Korban
Presiden Donald Trump pada Rabu (26/3/2025) waktu setempat mengumumkan penerapan tarif sebesar 25% untuk impor mobil yang tidak diproduksi di dalam negeri.
Kebijakan ini diperkirakan akan makin memperburuk ketegangan dengan mitra dagang utama AS, terutama menjelang pengenaan tarif tambahan yang dijadwalkan pekan depan, di samping menaikkan harga mobil.
"Apa yang akan kami lakukan adalah mengenakan tarif 25% untuk semua mobil yang tidak dibuat di Amerika Serikat. Jika mereka dibuat di Amerika Serikat, maka tidak akan dikenakan tarif sama sekali," ujar Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, dilansir dari AFP.
Langkah ini akan mulai berlaku pada 2 April dan berdampak pada mobil serta truk ringan yang diproduksi di luar negeri.
Kebijakan ini menambah daftar tarif yang sebelumnya telah diberlakukan Trump, termasuk tarif impor dari Kanada, Meksiko, dan China, serta tarif sebesar 25% untuk baja dan aluminium.
Sekitar 50% mobil yang dijual di AS diproduksi secara domestik. Dari separuh mobil impor yang masuk ke AS, sebagian besar berasal dari Meksiko dan Kanada, sementara Jepang, Korea Selatan, dan Jerman juga menjadi pemasok utama.
Center for Automotive Research memperkirakan bahwa tarif ini, termasuk tarif tambahan untuk logam dan mobil impor, dapat meningkatkan harga kendaraan hingga ribuan dolar dan berpotensi mengancam pasar tenaga kerja di sektor otomotif.
Selain industri otomotif, Trump juga mengincar sektor-sektor lain untuk dikenakan tarif tambahan, termasuk farmasi dan semikonduktor. Pada Rabu, ia menegaskan kembali niatnya untuk memberlakukan tarif atas kayu dan obat-obatan.
Inflasi PCE Amerika
Inflasi PCE Amerika untuk Februari kan diumumkan pada umat ini. Sebagai catatan, inflasi PCE (month to month/mtm) mencapai 0,3% dan secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 2,5% pada Januari 2025.
Jika inflasi kembali menguat maka ini menjadi kabar buruk bagi pasar keuangan Indonesia. Meskipun inflasi PCE baru akan diumumkan Jumat, sentimennya diperkirakan sudah akan dipertimbangkan oleh pelaku pasar. Pasalnya, investor harus menghitung dampak laju inflasi PCE bagi pasar setelah libur panjang Lebaran dan pasar kembali dibuka.
IHSG Selalu di Zona Merah Jelang Lebaran, Akankah Tahun Ini Sama?
Sejak didirikan pada tahun 1982, IHSG mengalami berbagai fase naik dan turun yang mencerminkan kondisi ekonomi Indonesia. Salah satu titik terendah IHSG terjadi pada krisis finansial 1998 ketika indeks anjlok lebih dari 50% akibat gejolak ekonomi dan politik domestik. Namun, pada dekade berikutnya, IHSG mulai menunjukkan pemulihan yang signifikan, terutama setelah reformasi ekonomi dan masuknya investasi asing.
Pada tahun 2008, IHSG kembali terpuruk akibat krisis keuangan global yang dipicu oleh runtuhnya Lehman Brothers, dengan indeks jatuh hingga di bawah 1.000. Namun, pemulihan yang cepat didorong oleh fundamental ekonomi yang kuat dan kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas keuangan. Puncaknya, IHSG mencapai rekor tertinggi di atas 7.000 pada tahun 2022 sebelum mengalami volatilitas akibat dinamika pasar global.
Pada Rabu (26/3/2025), IHSG mencatatkan reli impresif dengan kenaikan 3,80% ke 6.472,35. Penguatan ini didorong oleh euforia pasar terhadap pengumuman jajaran direksi Danantara serta sentimen positif dari RUPS emiten BUMN.
Secara historis, IHSG cenderung melemah menjelang libur Lebaran karena volume transaksi yang berkurang. Sejak pandemi Covid-19, indeks lebih sering bergerak negatif pada pekan terakhir sebelum Lebaran. Namun, tahun ini reli saham BUMN memberi harapan baru bagi pasar menjelang libur panjang.
Sejarah Bicara Mata Rupiah Perkasa Jelang Lebaran
Sepekan terakhir, rupiah mengalami tekanan dengan pelemahan tiga hari berturut-turut sebelum akhirnya menguat tipis 0,09% ke Rp16.575 per dolar AS pada Rabu (26/3/2025). Penguatan ini terjadi di tengah stagnasi dolar AS pasca-rilis data ekonomi yang menunjukkan penurunan kepercayaan konsumen AS ke level terendah dalam empat tahun terakhir.
Nilai tukar rupiah juga mencerminkan sejarah panjang ekonomi Indonesia. Pada masa Orde Baru, rupiah mengalami stabilitas relatif karena sistem kurs tetap yang diterapkan pemerintah. Namun, pada 1997-1998, krisis moneter menghantam keras rupiah, yang mengalami depresiasi dari Rp2.000 per dolar AS menjadi lebih dari Rp15.000 per dolar AS.
Setelah krisis, rupiah perlahan stabil meski tetap menghadapi tekanan dari faktor eksternal, seperti taper tantrum 2013 yang membuat mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, mengalami pelemahan tajam. Dalam dekade terakhir, rupiah cenderung bergerak dalam rentang Rp13.000-Rp15.000 per dolar AS, dengan tekanan sesekali akibat kenaikan suku bunga The Fed atau gejolak ekonomi global.
Dalam 10 tahun terakhir, rupiah cenderung mengalami penguatan sebesar rata-rata 0,4% seminggu sebelum libur Lebaran. Sejak 2019, hanya pada 2022 rupiah mengalami pelemahan sebesar 1,06%. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan rupiah untuk kebutuhan transaksi domestik selama periode mudik dan libur panjang.
Lebaran Gelap 2025, Beban Berubi-tubi, Jutaan Warga RI Tak Mampu Mudik
Puncak arus mudik Lebaran 2025 diperkirakan akan terjadi pada Jumat (28/3/2025) 2025, yang merupakan H-3 sebelum Lebaran dan H-1 Hari Raya Nyepi.
Hari raya Idul Fitri atau Lebaran yang sesaat lagi akan tiba, bagi sebagian orang merupakan momen untuk kembali ke kampung halaman bertemu dengan keluarga. Namun, mudik tahun ini diperkirakan tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Badan Kebijakan Transportasi, Pusat Statistik, Kementerian Perhubungan, dan akademisi, jumlah pemudik diperkirakan hanya 146,48 juta orang atau sekitar 52% dari penduduk Indonesia. Angka itu turun 24% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta pemudik.
"Jika tahun lalu asumsi perputaran uang selama Idul Fitri 2024 mencapai Rp 157,3 triliun, maka asumsi perputaran uang libur Idul Fitri 2025 diprediksi mencapai Rp 137,975 triliun," kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang, dalam pernyataan pers, Selasa (18/3/2025).
Berdasarkan data 10 tahun terakhir dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jumlah pemudik seharusnya mengalami kenaikan. Namun, tahun ini menjadi anomali dengan penurunan drastis sebesar 47,12 juta orang dibandingkan 2024.
Faktor utama yang menyebabkan penurunan jumlah pemudik antara lain:
Jarak libur Nataru dan Idul Fitri yang berdekatan, sehingga banyak yang memilih tidak mudik dua kali dalam setahun.
Kondisi ekonomi yang mendorong masyarakat untuk lebih banyak menabung.
Maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor industri.
Daya beli masyarakat yang menurun akibat inflasi dan faktor cuaca ekstrem.
Bank Himbara Tebar Dividen
Bank-bank Himbara mulai dari BRI, Bank Mandiri, BNI, hingga BTN sudah mengumumkan kebijakan dividen serta jajaran pengurus baru. Pembagian dividen ini diharapkanbisa menjadi sentimen positif di tengah banyaknya kabar negatif dari pasar keuangan global.
Pada Rabu (26/3/2025) BNI memutuskan untuk membagikan dividen senilai Rp13,95 triliun kepada pemegang saham, setara dengan 65% dari laba bersih perseroan tahun buku 2024 yang mencapai Rp21,46 triliun. Dengan keputusan ini, pemegang saham akan menerima dividen sebesar Rp374,05 per saham.
Sebagai perbandingan, pada tahun sebelumnya BNI membagikan dividen sebesar Rp10,45 triliun atau 50% dari laba bersihnya. Keputusan tahun ini menunjukkan peningkatan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) yang lebih agresif.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, sebelumnya telah menyatakan bahwa perusahaan berusaha meningkatkan payout ratio di atas 50% seiring dengan kondisi permodalan yang dinilai kuat. "Kita nanti akan lihat kemampuan modal sampai 5 tahun ke depan. Saya rasa dengan kita naikkan dividen sedikit juga enggak akan ada isu," ujarnya pada Januari lalu.
Sisa laba sebesar Rp7,51 triliun atau 35% akan digunakan sebagai saldo laba ditahan guna mendukung ekspansi bisnis perseroan.
Sementara itu, Bank Tabungan Negara (BTN) juga membagikan dividen dengan total nilai Rp751,83 miliar atau setara 25% dari laba bersih tahun buku 2024 yang mencapai Rp3 triliun. Dividen yang dibagikan ini setara dengan Rp53,57 per saham.
BTN memutuskan untuk menahan 75% dari laba bersihnya, yakni Rp2,25 triliun, sebagai saldo laba ditahan. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan dan mendukung ekspansi bisnis di segmen perumahan.
Dengan pembagian dividen ini, investor di sektor perbankan mendapat sinyal positif terkait stabilitas dan profitabilitas bank-bank BUMN di tengah dinamika ekonomi nasional dan global. Pasar kini akan mencermati langkah strategis kedua bank ini dalam beberapa bulan ke depan, termasuk dalam menghadapi tantangan pertumbuhan kredit dan kebijakan moneter global.
(emb/emb)